MENGENANG BJ HABIBIE

Mengenang BJ Habibie, Mantan Ketua Otorita Batam Rancang Jembatan Barelang hingga Pencakar Langit

BJ Habibie meninggal sudah setahun lalu, karya-karyanya diwariskan termasuk di Jembatan Barelang di Batam

Instagram/sg.embassy.jakarta
BJ Habibie 

Editor: Agus Tri Harsanto

TRIBUNBATAM.id, BATAM - Setahun sudah Presiden ke-3 RI BJ Habibie meninggal, namun karya-karyanya masih terlihat hingga kini.

Mantan Ketua Otorita Batam itu meninggalkan banyak karya di tanah air, termasuk di Batam

BJ Habibie pernah menjadi Ketua Otorita Batam selama 20 tahun, yaitu dari 1978-1998.

Dikutip dari BP Batam, Presiden Soeharto saat itu melihat perlunya Batam dikembangkan sebagai daerah industri berteknologi tinggi.

Untuk mewujudkan hal tersebut, Soeharto kemudian menugaskan BJ Habibie yang saat itu menjabat sebagai Menteri Riset dan Teknologi menjadi Ketua Otorita Batam.

BJ Habibie adalah Ketua Otorita Batam ketiga. Sebelum BJ Habibie, sudah ada Ibnu Sutowo (1971-1976) dan JB Sumarlin (1976-1978).

Di Batam, suami Ainun Habibie itu merancang Jembatan Barelang yang kini kini masih berdiri kokoh.

Jembatan Barelang menghubungkan pulau Batam ke pulau-pulau sekitarnya.

Total ada enam jembatan yang dibangun. Keenam jembatan itu memiliki corak dan bentuk berbeda-beda.

Tujuan dari pembangunan infrastruktur ini, adalah guna menunjang serta mempercepat laju pengembangan wilayah Barelang itu sendiri.

Sekilas Info Jembatan I Barelang, Warisan Mendiang BJ Habibie di Batam

Foto udara terkait Jembatan 1 Barelang yang merupakan warisan mendiang Presiden BJ Habibie di Batam
Foto udara terkait Jembatan 1 Barelang yang merupakan warisan mendiang Presiden BJ Habibie di Batam (TRIBUNBATAM.ID/ISTIMEWA)

Pembangunan keenam jembatan di Barelang dimulai sejak Oktober 1993 dan selesai secara bertahap mulai tahun 1996.

Adapun biaya yang dihabiskan untuk pembangunan ini mencapai Rp 257 miliar, sedangkan untuk pembangunan jalan Trans Barelang memakan biaya sebesar Rp 77,3 miliar.

Salah satu dari keenam jembatan yang menghubungkan wilayah Barelang adalah Jembatan I yang dinamakan Tengku Fisabilillah.

Jembatan I ini menghubungkan Pulau Batam dan Tonton dengan tipe cable stayed.

Bagian utama jembatan yang paling menonjol adalah struktur pilon berketinggian 119,774 dengan lebar maksimum pada bagian dasar 34,3 meter.

Filosofi Masjid BJ Habibie BP Batam Cerminan Kalimat Tauhid

Panjang total dari Jembatan I ini mencapai 642 meter dengan panjang bentang utama 350 meter. Jika diukur, jembatan ini juga memiliki lebar 21,5 meter dengan lebar trotoar 1,8 meter bertipe pondasi bored pile 120.

Pembangunan jembatan ini didukung oleh PT Hutama Karya sebagai kontraktor pelaksananya, serta saat ini telah dikelola dan menjadi aset dari Badan Pengusahaan (BP) Batam.

Sesuai dengan perencanaan Masterplan Barelang, Pulau Tonton akan dikembangkan sebagai kawasan pariwisata.

Sementara itu, pemberian nama Raja Haji Tengku Fisabilillah diabadikan sebagai nama jembatan, mengingat ia adalah seorang Raja yang Dipertuan Muda Riau-Lingga-Johor-Pahang keempat

Gedung pencakar langit Pollux Habibie

Di Batam, keluarga BJ Habibie bersama PT Pollux Properti Indonesia Tbk dan PT Pembangunan Perumahan (Persero) Tbk membangun superblok  Meisterstadt atau Pollux Habibie.

Pollux Habibie International melakukan serah terima unit kepada para pemilik apartemen Meisterstadt Batam.

Semasa hidup,  BJ Habibie pernah mengungkapkan rencana pendirian rumah sakit di dalam super blok maupun adanya program CSR Sepuluh Ribu Mata. 

Rumah sakit ini merupakan upaya mewujudkan cita-cita dari Hj Ainun Habibie, sang istri semasa hidupnya.

"Cita-cita mulia Ibu Ainun itu sungguh menjadi hal yang terus ia perjuangkan. Selain komitmen itu, semenjak dulu ibu Ainun juga turut merintis berdirinya bank mata," ungkap Habibie saat launching CSR Sepuluh Ribu Mata, di ruang perpustakaan kediamannya di Jalan Patra no 13, Kuningan, Jakarta, Selasa (03/05/2016).

Rasa nasionalismenya juga tak diragukan lagi, bahkan kegeniusan Habibie juga diakui dunia, khususnya di bidang kedirgantaraan.

Mengenang kembali setahun kepergian BJ Habibie, berikut warisan sains yang ditinggalkan bapak bangsa ini untuk Indonesia.

1. Crack Progression Theory

Teori ini adalah salah satu kontribusi sains dari BJ Habibie untuk bidang kedirgantaraan. Membuat kegeniusannya semakin diakui di dunia.

Seperti diberitakan Kompas.com, Kamis (12/9/2019) lalu, Crack Progression Theory dikenal oleh para ahli dirgantara dengan nama Faktor Habibie, Teori Habibie, atau Fungsi Habibie.

Teori ini dianggap sangat penting dalam dunia penerbangan.

Sebab, menjadi solusi terhadap masalah panjang yang dapat ditimbulkan akibat retaknya bagian sayap dan badan pesawat akibat guncangan selama take off dan landing.

Berkat temuannya ini BJ Habibie dijuluki sebagai Mr Crack, karena keahliannya dalam menghitung crack propagation on random sampai ke atom-atom pesawat terbang.

Bahkan, hingga saat ini, Faktor Habibie dijadikan pedoman dalam pembuatan pesawat terbang di seluruh dunia.

Faktor Habibie dinilai bisa meringankan operating empty weight (bobot pesawat tanpa berat penumpang dan bahan bakar) hingga 10 persen dari bobot sebelumnya.

Pesawat N250KOMPAS.COM/PUTRA PRIMA PERDANA Pesawat N250

2. Pesawat N250 Gatotkaca

Pesawat N250 Gatotkaca yang kini telah dimuseumkan di Museum Pusat TNI AU Dirgantara Mandala, Yogyakarta adalah pesawat pertama yang dibuat Indonesia.

Pengembangan pesawat ini tak lepas dari sosok genius kelahiran Parepare, Sulawesi Selatan ini.

Diprakarsai BJ Habibie yang kala itu menjabat sebagai Menristek atau Kepala Industri Pesawat Terbang Nusantara (IPTN).

Seperti diberitakan Kompas.com, Sabtu (22/9/2020), pesawat N250 PA01 Gatotkaca adalah pesawat pertama hasil dari Grand Strategy tahap 3 yang dicanangkan BJ Habibie, yakni Tahap Pengembangan Teknologi.

Awalnya, pesawat tersebut akan diproduksi sebanyak empat unit saja.

Untuk pertama kalinya, pesawat N250 Gatotkaca yang dirancang Habibie tersebut sukses melaksanakan penerbangan perdananya pada 10 Agustus 1995, yang kemudian ditetapkan sebagai Hari Kebangkitan Teknologi Nasional (Harketnas) yang diperingati setiap tahun.

Kini, setahun kepergian BJ Habibie, warisan di bidang sains, khususnya kedirgantaraan bagi dunia masih terus menjadi inspirasi bagi generasi Indonesia dalam memajukan ilmu pengetahuan.(*)

Sumber: Tribun Batam
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved