INFO KEUANGAN

Prediksi Saham Pekan Ini, Berikut 10 Saham yang Paling Banyak Diobral

Saham PT Capital Financial Indonesia Tbk (CASA) adalah saham paling banyak dijual asing Rp 245,11 miliar.

Kontan
Prediksi Saham Pekan Ini, Berikut 10 Saham yang Paling Banyak Diobral. FOTO ILUSTRASI. Aktivitas penjualan saham dan surat berharga lainnya seperti obligasi negara ritell seri 013 di Mandiri Sekuritas (mansek), Jakarta, Kamis (6/10). 

TRIBUNBATAM.id, JAKARTA - Saham-saham yang paling banyak dilego asing pekan ini.

Saham PT Capital Financial Indonesia Tbk (CASA) adalah saham paling banyak dijual asing Rp 245,11 miliar.

Saham CASA tercatat merosot 1,54% ke Rp 384 per saham dalam sepekan.

Total volume perdagangan saham CASA pekan ini 1,39 miliar dengan nilai transaksi Rp 538,22 miliar.

Asing juga mengobral saham PT Bumi Serpong Damai (BSDE) Rp 228,29 miliar.

Namun saham BSDE melesat 16,59% dalam sepekan.

Total volume penjualan saham BSDE mencapai 660,87 juta dengan nilai transaksi Rp 799,56 miliar.

Saham PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) juga dilego asing Rp 209,76 miliar.

Saham INDF pun ditutp melemah 1,44% ke Rp 6.825 per saham dalam sepakan.

Baca juga: Prediksi Saham 2021, IHSG Menguat Sentuh Level di Atas 6.000

Baca juga: Prediksi Saham 2021, Sektor Properti, Perbankan dan Telekomunikasi Primadona di Tahun Kerbau Logam

Total volume penjualan saham INDF mencapai 94,2 juta dengan nilai transaksi Rp 650,8 miliar.

Asing juga melepas saham PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) Rp 193,8 miliar.

Saham ICBP pun turun tipis 1,27% ke Rp 9.700 per saham dalam sepekan.

Total volume penjualan saham ICBP mencapai 71,69 juta dengan nilai transaksi Rp 699,48 miliar.

Sebelumnya, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah 0,14% ke level 6.104,32 pada perdagangan Jumat (18/12).

Namun dalam sepekan mulai 14-18 Desember 2020, IHSG masih menguat 2,8%.

Mengutip data RTI, asing mencatat net sell atau jual bersih dalam nilai cukup besar pada akhir pekan ini yakni Rp 2,66 triliun di seluruh pasar dalam sehari.

Namun selama sepakan asing juga mencatat net sell sebesar Rp 1,46 triliun di seluruh pasar.

Berikut ini adalah saham-saham yang paling banyak dilego asing pekan ini.

Berikut 10 saham net sell terbesar asing dalam pekan ini:

1. CASA Rp 245,11 miliar
2. BSDE Rp 228,29 miliar
3. INDF Rp 209,76 miliar
4. ICBP Rp 193,8 miliar
5. BBNI Rp 187,16 miliar
6. TLKM Rp 124,7 miliar
7. AALI Rp 100,51 miliar
8. CTRA Rp 86,18 miliar
9. UNVR Rp 48,23 miliar
10. ADRO Rp 33,79 miliar

Perbankan dan Telekomunikasi Primadona di Tahun Kerbau Logam

Logo Bank Indonesia (BI)
Logo Bank Indonesia (BI) (ist)

Tahun 2020 segera berakhir, reksadana saham dinilai masih menjadi pilihan instrumen investasi di Tahun Kerbau Logam.

Dalam kalender China, 2021 merupakan Tahun Kerbau Logam yang diyakini sebagai kebangkitan ekonomi setelah terpuruk akibat Covid-19.

Hingga penghujung 2020,  Indeks Harga Saham Gabungan ( IHSG) diperkirakan akan mampu bertahan di atas 6.000 hingga akhir tahun ini.

Para Manajer Investasi pun mulai mengatur ulang racikan portofolio reksadana saham mereka menyambut tahun depan, termasuk Sucorinvest Asset Management.

Investment Specialist Sucorinvest AM Toufan Yamin mengungkapkan, saat ini perusahaan sudah menyiapkan untuk portofolio reksadana saham tahun depan.

Ia menjelaskan, pihaknya sudah mengamankan saham-saham yang dari segi harga sudah mendekati atau bahkan melewati level sebelum adanya pandemi.

 “Kami sudah profit taking untuk saham tersebut, lalu kami mulai memilih saham baru dari sektor yang akan diuntungkan oleh pemulihan ekonomi pada tahun depan. Beberapa sektor yang kami pilih adalah perbankan, lalu komoditas, khususnya nikel karena akan jadi primadona pada tahun depan seiring semakin gencarnya perkembangan industri kendaraan listrik,” ujar dia  kepada Kontan.co.id, Selasa (15/12/2020).

Lebih lanjut, Toufan menyebut komoditas crude palm oil (CPO) juga menarik untuk dikoleksi dikarenakan harganya yang sudah melewati level tertingginya pada sembilan tahun silam.

Terakhir, sektor properti yang dari segi valuasi saat ini tergolong murah.

Apalagi, pada tahun depan seiring daya beli masyarakat yang mulai pulih ditambah dengan suku bunga yang rendah, berpeluang jadi katalis positif untuk sektor properti.

Adapun, Toufan menilai setidaknya terdapat tiga faktor yang akan berpengaruh pada pasar saham tahun depan. 

Pertama, faktor pemulihan ekonomi apakah berjalan sesuai harapan atau tidak. Jika vaksin yang sudah didistribusikan ternyata terbukti efektif dan bisa meredakan ketakutan masyarakat akan pandemi, maka ekonomi akan bisa segera pulih.

Kedua, terpilihnya Joe Biden sebagai presiden Amerika Serikat (AS) diharapkan dapat meredakan ketegangan perdagangan dengan China.

Ketiga, melimpahnya likuiditas seiring masih berlanjutnya tren suku bunga global yang rendah.

Dia pun menilai hal ini dapat memicu aliran dana investor asing masuk ke emerging market, seperti Indonesia. 

“Oleh karena itu, reksadana saham masih akan jadi pilihan yang menarik sebagai instrumen investasi pada tahun depan. Kami memperkirakan IHSG pada tahun depan masih punya ruang untuk naik 10%-12% menjadi 6.600-6.700. Sucor pun menargetkan, imbal hasil reksadana saham kami bisa 5% di atas pertumbuhan indeks,” tutup Toufan.

Saham telekomunikasi

Nomura memperkirakan, prospek subsektor operator telekomunikasi dan menara telekomunikasi akan positif pada tahun 2021.

Meksipun begitu, operator telekomunikasi diprediksi bakal lebih unggul dibanding menara.

Ada dua katalis yang menjadi pendorongnya.

Pertama, adanya tambahan tiga blok spektrum 10MHz pada pita 2300MHz yang akan dilelang pemerintah.

Kedua, implementasi Undang-Undang (UU) Cipta Kerja yang bakal membuka kesempatan operator telekomunikasi untuk dapat berbagi infrastruktur.

Nomura yakin, pemerintah akan memberikan tiga blok spektrum tersebut pada tiga operator demi menciptakan kesetaraan ruang telekomunikasi.

Ketiga operator tersebut kemungkinan adalah PT Telekomunikasi Seluler (Telkomsel), PT Smartfren Telecom Tbk (FREN), dan PT Hutchison 3 Indonesia.

Telkomsel selaku anak usaha PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM) dipilih karena merupakan operator terbesar, baik dari segi pendapatan maupun basis pelanggan.

"Dengan posisi keuangan terkuat di antara perusahaan sejenis di Indonesia, Telkomsel memiliki kemampuan lebih untuk membayar premi," kata analis Nomura Heng Siong Kong dalam riset, Senin (14/12).

Kedua, Smartfren dipilih karena merupakan perusahaan terkecil dari lima operator seluler di Indonesia.

Dengan begitu, pemerintah kemungkinan besar akan memberinya lebih banyak kesempatan untuk memperoleh spektrum tambahan tersebut.

Ketiga, Hutchison 3 Indonesia memiliki spektrum paling sedikit saat ini. Oleh sebab itu, Hutchison 3 Indonesia membutuhkan spektrum tambahan terbanyak di antara semua operator di Indonesia.

Heng Siong Kong berharap, pemerintah dapat mengumumkan hasil lelangnya minggu ini.

Pasalnya, saat lelang ini selesai, muncul kejelasan atas kepemilikan spektrum di masing-masing operator sehingga bisa meningkatkan nilai perusahaan telekomunikasi seiring dengan potensi efisiensi yang bisa dihasilkan.

Selanjutnya, katalis positif kedua berasal dari implementasi UU Cipta Kerja terkait kebijakan berbagi infrastruktur serta penanganan transfer spektrum jika terjadi merger dan akuisisi. "Kedua kebijakan tersebut akan membuka jalan bagi konsolidasi industri dan pelaku pasar akan sangat mengantisipasinya," ucap Heng Siong Kong.

Dua faktor tersebut juga dinilai akan memberikan efek positif pada sektor menara dalam jangka panjang seiring dengan peningkatan kebutuhan data.

Akan tetapi, untuk jangka pendek, sektor menara berpotensi tumbuh lebih lambat karena operator telekomunikasi kemungkinan akan mencari efisiensi dari implementasi UU Cipta Kerja.

Di sektor operator telekomunikasi, PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) tetap menjadi pilihan saham teratas Nomura.

Namun, PT XL Axiata Tbk (EXCL) juga diprediksi dapat mengungguli dua saham menara utama, yaitu PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG) dan PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR).

Nomura memasang target harga untuk TLKM di level Rp 4.175 per saham, EXCL Rp 3.300, TBIG Rp 1.825, dan TOWR Rp 1.420 per saham. Per perdagangan Selasa (15/12) pukul 11.25 WIB, harga TLKM adalah sebesar Rp 3.440 per saham, EXCL Rp 2.660, TBIG Rp 1.475, dan TOWR Rp 990 per saham.(kn)

Baca berita terbau lainnya di GOOGLE

(*)

Artikel ini sudah tayang di Kontan.co.id

Sumber: Kontan
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved