Pernah Diburu Tito Karnavian, Densus 88 Ringkus Penerus Dokter Azhari, Upik Lihai Rakit Bom & Senpi
Penerus Dokter Azhari berjuluk profesor yang lihai merakit bom dan senjata api, Upik Lawanga, berhasil diringkus Tim Densus 88 Antiteror Polri
Sehingga UL yang saat ini kita tangkap adalah penerus dokter Ashari," jelasnya.
Setelah memiliki kemampuan membuat bom dan kemampuan militer seperti menembak, Upik Lawanga mulai melakukan aksi amaliyah di daerah Sulawesi Tengah.
Dari hasil penyidikan Densus 88, kasus besar tindak pidana terorisme yang melibatkan Upik Lawanga di Sulawesi Tengah.
Pada tahun 2004, dia terlibat dalam pembunuhan Helmi Tembiling istri Anggota TNI AD, penembakan dan pengeboman Gereja Anugrah pada 12 Desember 2004.
Selain itu, pengeboman GOR Poso 17 Juli 2004, bom Pasar Sentral 13 November 2004.
Pada tahun 2005, bom Pasar Tentena, Bom Pura Kandangan, Bom Pasar Mahesa.
Baca juga: Brenton Tarrant, Teroris Brutal Penembak Puluhan Jemaah Masjid Selandia Baru Terdiam di Pengadilan
Kemudian pada 2006, bom termos nasi Tengkura, bom center kaus hingga, penembakan sopir angkot.
Lalu pada 2020, Upik Lawanga membuat senjata api rakitan dan membuat bunker.
Nama besar Tito Karnavian
Berbicara dua gembong teroris jaringan Dokter Azhari dan Noordin Moch Top, tak bisa lepas dari nama eks Kapolri Tito Karnavian.
Tahun 2004, ketika Densus 88 Antiteror dibentuk untuk membongkar jaringan terorisme di Indonesia, Tito Karnavian yang saat itu menjabat Ajun Komisaris Besar (AKBP) memimpin tim yang terdiri dari 75 personel.

Unit antiteror ini dibentuk oleh Kapolda Metro Jaya (waktu itu) Irjen Firman Gani.
Tito juga termasuk polisi yang mendapat kenaikan pangkat luar biasa saat tergabung dalam tim Densus 88 Antiteror, yang melumpuhkan teroris Dr Azahari dan kelompoknya di Batu, Malang, Jawa Timur, 9 November 2005.
Baca juga: Geledah Rumah Terduga Teroris di Batam, Densus 88 Sita Senpi Rakitan, Terkait Penangkapan di Sumbar
Densus 88 Antiteror juga berhasil menangkap 19 dari 29 warga Poso yang masuk dalam DPO di Kecamatan Poso Kota, 2 Januari 2007.
Tito dan sejumlah perwira Polri lainnya juga sukses membongkar konflik Poso dan meringkus orang-orang yang terlibat di balik konflik tersebut.