HUMAN INTEREST
Kisah Hawa Jadi Pemulung di Batam, Bertahan Hidup di Tengah Pandemi Corona
Sebelum Covid-19 tiap hari Hawa bisa mendapatkan Rp 50 ribu dari mencari barang rongsokan. Kini hanya Rp 20 sampai 30 ribu
Penulis: ronnye lodo laleng | Editor: Dewi Haryati
Saat ini wanita paru baya itu tinggal sendiri di permukiman padat penduduk di Pasar Pagi Jodoh, Batam.
"Suami saya sudah meninggal 13 tahun yang lalu di Medan," kata ibu yang lahir di Dolo Sanggul, 5 Mei 1953.
Ia mengaku hijrah ke Batam karena lapak jualan sayur miliknya yang ada di Simpang Limun Medan, Sumatra Utara di gusur oleh pemerintah setempat.
Setelah digusur ia mengaku tidak memiliki tempat untuk berjualan lagi.
Akhirnya ia memilih mengadu nasib ke Batam.
Ibu lima anak ini bercerita, sebelum Covid-19 tiap hari ia bisa mendapatkan Rp 50 ribu dari mencari barang rongsokan. Namun saat Covid ini sehari-hari ia hanya mendapatkan penghasilan Rp 20 - 30 ribu saja.
Saat ditanya ingin pulang ke Medan, Hawa Purba atau sering disapa Opung ini mengaku ingin pulang namun terhambat biaya.
"Kalau sudah ada uang ingin pulang, sudah kangen sama anak-anak di Medan," ujarnya.
Ketika ditemui Tribun Batam.id, Hawa sedang memeriksa barang yang ia kumpulkan selama dua hari ini.
Walau saat itu kondisi di daerah Jodoh sedang panas terik, dengan sigap dia membongkar karung-karung yang hampir sobek itu untuk dibersihkan kembali.
(tribunbatam.id/Ronnye Lodo Laleng)