PERSPEKTIF

Ekonomi 2021: Optimisme di Tengah Pandemi

Dosen Universitas Internasional Batam/Pengurus ISEI Cabang Batam Dr. Suyono Saputro memberikan pandangan mengenai ekonomi 2021

ISTIMEWA
Dosen Universitas Internasional Batam/Pengurus ISEI Cabang Batam Dr. Suyono Saputro 

Pertumbuhan PDRB di negara Asean juga positif. Ini memberikan sentiment positif bagi penguatan ekonomi kawasan pada 2021 mendatang. Malaysia kendati masih terkontraksi minus 4,5% pada 2020 namun tetap optimis tahun depan mampu tumbuh pada kisaran 6,5 – 7,5%. Singapura juga tumbuh positif 6% setelah terpuruk minus 6,5% pada 2020.

Tren Positif

Tentu saja, proyeksi ekonomi tahun depan di level regional justru memberikan angin segar bagi pemulihan ekonomi Provinsi Kepri sebagai daerah yang paling dekat terhubung dengan Singapura dan Malaysia.

Performa PDRB Kepri selama 2020 ini memang tak terlalu jelek. Sempat positif pada triwulan satu di angka 2,05%, kemudian terpuruk pada triwulan dua jadi – 6,6%, namun menguat -5,8% pada triwulan tiga. Kondisi ini masih dimaklumi mengingat pariwisata terdampak parah pada awal pandemic. Sektor pariwisata menjadi kontributor terbesar ketiga setelah industry pengolahan dan konstruksi.

Sekitar 73,7% ekonomi Kepri pada kuartal ketiga masih ditopang oleh sektor industry pengolahan, konstruksi dan pariwisata (akomodasi dan penyediaan makan minum). Walau masih minus, namun trennya sudah mulai menguat.

Berbagai upaya dilakukan pemerintah daerah untuk tetap menjaga tren positif ini selama pandemi. Pemda memutuskan tidak menerapkan pembatasan sosial bagi industry dan mempersilahkan tetap beroperasi seperti biasa. Sektor konstruksi pun mulai bergeliat pada akhir 2020 ini hingga tahun depan, dengan relaksasi dan kemudahan pembiayaan dari perbankan, serta sector akomodasi pariwisata yang juga mulai bergerak dan ramai kunjungan.

Negara-negara tujuan ekspor Kepri seperti Singapura, Malaysia, Tiongkok, dan AS diprediksi mengalami pertumbuhan pada tahun depan. Tiongkok bahkan tumbuh hampir 9% sedangkan AS dikisaran 4%. Ini menjadi sinyal positif bagi industry di Kepri untuk meningkatkan kapasitas dan potensi untuk menambah lapangan kerja.

Berdasarkan rilis BPS Kepri, selama Januari – November 2020 total ekspor non migas Kepri tercatat US$8,8 miliar atau naik 5,8% dibandingkan periode yang sama 2019. Sektor non-migas meliputi industry, pertanian, dan pertambangan berkontribusi sebesar 81,35% dari total ekspor Kepri. Sektor industry pengolahan sendiri menyumbang 79,87% dengan total US$8,6 miliar hingga November 2020.

Tekan Covid

Perkembangan virus Corona di dunia saat ini belum bisa dikatakan berakhir. Data worldometer mencatat sampai 27 Desember jumlah kasus sudah menyentuh level 81,2 juta kasus dengan total pasien meninggal 1,7 juta orang dan 57,7 juta pasien sembuh.

Secara global, Indonesia berada di posisi 20 dengan jumlah kasus 713.365 orang dan korban meninggal 21.237 orang. Amerika Serikat masih mencatatkan jumlah kasus tertinggi di dunia dengan 19,5 juta kasus dan India dengan 10 juta kasus. Sepanjang Maret hingga Desember 2020 ini, tren grafik Covid-19 di Indonesia masih terus naik.

Walaupun masih berjibaku dengan penanganan Covid-19 dan angka kasus yang belum ada tanda-tanda berakhir, pemerintah pusat dan daerah sepertinya sudah tidak sabar untuk tetap menjaga momentum pertumbuhan ekonomi di tengah pandemi ini.

Jelas ini bukan pekerjaan gampang, taruhannya adalah penyebaran virus yang tidak akan berakhir. Untuk itu, selain hasrat untuk tetap meningkatkan ekonomi, tapi pemberlakuan protocol Kesehatan yang ketat jangan sampai terabaikan. Terutama saat musim liburan akhir tahun tiba.

Pemerintah boleh saja menargetkan kebangkitan sector wisata dan sector lainnya selama 2021 mendatang, namun harus diingat, kontributor wisawatan terbesar kita masih berasal dari Singapura, Malaysia, dan Tiongkok. Kebijakan pembukaan akses perbatasan masih belum sepenuhnya mudah bagi para pelancong.

Apalagi Singapura makin memperketat warganya yang bepergian ke luar negeri termasuk ke Indonesia dengan sejumlah aturan yang memberatkan. Di pasar domestic saja, para pelancong lokal terpaksa harus merogoh kocek yang dalam hanya untuk periksa PCR antigen yang lebih mahal dibandingkan rapid test biasa.

Halaman
123
Sumber: Tribun Batam
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved