Kisah Kemisan, Pria yang Hilang Setahun Ditemukan, Ngaku Jalan Kaki 400 Km Kulon Progo-Surabaya

Kisah Kemisan, Pria yang Hilang Setahun Ditemukan, Ngaku Jalan Kaki 400 Km Kulon Progo-Surabaya

Kompas.com
GANGGUAN JIWA - Kisah Kemisan, Pria yang Hilang Setahun Ditemukan, Ngaku Jalan Kaki 400 Km Kulon Progo-Surabaya 

“Dari (dinas sosial) Keputih (pulang) pakai mobil, antar (orang seperti dirinya) ke Ngawi, ke Temanggung, lalu ke Dinas Sosial Wates,” kata Kemisan.

Kemisan dari Plampang 2 Kalurahan Kalirejo, Kapanewon Kokap, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Kemisan dari Plampang 2 Kalurahan Kalirejo, Kapanewon Kokap, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta. (Kompas.com)

Dukuh Plampang 2, Dwi Wuryaningsih menceritakan bahwa Kemisan berlatar belakang seorang lulusan SMP. Ia bisa membaca dan komunikasinya cukup baik.

Ia bahkan mengenal alamat rumah hingga identitas dirinya. Komunikasi dengan Kemisan bisa dua arah.

Ini menyiratkan kondisi baik pada dirinya. Namun, Kemisan memang memiliki riwayat sakit syaraf pada otak di masa lalu. Pernah berobat dan menjalani terapi obat yang panjang.

“Dua Minggu sebelum kepulangan, saya mendapat kabar tentang keberadaan Kemisan di Surabaya. Saya beritahu keluarga bahwa Kemisan baik-baik saja,” kata Dwi via telepon.

Pekerjaan rumah

Persoalan orang dengan gangguna jiwa menjadi pekerjaan rumah rutin bagi pemerintah kelurahan Kalirejo.

Lurah Kalirejo, Lana mengungkapkan, ada 49 difabel dengan gangguan jiwa di desanya. Lana mengungkapkan, Kemisan salah satunya. Kemisan bukan penderita yang berat, namun ringan.

Pengobatannya sudah berlangsung lama.

“Kami pernah membawa Kemisan ke RS Grahsia dan Magelang untuk dirawat,” kata Lana di kantornya.

Lana menceritakan, pemerintah memberikan perhatian besar pada para ODGJ di desanya.

Pasalnya, mayoritas mereka berusia produktif. Rata-rata tidak mendapat perhatian serius dari keluarga.

Akibatnya, pemerintah desa (Pemdes) dan pedukuhan berupaya ekstra membantu pengobatan bagi para penderita.

Pemdes mendorong agar difabel gangguan jiwa tetap rutin berobat sehingga tetap bisa turut berkarya di desa dan berkembang bersama warga kebanyakan.

Lana menceritakan, para pamong desa (pejabat desa) juga punya banyak cara untuk membantu, mulai dari memberi perhatian ekonomi bagi para penderita, hingga mendorong kinerja sebuah lembaga kesejahteraan sosial (LKS) yang menangani penderita gangguan jiwa.

Halaman
1234
Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved