HARI IBU

Kumpulan Puisi Menyentuh untuk Ibu saat Peringatan Hari Ibu 22 Desember 2020

Puisi menyentuh untuk ibu merupakan salah satu cara untuk memperingati Hari Ibu 2020 pada 22 Desember nanti.

TribunWow.com/Octavia Monica
SELAMAT HARI IBU - Kumpulan puisi menyentuh untuk ibu saat peringatan Hari Ibu 22 Desember 2020. (TribunWow.com/Octavia Monica) 

TRIBUNBATAM.id - Puisi menyentuh untuk ibu merupakan salah satu cara untuk memperingati Hari Ibu 2020 pada 22 Desember nanti.

Selain puisi menyentuh untuk ibu, tentu saja kita senantiasa memanjatkan doa untuk ibu

Hari Ibu diperingati setiap 22 Desember. 

Tak ada salahnya mengirimkan Kumpulan Puisi Untuk Ibu Tercinta di Hari Ibu 22 Desember.

Pemerintah RI menetapkan 22 Desember sebagai Hari Ibu Nasional.

Tanggal ini dipilih bertepatan dengan tahun pembukaan Kongres Perempuan Indonesia yang pertama, pada 22 hingga 25 Desember 1928.

Kongres ini diadakan di gedung bernama Dalem Jayadipuran, yang kini menjadi kantor Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional, di Jalan Brigjen Katamso, Yogyakarta.

Baca juga: BCL dapat Kado Lukisan dari Noah di Hari Ibu Internasional, Sampaikan Pesan Menyentuh Tentang Ibu

Tanggal 22 Desember kemudian ditetapkan sebagai Hari Ibu oleh Presiden Soekarno, di bawah Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 316 Tahun 1959.

Hari Ibu dirayakan untuk menghargai semangat dan jasa-jasa seorang ibu.

Nah di Hari Ibu tahun 2017 ini, tidak ada salahnya buat kamu, untuk memberi ucapan mengharukan pada ibu tercinta.

Jangan sampai terlambat mengucapkan ketika ia sudah tak ada lagi di dunia ini.

Berikut kumpulan puisi untuk ibu tercinta di Hari Ibu seperti dikutip dari Inspirilo.com dan katamutiara.org

Ibu, sungguh ku teladanimu

Perkataanku menggemakan suaramu

Kau adalah sinar perindu

Tak terganti dan hanya satu

Tak pernah terpikir

Caraku berjalan

Caraku tersenyum

Itu refleksi darimu

Kau wujudkan semua impian

Kau lukis seluruh harapan

Kau ikatkan simpul ketegasan

Diriku kini kau kuatkan

Ibu, kau telah petakan jalan itu

Jalan surga yang agung

Atas semua pengajaranmu

Atas semua kasih cintamu

bu, sungguh ku teladanimu

Perkataanku menggemakan suaramu

Kau adalah sinar perindu

Tak terganti dan hanya satu

Tak pernah terpikir

Caraku berjalan

Caraku tersenyum

Itu refleksi darimu

Kau wujudkan semua impian

Kau lukis seluruh harapan

Kau ikatkan simpul ketegasan

Diriku kini kau kuatkan

Ibu, kau telah petakan jalan itu

Jalan surga yang agung

Atas semua pengajaranmu

Atas semua kasih cintamu

Saat ku kecil dulu

Saat usiaku lebih muda dari kini

Ku tak pernah benar-benar paham

Atas semua yang kau katakan

Ku juga tak begitu menyadari

Berapa banyak pengorbananmu

Kau ajariku banyak hal

Dan menjadikanku seperti ini

Tapi aku selalu sadar

Sejak sedari awal

Bahwa cintamu untukku tak terbatas

Dari segenap hatimu tentu

Di keistimewaan hari

Ku hanya ingin yakinkan

Betapa ku menghargai semua yang kau beri

Aku sayang padamu, Ibu

Di atas ranjang tidurku, kau seorang pengasih

Di dapur kau adalah juru masak terhebat

Terhadap anak-anakmu, kau laksana dokter

kapan gerangan ibu, engkau beristirahat?

Di lapangan, kau adalah pelatihku

di kolam renang, kau pelindungku

Di taman bermain, kau penjagaku

Apakah ada yang tidak bisa kau lakukan, Ibu?

Aku memang tak pernah tahu

Akan semua pekerjaan yang kau kerahkan

tapi dari sekian banyak yang kau punya

Izinkan ku berikan cinta terbaikku

Terima kasih atas semua pengorbananmu, Ibu

Kerja keras di tiap harimu

Menjaga dan merawatku

Tak akan lekang oleh waktu

Berikut kumpulan puisi Hari Ibu, dikutip dari katamutiara.org

1. Puisi Ibu yang Menyentuh Hati

Sembilan bulan, anakku tersayang kukandung

Ke mana pun aku pergi, ia selalu kubawa

Meski lelah, aku tidak kan pernah mengeluh

Bayi yang kukandung adalah buah hati kami.

Oh, anakku, kutunggu engkau tiba di bumi

Terlahir dari rahim seorang ibu yang menanti bertahun-tahun.

Ya, anakku, akan memberikan kami kebahagiaan lahir-batin.

Hatiku yang kosong akan penuh kembali.

Meski aku payah bekerja sementara engkau tumbuh semakin besar

Aku tidak akan pernah menghitung beban di perutku.

Ia, anakku, buah hati kami, adalah matahari yang menerangkan hidup

Ia menjadi bulan yang menerangkan gelap gulita malam.

Jika anakku terlahir, ia akan kutimbang-timbang saban pagi

Di siang aku kutemani tidur, dan di malam akan kuceritakan dongeng.

Tapi aku kan sedih jika anakku tumbuh semakin besar.

Kuharap ia tak kan lupa pada bundanya yang mengandung

dan mencitainya sepenuh hati. Kuharap jika ia sudah besar nanti

ia akan selalu ingat jalan pulang, jalan kerinduan bundanya.

2. Puisi Ibu yang sudah Meninggal

Bunda, ketika engkau sudah tiada, aku merasa sendiri di dunia ini.

Meski banyak orang yang aku kenal, tapi hatiku tetap merasa kosong.

Ibu, anak lanangmu ini merindukan suaramu.

Engkau adalah perempuan pertama yang kukenal ketika aku melihat dunia.

Engkau adalah perempuan pertama yang mencintaiku segenap jiwa.

Demi waktu, aku merasa rugi tidak bisa membahagiakanmu

Aku belum memberangkatkan engkau ke tanah suci,

Padahal engkau begitu merindukan tanah suci itu.

Oo, ibuku, bundaku, perempuan terkasihku, aku mohon maaf

Jika selama ini telah banyak berbuat dosa kepadamu.

Aku ingin sekali bersimpuh di kakimu,

Aku ingin sekali mencium keningmu,

Aku ingin sekali mengucapkan kata-kata rindu.

Meski kini engkau sudah tiada, tapi aku yakin

Bahwa engkau terus mencintaiku, menyayangiku selamanya.

3. Contoh Puisi Ibu Aku Rindu

Ibu, kerinduanku sebesar gunung

Sudah bertahun-tahun aku tak menemuimu.

Rasanya seperti berabad-abad tak berjumpa denganmu.

Maafkan, anakmu ini masih merantau jauh, ke belantara kota.

Bunda, belantara kota tidak ramah seperti di desa.

Di sini aku mengabdi pada waktu dan tenaga.

Hampir tidak ada waktu untuk bersenda gurau

Sebagaimana dulu kita masih hidup satu atap.

Aku rindu suaramu, bunda. Aku rindu belaian tanganmu

 Mengusap dahiku yang payah.Aku rindu masakanmu ibu

Meski sederhana, tapi sudah cukup

Menghilangkan lapar tubuh dan jiwaku.

Bunda, aku tuliskan sajak ini untuk mengenangmu

Untuk mengingatmu di kala aku bosan

Pada ketidakramahan kota.

Bunda, ingin sekali kutemui dirimu

Kubacakan sajak-sajakku untukmu.

Kuharap engkau di desa masih tetap sehat

Dan selalu menunggu anakmu ini.

4. Puisi Ibu untuk Anak Merantau

Bunda, aku telah merantau jauh, jauh sekali

Ke dunia yang tidak pernah engkau lihat.

Di sini setiap akhir tahun ada musim dingin.

Ada salju yang turun bagai kapas.

Engkau pasti menyangka itu adalah pohon kapuk

Yang berguguran.

Bundaku tersayang, dari tanah rantau ini akun ingin bercerita

Bagaimana kerinduanku untuk pulang ke tanah leluhur.

Aku rindu rumah, aku rindu masakan ibu,

Aku rindu bermain dengan adik,

Dan mendengar nasihat ayah.

Aku ingin sekali salat di surau

Mendengar gemericik air di sungai.

Mendengar suara anak-anak bermain

Yang menyejukkan hati.

Di negara asing ini, aku merasa sendiri

Meski banyak orang lalu lalang

Tapi aku tetap merasa duniaku tidak di sini.

Bunda, aku ingin sekali membawamu ke sini

Mengenalkan dunia yang belum pernah

Engkau liat seumur hidupmu.

Tapi apa daya, aku di sini harus bertarung

Dengan waktu dan tenaga.

Aku belum bisa membawamu ke tanah rantau ini.

Tapi suatu ketika, aku ingin sekali mengajakmu

Jalan-jalan ke tepi sungai Rheine

Sambil bersantai, menyeruput kopi,

Dan mengenangkan tanah leluhur.

5. Puisi Ibu Bertema Pengalaman

Aku akan selalu belajar kepadamu, Bunda.

Belajar apa pun. Karena pengalamanmu

Adalah pengalaman yang tak bisa dijelaskan

Dengan makna dan pengertian.

Pengalamanmu tak terukur jarak tahun cahaya

Karena dengan itu aku selalu takzim kepadamu.

Jadikanlah anakmu ini seorang yang pandai

Dalam memilih dan memilah segala hal.

Jadikanlah anakmu ini seorang piawai

Menentukan arah dan tujuan.

Itulah kenapa engkau adalah pengalaman

Yang terbentang bagai kaki langit

Yang terjuntai, menggapai pagi.

Ya, engkau adalah pagi pertama

Engkau adalah hujan pertama

Engkau adalah seorang bijak

Yang datang untukku, Bunda.

9. Puisi Ibu Single Parent

Bundaku, tidak terbayang betapa beratnya kehidupan

Meski ayah sudah lama tak ada, engkau tetap berjuang.

Berjuang melawan nasib dan takdir.

Engkau sekolahkan anak-anakmu hingga lulus.

Engkau bekerja tak kenal lelah.

Itu semua engkau lakukan demi kesejahteraan anakmu.

Meski kadang kulihat engkau kepayahan

Tetapi di depan anak-anakmu engkau begitu tegar.

Bagai pohon tinggi yang diterpa angin kencang

Engkau tetap tegak dan berdiri di atas kakimu.

Bunda, engkau adalah sumber inspirasi kami

Engkau adalah mutiara bagi hari depan kami.

Kadang aku merindukan saat-saat kita semua

Berkumpul bersama ayah di ruang tamu.

Aku merindukan saat-saat kita bercanda

Di akhir pekan yang menyenangkan.

Tapi seperti pesanmu kepadaku

Bahwa kita harus terus berjalan

Jangan pernah patah semangat.

Harus tetap tegas dengan apa pun kondisinya.

Itulah hakikat manusia

Jangan pernah goyah oleh keadaan.

Kita harus bersumpah pada diri kita

Bahwa kehidupan esok kelak lebih baik

Dari kehidupan yang sekarang.

Akan terus kuingat pesanmu itu, Bunda.

Anakmu yang tidak punya pegangan

Akan berlajar bagaimana tidak berpangku tangan.

Terima kasih Bunda atas segala kebaikan

Dan ketulusan cintamu kepadaku.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved