Perang Dingin Amerika dan China Masih Berlanjut, AS Tutup Semua Pusat Budaya China
AS berencana menutup semua pusat budaya Institut Konfusius China di semua universitas AS pada akhir tahun ini
Perang Dingin Amerika dan China Masih Berlanjut, AS Tutup Semua Pusat Budaya China
TRIBUNBATAM.id - Tuduhan sebagai biang keladi meluasnya kasus virus corona di dunia dan ketegangan di Laut China Selatan terus memperburuk hubungan Amerika Serikat (AS) dan China.
Kondisi ini terus diperparah dengan sanksi AS terhadap perusahaan teknologi asal China, Huawei.
• Pemburu Tewas Diamuk Rusa yang Dipanah Sehari Sebelumnya
Selain itu AS juga beberapa waktu lalu menutup konsulat jenderal (konjen) China di salah satu negara bagian yang ikut dibalas China melakukan hal serupa.
China sejak 2019 secara global tampak "unjuk gigi" di berbagai hal.

Dominasi AS yang selama ini terasa di dunia seakan merasa tersaingi dengan kehadiran China.
Berbagai tuduhan pun dialamatkan Negeri Paman Sam kepada Beijing.
• Batas Waktu 11 September, Ini Persyaratan Dapat Subsidi Kouta bagi Mahasiswa dari Kemendikbud
Yang terbaru adalah AS berencana menutup semua pusat budaya Institut Konfusius China di semua universitas AS pada akhir tahun ini.
Hal itu disampaikan Menteri Luar Negeri AS, Mike Pompeo pada Selasa (2/9/2020) kepada Lou Dobbs di acara Fox Business Network, menurut laporan dari Reuters pada hari yang sama.
"Saya pikir semua orang datang akan mendapati risiko yang dikaitkan dengan mereka (institut konfisius China)," kata Pompeo.
• Ramalan Shio Hari Kamis 3 September 2020, Shio Anjing, Kelinci, Harimau dan Tikus Kurang Beruntung
Politisi Partai Republik ini menuduh lembaga yang didanai pemerintah China, seperti Institut Konfusius China, bekerja untuk merekrut mata-mata dan kolaborator di perguruan tinggi AS.
"Saya pikir lembaga-lembaga ini dapat melihat itu (potensi perekrutan), dan saya berharap kita akan menutup semuanya sebelum akhir tahun ini," ucapnya.
• Ini Deretan Penyakit yang Sering Dianggap Hanya Masuk Angin Biasa Tapi Ternyata Bahaya
Bulan lalu, Pompeo melabeli lembaga pusat yang mengelola Institut Konfusius di AS sebagai "entitas yang meningkatkan propaganda global dan pengaruh jahat Beijing", serta mengharuskannya mendaftar sebagai misi asing.
David Stilwell, diplomat AS terkemuka untuk Asia Timur, mengatakan pada saat itu bahwa puluhan Institut Konfusius di kampus-kampus AS tidak dikeluarkan, tetapi universitas AS harus "mencermati" apa yang mereka lakukan di kampus.

Pompeo ditanyai tentang peringatan bulan lalu oleh diplomat tertinggi pemerintah China, Wang Yi, tentang perlunya menghindari Perang Dingin baru, rujukan yang jelas untuk meningkatnya ketegangan antara China dan Amerika Serikat.
• 3 Kali Beraksi, Jaringan Sabu Internasional di Tembilahan Akhirnya Dibekuk di Batam
Pompeo mengatakan "analogi Perang Dingin memiliki relevansi," tetapi tantangan dengan China berbeda.
"Ini berbeda dengan Perang Dingin di mana kita ditantang oleh negara dengan 1,4 miliar orang," katanya.
• Pura-pura ketemu Bayi, Wanita Ini Ketahuan Setelah Dimintai Keterangan Oleh Anggota Polisi
"Tantangannya berbeda, itulah tantangan ekonomi."
Pompeo merujuk pada tindakan yang telah diambil pemerintahan Trump untuk membatasi aktivitas perusahaan China, seperti Huawei Technologies Co dan mengatakan langkah lebih lanjut dapat diharapkan.
• Pendaftaran Calon Wali Kota Batam, KPU Siapkan Alat Pengukur Suhu
"Dan sekarang Anda akan melihat upaya yang lebih luas, itu akan menjadi pengumuman, saya pikir, dalam beberapa hari dan pekan mendatang kita akan melihat Amerika Serikat menghadapi ini dengan cara yang sangat serius, semuanya demi keuntungan ekonomi Amerika," dia berkata.
.
.
.
(*)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Curigai Jadi Lokasi Perekrutan Mata-mata, Pusat Budaya China di AS Akhir Tahun Semua Ditutup