Kematian Covid-19 Global Tembus 1 Juta, Warga di Eropa Gelar Unjuk Rasa: Pandemi Itu Tipuan

Unjuk rasa menentang pembatasan Covid-19 digelar di Inggris. Banyak yang sebut pandemi itu tipuan, bahkan ketika jumlah kematian global dekati 1 juta.

EPA-EFE
DEMO - Ketika kasus virus Corona di Eropa meningkat, begitu pula suara-suara yang teriakkan "penipuan". ILUSTRASI. 

Editor: Putri Larasati Anggiawan 

TRIBUNBATAM.id, LONDON - Di samping sebidang rumah berwarna permen di Portobello Road London, sebuah pesan yang baru saja dicoret-coret terdengar dari grafiti tua di pintu garasi: "Lepaskan Maskermu!"

Sentimen itu menggema dari ribuan pengunjuk rasa yang memadati Trafalgar Square di pusat kota pada hari Sabtu (26/9/2020).

Seminggu sebelumnya, melakukan unjuk rasa menentang pembatasan virus Corona di Inggris.

Banyak yang menyebut pandemi itu tipuan, bahkan ketika jumlah kematian global mendekati 1 juta.

"Tidak ada lagi kebohongan, tidak ada lagi masker, tidak ada lagi lockdwon," satu papan bertuliskan.

Di Berlin, Brussel, Dublin, dan Paris, pertemuan serupa telah berlangsung dalam beberapa pekan terakhir karena kasus virus Corona kembali meningkat di sebagian besar Eropa.

Hasil Piala Super Eropa Bayern Muenchen vs Sevilla - Munchen Juara Lewat Gol Tandukan Javi Martinez

Tetapi dengan peringatan para ahli kesehatan bahwa gelombang kedua telah tiba di beberapa tempat dan dengan banyak pemerintah bergerak untuk memberlakukan kembali pembatasan.

Jajaran mereka yang mengabaikan bahaya virus dan yang lain menyebutnya sebagai tipuan yang dipimpin pemerintah telah membengkak.

Daniel Jolley, dosen senior psikologi di Northumbria University dan pakar teori konspirasi, mengatakan munculnya kontingen vokal yang berkembang dari orang-orang yang percaya bahwa pemerintah tidak jujur ​​tentang pandemi itu tidak mengejutkan.

"Orang tertarik pada teori konspirasi di saat krisis," kata Jolley.

"Ketika ada sesuatu yang terjadi, wabah virus, perubahan politik yang cepat, kematian seorang selebriti, serangan teroris, itu melahirkan teori konspirasi."

Sifat pandemi yang berkepanjangan dan prospek babak baru pembatasan pemerintah, menurutnya, hanya memperdalam ketidakpercayaan dan berpotensi memacu para penentang.

"Orang-orang mencoba memahami dunia tempat kita hidup," katanya, terlepas dari apakah penjelasan itu berakar pada kenyataan atau tidak.

"Tetapi bila Anda memiliki keyakinan ini, Anda berpegang padanya, dan Anda menganggap bukti yang mendukung sudut pandang Anda," tambahnya.

Halaman
123
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved