IPW Merasa Aneh Usai Baku Tembak, Tangan 4 Anggota FPI Tidak Diborgol, Polisi: Mereka Tak Diborgol
Reskonstruksi digelar di tempat tempat kejadian perkara (TKP), yakni di sekitar Jalan Tol Jakarta-Cikampek, Karawang, Jawa Barat, pada Senin (14/12)
IPW menyebut ada sejumlah pelanggaran dalam standard operation procedure (SOP) yang dilakukan oleh pihak kepolisian dalam kasus penembakan 6 laskar FPI.
Dikutip dari Tribunnews.com, Senin (14/12/2020), Ketua Presidium IPW Neta S Pane menyoroti soal kondisi empat laskar FPI yang sempat diamankan dalam kondisi hidup namun tidak diborgol.
"Ini sangat aneh, Rizieq sendiri saat dibawa ke sel tahanan di Polda Metro Jaya tangannya diborgol aparat. Kenapa keempat anggota FPI yang baru selesai baku tembak dengan polisi itu tangannya tidak diborgol saat dimasukkan ke mobil polisi?," ungkapnya.

Neta juga mengkritik soal langkah aparat memasukkan empat laskar FPI ke dalam mobil berkapasitas kecil.
"Memasukkan keempat anggota FPI yang baru selesai baku tembak dengan polisi ke dalam mobil polisi yang berkapasitas delapan orang, yang juga diisi anggota polisi, adalah tindakan yang tidak masuk akal, irasional, dan sangat aneh," jelasnya.
Terakhir, Neta menyinggung soal kemampuan anggota Polri yang seharusnya mampu melumpuhkan anggota FPI yang pada saat itu tidak bersenjata.
"Dari ketiga kecerobohan ini terlihat nyata bahwa aparatur kepolisian sudah melanggar SOP yang menyebabkan keempat anggota FPI itu tewas di satu mobil," terang Neta.
FPI: Ini Makin Aneh
Di sisi lain, Sekretaris Umum FPI Munarman meminta agar pihak kepolisian menghentikan fitnah terhadap tewasnya 6 laskar FPI dalam baku tembak melawan aparat.
Pernyataan itu disampaikannya saat menanggapi rekonstruksi bentrok antara laskar FPI dan polisi yang digelar pada Senin dini hari.
Dikutip dari Kompas.com, Munarman menyebut para laskar FPI yang tewas hanyalah pemuda lugu.
"Kami mengimbau untuk hentikan semua rekayasa dan fitnah. Mereka keenam korban hanya para pemuda lugu yang mengabdi kepada gurunya, menjaga keselamatan gurunya," kata Munarman kepada Kompas.com.
Munarman menuding, ada rekaya di balik kasus baku tembak antara laskar FPI dan polisi.

"Dan berlanjut lagi dengan kekerasan struktural yaitu berupa berbagai upaya rekayasa terhadap kasus mereka," kata Munarman.
Ia menyoroti adegan perebutan senjata yang terjadi pada saat dilakukan rekonstruksi kasus.