Amankah Bepergian Naik Pesawat Ketika Pandemi? Studi Kasus Menjawab Pertanyaan Itu
Setiap orang diharapkan tidak berkumpul atau berdekatan satu sama lain guna mencegah penularan Covid-19.
Editor: Anne Maria
TRIBUNBATAM.id, BATAM- Pandemi virus Corona mengubah pola hidup manusia.
Setiap orang diharapkan tidak berkumpul atau berdekatan satu sama lain guna mencegah penularan Covid-19.
Namun demikian, pada situasi tertentu, setiap orang 'terpaksa' harus berdekatan.
Satu di antaranya orang-orang yang perlu menggunakan transportasi umum saat bepergian.
Satu di antaranya moda transportasi pesawat.
Maskapai penerbangan diketahui sudah mulai beroperasi kembali.
• China Diprotes Vietnam Karena Kirim Pesawat Pengebom ke Laut China Selatan
• Penjelasan Berbeda CEKCOK Mumtaz Rais dan Wakil Ketua KPK di Pesawat Garuda, Ini Pesan Hanum Rais
Namun demikian, amankah terbang saat pandemi Covid-19?
Mungkin kita berasumsi bahwa penularan virus mudah terjadi di dalam kabin yang padat dan tanpa ventilasi.
Namun faktanya, hanya sedikit penelitian yang mengaitkan risiko perjalanan udara dengan penularan SARS-Cov-2.
Laporan yang terbit di JAMA Network Open memaparkan bagaimana dalam pesawat ada tujuh orang yang positif Covid-19 kemudian menularkan ke penumpang lain, terutama yang duduk di dua baris terdekat.
Dengan kata lain, tampaknya penularan Covid-19 dapat terjadi di pesawat terbang tapi tidak sebanyak yang dibayangkan.
• Ramalan Zodiak Hari Sabtu 22 Agustus 2020, Gemini Gembira, Taurus Butuh Istirahat, Scorpio Semangat
• Ramalan Zodiak Asmara Sabtu 22 Agustus 2020, Leo Kecewa, Capricorn Memikat, Libra Cemburu
"Kami mendeteksi kemungkinan transmisi selama penerbangan. Transmisi (dalam penerbangan) dapat terjadi," kata Profesor Sandra Ciesek, penulis studi dan Direktur Institut Virologi Medis di Universitas Goethe dilansir IFL Science, Selasa (18/8/2020).
Ciesek dan timnya melakukan studi kasus penerbangan komersial yang terbang dari Tel Aviv, Israel ke Frankfurt, Jerman pada 9 Maret 2020. Penerbangan ini berdurasi 4 jam 40 menit.
Sebagai catatan, 9 Maret 2020 merupakan tahap awal pandemi Covid-19 di Eropa. Karena masih awal, pemakaian masker wajah masih longgar dan masyarakat pun tidak menerapkan jaga jarak sejauh dua meter.