Pertama di Dunia, Singapore Airlines Uji Coba Aplikasi Baru untuk Verifikasi Hasil Tes COVID-19

Warga Singapura yang kembali dari Jepang pada 21 Desember, menjadi orang pertama di dunia yang menggunakan aplikasi kesehatan Covid-19 digital, ketika

Channel News Asia
Singapore Airlines sedang menguji coba penggunaan sertifikat kesehatan digital yang memberikan informasi tentang tes COVID-19. (Foto: Affinidi via Facebook/Ong Ye Kung) 

TRIBUNBATAM.id, SINGAPURA - Singapore Airlines (SIA) telah memulai uji coba pada aplikasi verifikasi kesehatan digital yang memungkinkannya untuk memvalidasi hasil tes Covid-19 penumpang dan informasi vaksinasi.

Langkah ini bertujuan untuk memfasilitasi pemulihan perjalanan udara. 

Warga Singapura yang kembali dari Jepang pada 21 Desember, menjadi orang pertama di dunia yang menggunakan aplikasi kesehatan Covid-19 digital, ketika menyeberang ke perbatasan. 

Menurut International SOS, Kamar Dagang Internasional, dan AOKpass, penumpang yang tidak diungkap identitasnya pada penerbangan Singapore Airlines SQ637 dapat menggunakan ICC AOKpass, untuk secara resmi menunjukkan uji Covid-19 polymerase chain reaction (PCR) negatif setibanya di konter imigrasi Bandara Changi

"Ini adalah pertama kalinya otoritas imigrasi menggunakan sertifikat kesehatan berbasis blockchain yang dapat diverifikasi secara digital," kata pernyataan dari International SOS, seperti dikutip Channel News Asia, Rabu, (23/12/2020). 

Sertifikat tersebut telah dikeluarkan oleh Shinagawa East Medical Center di Jepang. 

"Mengikuti program percontohan yang sukses, semua pelancong, mulai dari Malaysia dan Indonesia sekarang akan dapat menggunakan ICC AOKpass untuk mengotentikasi secara digital hasil tes Covid-19 mereka, serta kredensial kesehatan lain yang diperlukan selama imigrasi di Bandara Changi," kata pernyataan itu. 

Singapore Airlines (SIA) mengatakan proses verifikasi kesehatan digital baru akan memberikan cara yang lebih cepat dan lebih aman untuk memvalidasi kredensial kesehatan penumpang daripada protokol yang ada. 

Dalam uji coba, yang dimulai pada Rabu, (23/12) wisatawan dengan penerbangan SIA dari Jakarta atau Kuala Lumpur yang melakukan tes Covid-19 di klinik tertentu di dua kota tersebut akan diberikan sertifikat digital atau sertifikat kesehatan kertas dengan kode QR. 

Staf check-in bandara dan otoritas imigrasi Singapura kemudian akan memindai kode ke dalam aplikasi untuk memverifikasi keaslian sertifikat tersebut, dan memastikan bahwa pelanggan memenuhi persyaratan masuk. 

Pelanggan tanpa sertifikat digital juga dapat menunjukkan versi kertas untuk verifikasi manual. 

"Tes COVID-19 dan vaksinasi akan menjadi bagian integral dari perjalanan udara di masa mendatang," kata JoAnn Tan, wakil presiden senior perencanaan pemasaran SIA.

Jika uji coba berhasil, SIA dapat memperluas proses verifikasi sertifikat digital Covid-19 ke kota-kota lain dalam jaringannya. 

Mereka juga berencana untuk mengintegrasikan proses tersebut ke dalam aplikasi seluler SingaporeAir mulai sekitar pertengahan 2021.

Baca juga: Indonesia Bakal Dapat Bantuan 28 Triliun dari AS, Asalkan Buka Hubungan dengan Israel

Verifikasi diaktifkan oleh aplikasi yang dikembangkan oleh Affinidi, perusahaan teknologi yang didirikan Temasek yang memungkinkan kredensial data portabel dan dapat diverifikasi.

SIA juga bekerja dengan beberapa mitra dalam uji coba tersebut, termasuk Kementerian Transportasi, Otoritas Penerbangan Sipil Singapura (CAAS), Otoritas Imigrasi dan Pos Pemeriksaan, dan Grup Bandara Changi

International SOS mengatakan sertifikat kesehatan Covid-19 digital adalah kemajuan besar dibandingkan dengan kertas pass yang telah digunakan sebelumnya. 

"Saat kami melihat ke arah kebangkitan perjalanan dan perdagangan internasional yang meluas, ada kebutuhan mendesak untuk kerangka kerja bersama dalam mensertifikasi, mengautentikasi, dan mengamankan hasil tes Covid-19 untuk pemangku kepentingan transportasi udara dan otoritas kesehatan lokal." kata Chester Drum, salah satu pendiri AOKpass. 

"Selain itu, pengguna harus percaya bahwa privasi data mereka dikelola dengan baik, tanpa risiko kebocoran data pribadi," ujar Drum.

"Penggunaan teknologi blockchain adalah langkah penting dalam mengantisipasi tes palsu dan rekam medis, sementara memungkinkan verifikasi cepat dan aman dari hasil tes Covid-19 agar para pelancong merasa nyaman selama perjalanan mereka." 

Banyak negara mengharuskan penumpang untuk menunjukkan bukti tes Covid negatif sebelum bepergian, dan saat vaksin diluncurkan di seluruh dunia, otoritas imigrasi mungkin mulai meminta sertifikasi bahwa orang telah divaksinasi untuk melawan infeksi corona. (*)

Simak berita Tribunbatam.id lainnya di Google News

Baca juga: Pilkada Bintan Nihil Sengketa, KPU Pantau Situs Resmi Hingga Tunggu Surat Resmi MK

Baca juga: Masjid di Batam Bertambah, Hadir di Area Bandara Hang Nadim, Kubahnya Berbentuk Tanjak

Baca juga: 7 Artis dan Tokoh Meninggal di 2020, Paling Banyak Dicari di Google, Didi Kempot Nomor 2

Baca juga: Gejala dan Ciri-ciri Kanker Serviks, Pembunuh Mematikan yang Mengancam Perempuan

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved