Jika Bukan Karena Kepemimpinannya, Trump Sebut AS Bakal Perang dengan Korea Utara
Donald Trump kembali menjadi sorotan lewat pengakuannya. mengklaim jika bukan karena kepemimpinannya, saat ini mereka sudah perang dengan Korut.
Editor: Putri Larasati Anggiawan
TRIBUNBATAM.id, WASHINGTON - Donald Trump kembali menjadi sorotan lewat pengakuannya.
Presiden Amerika Serikat ( AS) itu mengklaim jika bukan karena kepemimpinannya, saat ini mereka sudah terlibat perang dengan Korea Utara ( Korut).
Lantas atas dasar apa Trump mengklaim pernyataan ini?
Presiden dari Partai Republik itu menyampaikannya sembari menyebut hubungannya dengan Pemimpin Tertinggi Korut, Kim Jong Un.
"Kita bisa saja perang jika dipegang Hillary Clinton. Kita bisa saja perang jika dipegang oleh Barack Obama," ucap Presiden Trump.
Pemimpin ke-45 AS itu merujuk kepada mantan Presiden Barack Obama, dan eks menteri luar negeri sekaligus rivalnya di Pilpres AS 2016, Hillary Clinton.
• Pernyataan Keras Barack Obama, Sebut Trump Tidak Layak Jadi Presiden AS 2020
Pernyataannya merespons tudingan yang dilayangkan Partai Demokrat, bahwa dia memilih berkawan dengan "para pencuri" seperti Korea Utara.
Dilansir Yonhap Jumat (21/8/2020), Trump dan Kim Jong Un sudah tiga kali bertemu, yakni di Juni 2018 serta Februari tahun lalu.
Upaya denuklirisasi Semenanjung Korea langsung terhenti buntut kolapsnya perundingan dua negara di Hanoi, Vietnam, pada Februari 2019.
Kolapsnya perundingan ditengarai oleh beda persepsi antara AS dengan Pyongyang mengenai denuklirisasi yang dibutuhkan untuk mencabut sanksi.
Presiden yang juga taipan real estate tersebut menyatakan, jika bukan karena dirinya, maka Washington bisa terlibat konflik lebih besar dengan Korut.
Dia menuturkan ketika pertama kali bertemu Kim Jong Un, Obama menyatakan bahwa keputusan itu merupakan masalah terbesar AS.
"Kami bisa saja mempunyai masalah yang lebih besar. Kami tentu akan terlibat perang. Saya bisa mengatakan itu pada Anda," kata dia di Pennsylvania.
Dia mengungkapkan ketika pertama kali bertemu Kim, banyak kalangan mengatakan bahwa dia melakukan keputusan yang buruk.
Tetapi, dalam pandangannya, pertemuannya dengan Kim berbuntut positif. "Ini adalah pertemuan yang bagus. Bukannya tak ada yang buruk. Tapi sekarang baik-baik saja," jelasnya.
Lebih lanjut, Trump mengklaim bahwa pemerintahannya menangani pandemi virus corona jauh lebih baik dibanding negara lain di dunia.
Dia kemudian menyoroti lonjakan kasus di Korea Selatan dan Selandia Baru. "Sudah berakhir. Mereka mengalami lonjakan kasus," ujar dia.
Viral Video Melania Tak Mau Digandeng Donald Trump, Timbulkan Spekulasi Warganet
Media sosial tengah digemparkan dengan sebuah video terkait Melania Trump.
Ibu Negara Amerika Serikat ( AS) itu tampak tak mau digandeng oleh suaminya, Donald Trump.
Keduanya diketahui tengah turun dari pesawat Air Force One.
Video yang viral di media sosial itu menunjukkan wanita berusia 50 tahun tersebut menuruni tangga dari pesawat kepresidenan.
Ia mengenakan sepatu hak tinggi sambil mencoba menahan bajunya dari terpaan angin kencang.
Meski begitu, keengganan Melania digandeng Trump memunculkan spekulasi tersendiri.
Sang Presiden sempat melakukan upaya kedua untuk menggandeng tangan istrinya, yang kembali gagal dan akhirnya beralih memegangi punggung Melania.
Para pengguna Twitter mengemukakan opini-opini mereka mengenai kejadian itu.
Salah satu netizen yang dikutip Sky News, Senin (17/8/2020), menulis, "Bukan apa-apa. Dia hanya tidak mau disentuh olehnya (Trump)."
Lalu warganet lain menulis, "Atau dia mencoba menjaga bajunya tidak tertiup angin."
Pasangan itu bepergian dengan putra mereka yang berusia 14 tahun, Barron, dan baru tiba di Washington DC setelah terbang dari New Jersey.
Ini bukan kali pertama Ibu Negara menolak digandeng tangannya oleh Trump di depan umum.
Sebelumnya, mantan model itu menarik tangannya dari tangan suaminya saat menghadiri Kejuaraan Sepak Bola Universitas di New Orleans pada Januari.
Kala itu mereka berdiri di lapangan lalu menyanyikan lagu kebangsaan AS.
Trump dan keluarganya kembali ke ibu kota pada Minggu (16/8/2020), setelah Robert Trump yang merupakan adik Donald Trump meninggal pada Sabtu di rumah sakit New York City pada usia 71 tahun.
Sehari sebelum sang adik wafat, Presiden sempat menjenguknya di rumah sakit.
"Dia bukan hanya adik saya, dia adalah sahabat saya.
Dia akan sangat dirindukan, tetapi kita akan bertemu lagi."
Penyebab kematiannya belum diungkap ke publik, tetapi pria yang berprofesi sebagai pengusaha itu dilaporkan telah dirawat setidaknya 10 hari pada Juni di unit perawatan intensif saraf di Rumah Sakit Mount Sinai, Manhattan.
Adik Kandung Presiden Amerika Serikat Meninggal Dunia, Donald Trump: Robert, Aku Sayang Padamu
Kabar duka datang dari keluarga Presiden Amerika Serikat ( AS), Donald Trump.
Sang adik kandung, Robert Trump dikabarkan telah meninggal dunia.
Robert Trump menghebuskan nafas terakhirnya di usia 71 tahun pada Sabtu kemarin (15/8/2020).
Melansir Daily Mail, presiden mengatakan melalui pernyataannya pada Sabtu malam.
"Dengan berat hati saya kabarkan bahwa adik laki-laki saya yang baik, Robert telah berpulang dengan damai malam ini."
"Dia tidak sekedar adik laki-laki tapi juga sahabat yang baik.
Dia akan sangat dirindukan, tapi kami akan berjumpa kembali.
Kenangan tentangnya akan terus hidup di dalam hati saya.
Robert, aku sayang padamu. Istirahatlah dengan damai."
Robert Trump yang mendapatkan pengobatan untuk pengencer darah, baru-baru ini menderita pendarahan otak menurut teman dekat keluarga Trump seperti dikutip The New York Times.
Menurut sumber itu, beberapa pekan terakhir ini, Robert bahkan tidak bisa berbicara di telepon.
Sebelumnya, Donald Trump mengunjungi adik laki-lakinya itu di Rumah Sakit New York pada Jumat (14/8/2020).
Presiden ke-45 AS itu terlihat mengenakan masker saat tiba di Rumah Sakit Presbyterian New York, dan masuk lewat pintu belakang.
Donald Trump berada di sana sekitar 45 menit, menurut jurnalis AFP yang meliput kunjungan tersebut.
Laporan media-media AS mengabarkan, adik laki-laki Trump sakit parah tapi tidak ada rincian lebih lanjut.
Trump saat itu sedang dalam perjalanan ke klub golfnya di dekat Bedminster, New Jersey, dan dia mampir ke New York. Kepada wartawan dia berkata bahwa adiknya mengalami masa-masa sulit.
Meski popularitas sang adik jauh di bawah kakaknya, Robert Trump sudah lama menjadi bagian integral dari gurita bisnis real estate keluarga, dan sangat setia pada presiden.
Amerika Serikat Mendukung Penyelidikan Ledakan di Beirut, Trump Minta Lebanon Tetap Tenang
Donald Trump mendesak Lebanon melakukan penyelidikan penuh dan transparan terhadap ledakan di Beirut pada Minggu (9/8/2020).
Presiden Amerika Serikat ( AS) itu menyatakan siap untuk membantu penyelidikan terhadap ledakan Lebanon.
Trump juga mendukung protes besar yang menuntut reformasi di Lebanon.
Trump "mendesak pemerintah Lebanon untuk melakukan penyelidikan penuh dan transparan, di mana Amerika Serikat siap membantu," demikian keterangan dari Gedung Putih yang dikutip kantor berita AFP Minggu (9/8/2020).
Trump mengucapkan desakannya usai hadir di konferensi virtual tentang tanggapan internasional terhadap bencana tersebut.
"Presiden meminta Lebanon tetap tenang dan mengakui seruan sah dari pengunjuk rasa damai untuk transparansi, reformasi, dan akuntabilitas," tambah pernyataan Gedung Putih.
Sementara itu militer Lebanon pada Minggu mengatakan, harapan menipis untuk menemukan korban selamat di lokasi ledakan, setelah dilakukan beberapa hari operasi pencarian dan penyelamatan.
Ledakan yang melanda pelabuhan Beirut menghancurkan sebagian besar ibu kota Lebanon, merenggut lebih dari 150 korban jiwa dan melukai sekitar 6.000 orang.
Sebagian besar otoritas Lebanon mengatakan, ledakan pada Selasa (4/8/2020) waktu setempat itu dipicu kebakaran di gudang pelabuhan, tempat penyimpanan amonium nitrat.
Zat kimia itu biasanya dipakai sebagai bahan dasar pupuk atau bakan peledak.
Diketahui, 2.750 ton amonium nitrat disimpan di gudang selama 6 tahun tanpa pengamanan yang memadai.
Para pemimpin dunia, organisasi internasional, dan rakyat Lebanon sangat mendesak adanya penyelidikan internasional.
Akan tetapi Presiden Michel Aoun berujar, penyelidikan semacam itu "buang-buang waktu".
(*)
• Saat Donald Trump Minta Menjabat Presiden hingga 3 Periode, Bill Clinton Sebut Pemerintahan Kacau
• Pemilihan Presiden Amerika Serikat 80 Hari Lagi, Joe Biden Khawatir Kalah dari Donald Trump
• Michelle Obama Sebut Trump Presiden yang Salah, Berujung Marah-marah di Twitter
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Trump Klaim jika Bukan karena Dia, AS Sudah Perang dengan Korea Utara".