Usai Temukan 161 Kasus Covid-19 Tanpa Gejala, China Kembali Catat 20 Infeksi Harian

China melaporkan 20 kasus Covid-19 baru yang dikonfirmasi pada Senin (26/10/2020). Sebelumnya, China melaporkan 161 kasus baru tanpa gejala.

Kompas.com
COVID-19 - China melaporkan 20 kasus virus Corona baru yang dikonfirmasi, 161 kasus tanpa gejala. 

Editor: Putri Larasati Anggiawan

TRIBUNBATAM.id, SHANGHAI - China melaporkan 20 kasus Covid-19 baru yang dikonfirmasi pada Senin (26/10/2020).

Sebelumnya, China melaporkan 161 kasus baru tanpa gejala pada Minggu (25/10/2020).

Otoritas kesehatan nasional mengatakannya pada Senin, menyusul lonjakan infeksi tanpa gejala di wilayah Xinjiang barat laut.

Komisi Kesehatan Nasional mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa semua kasus baru yang dikonfirmasi adalah infeksi impor yang berasal dari luar negeri.

Dari 161 infeksi tanpa gejala, yang tidak diklasifikasikan oleh China sebagai kasus yang dikonfirmasi, 138 ditularkan secara lokal.

Kashgar di wilayah Xinjiang pada Sabtu (24/10/2020) mulai menguji 4,75 juta penduduknya setelah mendeteksi pasien tanpa gejala di pabrik garmen.

Baca juga: Xinjiang China Temukan Kasus Covid-19 Tanpa Gejala di Kashgar, Banyak Penerbangan Dibatalkan

137 kasus asimtomatik lainnya telah dilaporkan pada 25 Oktober karena tes yang sedang dilakukan.

Sebanyak 85.810 kasus Covid-19 yang dikonfirmasi telah dilaporkan di China daratan hingga saat ini, sementara jumlah kematian tetap tidak berubah di 4.634.

China Bela Pemberian Vaksin Covid-19 Eksperimental ke Ribuan Orang, Kasus Impor Jadi Tekanan

China mengatakan memberi vaksin virus Corona yang masih diuji kepada ratusan ribu orang di luar uji klinis, dibenarkan mengingat risiko Covid-19 kembali melalui perbatasannya.

Selain itu, kurangnya efek samping yang signifikan sejauh ini dari suntikan juga menjadi pertimbangan.

Pada bulan Juli, negara tersebut mengizinkan penggunaan darurat tiga vaksin yang dikembangkan oleh perusahaan lokal China National Biotec Group Co. dan Sinovac Biotech Ltd untuk pekerja garis depan.

Termasuk staf medis yang merawat pasien virus dan untuk pejabat perbatasan.

Tapi sejak itu diperluas hingga mencakup karyawan perusahaan milik negara dan pemerintah juga mempertimbangkan untuk menawarkan jab eksperimental kepada siswa yang akan belajar di luar negeri.

Halaman 1 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved