HUMAN INTEREST

Kisah Abun Bertahan saat Pandemi Covid-19, Tetap Melaut Demi Menghidupi Keluarga

Abun sehari-hari bekerja sebagai nelayan di Karimun. Pekerjaan itu sudah dilakoninya kurang lebih 30 tahun.Ia tetap melaut meski pandemi & cuaca buruk

Penulis: Yeni Hartati | Editor: Dewi Haryati
tribunbatam.id/Yeni Hartati
Kisah Abun Bertahan saat Pandemi Covid-19, Tetap Melaut Demi Menghidupi Keluarga. Foto Abun (63) seorang nelayan sekaligus ketua kelompok nelayan Kecamatan Meral Karimun 

KARIMUN, TRIBUNBATAM.id - Tetap melaut di tengah cuaca ekstrem, merupakan tantangan, antara pertaruhan adu nyali dan nyawa.

Butuh keberanian besar, apalagi kondisi di laut diwarnai angin kencang. Belum lagi dengan gelombang tinggi.

Namun apa boleh dikata, jika pekerjaan itu tetap harus dilakukan demi memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.

Hal inilah yang dialami Abun. Ia sehari-harinya bekerja sebagai nelayan di Karimun.

Laki-laki kelahiran 63 tahun lalu itu, sudah menjadi nelayan kurang lebih 30 tahun.

Baca juga: Cuaca Ekstrem, KSOP Karimun Ingatkan Armada Kapal dan Masyarakat Hati-hati: Jangan Memaksa Berangkat

Baca juga: VIDEO - Seorang Nelayan Menjaring Ikan di Sungai Bungin Tapi Dapatnya Buaya Sepanjang 2 Meter

Abun merupakan seorang nelayan sekaligus Ketua Kelompok Bersama (KUB) Perpat Sungsang dan Ketua RT 01 RW 01 Sungai Pasir Kecamatan Meral.

Tak jarang karena pekerjaannya sebagai nelayan itu, ia bisa meninggalkan istri dan anak-anaknya selama sepuluh hari. Itu untuk sekali berlayar di tengah laut.

Abun mempunyai anak bungsu yang masih melanjutkan pendidikan di Tanjungpinang dan saat ini sedang menyusun skripsi.

Dengan keadaan pandemi covid-19 yang melanda Indonesia terkhusus Karimun, sekaligus cuaca ekstrem, ia mengaku keadaan serba sulit saat ini.

Namun di sisi lain, ia juga tetap harus berlayar.

"Tetap harus berlayar, memang seperti ini pekerjaan saya dari dulu. Demi menghidupi keluarga harus saya lewati," ucapnya.

Tak jarang, saat angin kencang di tengah laut, ia kesulitan menebar jaring.

Diketahui, Abun merupakan seorang nelayan dengan menggunakan alat jaring kurau dan kapal 5 GT.

Ketika satu kali berlayar dengan sepuluh hari di tengah laut, ongkos berangkatnya kurang lebih Rp 2 juta untuk jaring ikan tenggiri.

Sedangkan jaring kurau kurang lebih Rp 7 juta.

Halaman
123
Sumber: Tribun Batam
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved