LIPUTAN KHUSUS

DUA Jam Berbincang Bareng Pasien Covid-19 di RSKI Galang Batam, Buang Jenuh dengan Goyang TikTok

TRIBUNBATAM.id berkesempatan berbincang bersama pasien covid-19 yang sedang menjalani isolasi di RSKI Galang. Menggunakan APD lengkap, simak ceritanya

ISTIMEWA
Wartawan TRIBUNBATAM.id berangkat ke RSKI Pulau Galang Batam 

"Siang Bu, dan kakak-kakak semua. Apa kabar?" tanya kami.

Kami pun langsung mengklarifikasi bahwa kami bukan dokter, tetapi wartawan Tribun Batam.

Awalnya sempat khawatir mereka akan takut dan menghindar, namun kenyataannya mereka terlihat antusias dan senang.

Mereka langsung bercerita, mulai dari kisah yang mengantarkan mereka ke RSKI hingga selama menjalani perawatan isolasi.

Setiap ruangan memiliki nomor. Di ruang isolasi yang kami temui, ada lima pasien. Betti, Ani, Siti dan dua rekannya.

Betti tampak ceria, ia baru selesai mandi. Handuk masih terlilit di atas kepalanya.

"Baru selesai mandi, Pak, ini rambut belum kering. Maaf, ya, pakaiannya masih seperti ini, hehe.." ucap Betti.

Wanita 35 tahun asal Kota Medan, Sumut, itu mengaku baru tiga hari diisolasi.

Betti menyebut, tinggal di ruang isolasi tentu banyak tidak enaknya.

"Namanya juga diisolasi, Pak. Beraktivitas hanya di kamar. Bangun pagi sarapan, olahraga, siang makan, habis itu tidur lagi. Sore olahraga lagi, habis itu mandi, makan malam, habis itu tidur," ujarnya.

Betti tidak mempersoalkan masalah makanan dan layanan petugas medis selama ia dirawat.

Menurutnya, makanan di RSKI enak dan petugas medis semuanya baik-baik. Untungnya, pasien di ruangan itu punya cara untuk mengatasi kejenuhan.

“Tiap pagi, baru bangun saja, kami sudah goyang tiktokan. Pokoknya, di ruangan ini tidak boleh ada yang suntuk. Kami akan berupaya saling menghibur. Pastinya ngobrol bak gibahan para wanita," sambut Ani.

Setelah berbincang dengan cukup heboh dengan lima wanita yang masih muda-muda ini, kami pun pamit.

Mereka menyampaikan salam kepada seluruh masyarakat.

“Foto dulu, Pak. Biar masyarakat kenal kami dengan orang-orang paling kece se-RSKI,” kata Betti.

Tubuh semakin terasa panas dan pengap. Bahkan dua personil tim Infokes, Serda Agil Pranata dan Prada Abel mengaku sudah kepanasan.

“Seperti direbus ini,” kata mereka.

Namun, kami kemudian lanjut ke kamarnomor 9. Kamar ini dihuni Kartika Lestari (35) tahun dan 4 orang kawanannya.

"Kita lagi nyantai saja, baring-baring. Sehat kok, Pak," kata Kartika setelah disapa.

Mereka mengaku sudah jenuh di RSKI dan ingin cepat pulang.

Meskipun seluruh fasilitas di RSKI sangat bagus, termasuk makanan, namun keinginan untuk pulang paling sulit dibendung.

Kondisi yang sama juga terlihat di ruangan lainnya.

Tidak banyak aktivitas yang dilakukan para pasien itu setiap harinya.

Mereka hanya bisa bersantai. Ada yang berbaring, ada pula yang sedang asik nonton televisi dan main gadget.

Tribun terus menelusuri setiap ruangan di Gedung A itu.

Sedikitnya ada 24 kamar dengan kapasitas 120 orang.

Saat Tribun berkunjung, jumlah pasien hanya 68 orang.

Gedung A 240 ini difokuskan khusus untuk pasien wanita, sementara laki-laki di gedung B.

Memang jarak gedung A dengan gedung B tidak terlalu jauh. Jika Gedung A di lantai dasar, gedung B berada di lantai 2.

Di setiap gedung terdapat ruang khusus perawat, letaknya berada di tengah-tengah kamar pasien.

Tribun sempat berkunjung ke gedung B, tempat para laki-laki menjalani isolasi, Kami harus naik tangga.

Meskipun jumlah anak tangga tidak banyak, namun cukup menyita tenaga. Pasalnya APD masih melekat ditubuh, keringat terus bercucuran.

Di ruang 18, kami bertemu dengan Hengki, Rohis 45 tahun serta tiga temannya.

Mereka juga cukup antusias menyambut kami. Hengki mengatakan, mereka masuk bersamaan dari klaster yang sama, Dormitori Mukakuning.

Sempat menolak diisolasi karena merasa sehat-sehat saja.

Tak terasa jam sudah menunjukkan pukul 13.00 WIB. Kami akhirnya memutuskan untuk segera kembali ke ruang ganti. APD ini sudah sangat menyiksa.

Menuju jalan pulang, beberapa aktivitas pasien di gedung B terlihat di tengah duduk di pojokan gedung. Ada ada yang saling berdiskusi, ada pula yang sedang video call dengan keluarga.

Akhir kata, kami kembali ke ruang ganti untuk melepas semua APD.

Eits... Ternyata melepas APD juga memiliki teknik tersendiri untuk memastikan tidak ada virus yang melekat di APD dan kemudian mengenai kulit dan tubuh.

Setelah semuanya dibuka, APD itu kemudian disatukan ke dalam tong limbah medis. Kami kemudian mandi lagi, baru mengganti pakaian di ruang ganti. (blt/ron)

Sumber: Tribun Batam
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved