INFO KEUANGAN
Saham 2021 di Tahun Kerbau Logam, Sektor Properti dan Perbankan Bergairah
Tahun 2020 segera berakhir, bagaimana analisa saham 2021?, Saham apa saja naik di Tahun Kerbau Logam
TRIBUNBATAM.id - Tahun 2020 segera berakhir, bagaimana analisa saham 2021?
Analisa saham 2021 menjadi penting diketahui mengingat kondisi ekonomi masih belum menentu.
Dalam kalender Tionghoa, 2021 merupakan Tahun Kerbau Logam, diprediksi ekonomi mulai membaik.
Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk menahan tingkat suku bunga 7-Day Reverse Repo Rate (BI 7DRRR) di level 3,75% dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI Desember 2020.
Berlanjutnya era suku bunga rendah ini pun bisa menjadi angin segar bagi sektor yang erat kaitannya dengan suku bunga acuan.
Analis Phillip Sekuritas Indonesia Michael Filbery menilai, stimulus-stimulus moneter yang ekspansif akan banyak berpengaruh terhadap kinerja industri properti.
Terlebih di era suku bunga rendah saat ini, tentunya akan meningkatkan minat masyarakat terhadap kredit properti atau kepemilikan rumah.
Baca juga: Bunga Deposito Pekan Ini, Bank Bukopin dan Bank Mayora Bersaing, Mandiri Turun
Baca juga: Rekomendasi Saham Unggulan Hari Ini, IHSG Masih Berpotensi Terkoreksi
Michael melihat, beberapa emiten yang diuntungkan dari suku bunga rendah ini diantaranya emiten properti yang memiliki portofolio rumah tapak (landed house).
Hal ini sejalan dengan preferensi masyarakat Indonesia yang lebih menyukai terhadap kepemilikan landed house dibandingkan tipe hunian lainnya.
Jika ditelusuri lebih jauh, saat ini emiten yang memiliki portofolio produk landed house yaitu PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE) dan PT Ciputra Development Tbk ( CTRA).
Dus, suku bunga rendah akan mempengaruhi daya beli dari pasar penjualan dua emiten ini, dimana segmen pasar CTRA dan BSDE menyasar kelas menengah bawah (mid-low income) hingga kelas menengah (middle income).
“Apalagi CTRA dan BSDE memiliki produk rumah dengan harga rentang Rp 1 miliar-Rp 2 miliar,” ujar Michael, Kamis (17/12).
Lebih lanjut, sentimen stimulus lainnya yang dapat menggerakkan kinerja sektor properti adalah dana pemulihan ekonomi nasional (PEN) yang akan ditempatkan pada kredit kepemilikan rumah (KPR) baik yang bersubsidi maupun non-subsidi. Kebijakan ini tentu akan meningkatkan kinerja penjualan properti yang sempat tertekan akibat dampak Covid-19.
Selain sektor properti, lanjut Michael, suku bunga acuan yang rendah juga akan menggairahkan industri perbankan karena dapat meningkatkan permintaan kredit dari segmen korporasi.
Segmen bank bank umum kegiatan usaha (BUKU) IV umumnya dinilai lebih cepat dalam menyesuaikan penurunan suku bunga terhadap suku bunga simpanan atau deposito dibandingkan penurunan suku bunga kreditnya. Sehingga, hal ini dapat memperlebar marjin menjadi lebih besar.