MUHARRAM 2020

8 Tradisi Unik Sambut Tahun Baru Islam 1 Muharram 1442 H, Mubeng Beteng hingga Ritual 1 Suro

Banyak acara untuk menyambut Tahun Baru Islam dan malam satu Suro menarik untuk traveler dikunjungi. Simak disini!

Kompas/Ferganata Indra Riatmoko
Warga berjalan kaki dalam keheningan mengelilingi kompleks Keraton Yogyakarta, DI Yogyakarta, saat mengikuti tradisi "Tapa Bisu Lampah Mubeng Beteng", Selasa (5/10/2013) dini hari. Tradisi yang dilangsungkan setiap pergantian tahun baru hijriah ini dilakukan sebagai sarana perenungan dan instropeksi warga atas berbagai hal yang telah dilakukan pada tahun sebelumnya. 

Editor Danang Setiawan

TRIBUNBATAM.id - Tahun Baru Islam 2020 dan Tahun Baru Jawa akan dirayakan pada Kamis (20/8/2020).

Tanggal 1 Muhharam di Bulan Sura atau Suro ini sering dianggap keramat dan sering dijadikan waktu untuk acara tradisional.

Banyak acara untuk menyambut Tahun Baru Islam dan malam satu Suro menarik untuk traveler dikunjungi.

Biasanya acara tersebut terbuka untuk umum.

Berikut tradisi unik dalam menyambut Tahun Baru Islamdi Indonesia.

1. Mubeng Beteng di Yogyakarta

Warga berjalan kaki dalam keheningan mengelilingi kompleks Keraton Yogyakarta, DI Yogyakarta, saat mengikuti tradisi
Warga berjalan kaki dalam keheningan mengelilingi kompleks Keraton Yogyakarta, DI Yogyakarta, saat mengikuti tradisi "Tapa Bisu Lampah Mubeng Beteng", Selasa (5/10/2013) dini hari. Tradisi yang dilangsungkan setiap pergantian tahun baru hijriah ini dilakukan sebagai sarana perenungan dan instropeksi warga atas berbagai hal yang telah dilakukan pada tahun sebelumnya. (Kompas/Ferganata Indra Riatmoko)

Selain di Solo, Keraton Yogyakarta juga punya tradisi unik yaitu Mubeng Beteng.

Tradisi Mubeng Beteng atau Lampah Mubeng adalah tradisi yang dilakukan dengan mengelilingi Kompleks Keraton Yogyakarta tanpa berbicara, bersuara, makan, minum ataupun merokok.

Semua peserta melakukan tapa bisu dan bisa diikuti oleh wisatawan.

2. Kirab budaya di Malang

Di sekitar lokasi Pesarean Gunung Kawi ada tradisi kirab budaya atraktif.

Tradisi yang disebut ritual satu suroan ini dilakukan dengan pakaian adat dan juga replika patung buto.

Replika patung buto yang cukup besar tersebut nantinya dibakar sebagai simbol pembakaran hawa angkara murka dari manusia.

3. Ritual 1 Suro di Temanggung

Ritual 1 Suro di Traji, Parakan, Temanggung menjadi tradisi yang berlangsung dalam adat Jawa.

Melansir dari TribunJogja, warga akan berjalan ke Kantor Balai Desa Traji menuju sendang sambil membawa gunungan yang berisi sesaji dan hasil bumi.

Setelah dibacakan doa-doa, warga akan memperebutkan gunungan.

4. Kungkum di Semarang

Kungkum Jamas atau berendam jadi budaya unik masyarakat Semarang.

Tradisi ini dilakukan saat malam satu suro di Kali Garang dan Kali Kreo, Semarang.

Orang yang ikut ritual percaya keinginannya bisa terwujud.

Tak hanya tujuan itu, beberapa orang juga menyakini ritual ini bisa membersihkan hati.

5. Sapi-sapian di Banyuwangi

Di desa Kenjo Banyuwangi ada tradisi sapi-sapian.

Melansir dari Kompas.com, tradisi ini ini muncul sejak 1700-an ketika tiga orang Bugis membuka lahan untuk permukiman dan pertanian.

Ketika mereka ingin membajak sawah, mereka memutuskan untuk menggunakan tenaga sendiri.

Dua orang menjadi sapi dan satu orang memegang kendali bajak.

Ketika kelelahan mereka mencari binatang untuk membajak sawah dan kemudian menemukan sapi liar.

Nah, untuk menghargai leluhur mereka menggelar tradisi sapi-sapian setiap 1 Suro.

6. Sedekah Gunung di Boyolali

Warga Lenjoh, Selo, Boyolali punya tradisi melarung satu kepala kerbau untuk memohon keselamatan kepada Sang Kuasa dan diberi berkah hidup di lereng Gunung Merapi.

Acara ini sering disebut Sedekah Gunung dan diikuti warga dari lereng Gunung Merapi.

Warga Selo biasanya berjalan sampai ke puncak dan menutupi kepala kerbau dengan kain.

7. Mencuci pusaka di Solo

Kirab Pusaka 1 Suro dilakukan oleh Keraton Solo.

Rute Kirab Pusaka Malam 1 Suro Wawu 1953 akan ke barat menuju Jalan Veteran, belok ke utara menuju Jalan Yos Sudarso.

Kemudian, ke Timur menuju Jalan Slamet Riyadi, belok ke selatan menuju Jalan Pakoe Boewono, dan kembali ke Keraton Solo.

8. Kirab Kebo Bule Solo

Kebo Bule keturunan Kyai Slamet
Kebo Bule keturunan Kyai Slamet (Tribunnews)

Keraton Surakarta di Solo selalu menyelenggarakan tradisi Kirab Kebo Bule untuk menyambut Tahun Baru Islam.

Kirab Kebo Bule dilakukan pada malam hari dan selalu menarik warga Solo dan juga wisatawan.

Kirab Kebo Bule ini memiliki nilai spiritual tersendiri, karena kebo ini adalah Kebo Bule Kyai Slamet.

Leluhur dari Kebo Bule Kyai Slamet ini adalah hewan kesayangan Paku Buwono II.

Para pengunjung biasanya berebut kotoran Kebo Bule Kyai Slamet.

(TribunTravel.com/Arif Setyabudi)

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved