Kondisi Ekonomi Indonesia Resesi di Kuartal III 2020, Inilah Jurus yang Dilakukan Pemerintah
Kondisi ekonomi Indonesia saat ini mengalami resesi pada kuartal III tahun 2020 akibat gempuran Covid-19.
Febrio mengatakan, rancangan defisit APBN tahun ini yang mencapai 6,3 persen merupakan salah satu upaya pemerintah untuk menjaga kinerja perekonomian.
Menurut dia, Indonesia belum pernah mendorong defisit anggaran hingga 6,3 persen bahkan dalam krisis-krisis yang lalu.
Defisit tersebut terjadi lantaran pemerintah menggelontorkan belanja sebagai stimulus atau bantalan untuk perekonomian yang mencapai Rp 695,2 triliun.
"Tahun 1998 kita defisit hanya 4,5 persen hingga 5 persen, belum pernah sedalam itu, kita merancang agresif fiskal," ujar dia.
"Dan semua negara di dunia merancang defisit tergantung kemampuan mereka dalam meminjam uang. Karena defisit ini kan meminjam seba penerimaan nggak cukup, tapi harus belanja banyak, jadi utang negara sebenarnya," tambah dia.
Ancaman Pengangguran
Pemerintah baru saja merevisi proyeksi pertumbuhan ekonomi pada kuartal III mendatang.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, pertumbuhan ekonomi bakal kembali negatif di kisaran -1,7 persen hingga -0,6 persen, artinya, Indonesia bakal mengalami resesi.
Sebab pada kuartal II yang lalu kinerja perekonomian Indonesia juga tercatat negatif 5,32 persen.
Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri ( Kadin) Indonesia Rosan P Roeslani mengatakan, dengan adanya risiko resesi tersebut, jumlah pengangguran di Indonesia bakal meningkat hingga 5 juta orang.
" Pertumbuhan ekonomi di minus 1,7 persen dan 0,6 persen akan meningkatkan kemiskinan dan pengangguran secara signifikan. Sekarang jumlah pengangguran kurang lebih 7 juta orang, dan akan bertambah lebih dari 5 juta," jelas Rosan ketika memberikan penjelasan dalam diskusi virtual, Kamis (24/9/2020).
Di sisi lain, setiap tahun di Indonesia ada tambahan 2,24 juta orang yang membutuhkan lapangan kerja baru,
Selain itu, berdasarkan data ketenagakerjaan saat ini ada 8,14 juta orang yang setengah penganggur dan 28,41 juta orang pekerja paruh wkatu.
Dengan demikian, setidaknya ada 46,3 juta orang yang tidak bekerja secara penuh.
"Atau 33,59 persen, angka ini cukup baru, dan dari data Kemenkeu, akan ada tambahan 4 juta hingga 5 juta pengangguran akibat Covid-19," jelas Rosan.
Rosan pun menyoroti kinerja sektor-sektor industri di Indonesia yang berkontribusi terhadap minusnya pertumbuhan ekoomi Indonesia.