BATAM TERKINI
KPPAD Kepri Desak Polisi Hukum Berat Oknum Pemuka Agama Berbuat Hubungan Terlarang
KPPAD Kepri meminta polisi memaksimalkan UU Perlindungan Anak ke oknum pemuka agama yang berbuat hubungan terlarang dengan anak di bawah umur.
BATAM, TRIBUNBATAM.id - Ketua Komisi Pengawasan dan Perlindungan Anak Daerah atau KPPAD Kepri, Erry Syahrial mengapresiasi keberhasilan polisi meringkus oknum pemuka agama yang diduga berbuat hubungan terlarang dengan anak di bawah umur, Jumat (8/1).
Pasalnya, oknum pemuka agama itu diketahui sempat kabur ke Medan setelah aksinya itu.
Erry Syahrial berharap, agar pihak kepolisian dapat memaksimalkan undang-undang perlindungan anak dan mencari pasal yang sesuai dengan tindakannya.
Oknum pemuka agama berinisial NP diringkus tim Polresta Barelang di Medan dengan berkoordinasi ke pihak kepolisian setempat.
Berdasarkan keterangan pihak kepolisian, ia dilaporkan terkait kasus pencabulan dengan korban diketahui seorang remaja wanita 15 tahun.
Aksi cabul itu sudah dilakukannya sejak Januari 2020 hingga Juni 2020.
"Karena dia kan tokoh agama. Tokoh agama ini seharusnya menjadi panutan, tapi dia malah jadi pelakunya.
Jadi ada pemberatan di situ. Kami akan kawal terus proses hukumnya," tegas Erry, Rabu (13/1/2021).
Dengan tertangkapnya oknum pemuka agama ini, dia berharap keluarga korban bisa mendapatkan keadilan.
Sebab menurutnya, antara orangtua korban dan pelaku memiliki hubungan baik.
"Jadi, orang tua korban ini percaya kalau diajak pendeta tak jadi masalah.
Sebagai jemaat pelaku, tentu orangtua korban sangat percaya. Tapi kepercayaan itu disalah gunakan," tambah dia.
Erry bercerita, pihaknya mendapatkan laporan pencabulan itu tahun 2019 lalu antara bulan Oktober dan November.
Saat itu, orangtua korban sempat memberi maaf kepada pelaku.

Ini karena orangtua korban mengira jika tindakan asusila yang dilakukan oknum pemuka agama itu hanya sebatas tindakan ringan, misalnya seperti dicium saja.
"Ternyata, seiring berjalannya waktu, (kasus) heboh lagi.
Setelah ditanya kepada korban oleh orangtuanya, rupanya tingkanya sudah sampai ke hubungan seksual," ungkap Erry.
Berdasarkan pengakuan dari orangtua korban pula, Erry menyebut, oknum pemuka agama tersebut telah menjalankan aksi bejatnya lebih dari satu kali.
Dimana, perbuatan itu dilakukan pelaku saat pelaksanaan ibadah untuk anaknya.
"Saat itu kalau tak salah saya, pas pelaksanaan ibadah sekolah minggu," ucapnya.
Kasus Pelecehan Anak di Batuaji
Penyidik Polsek Batuaji sebelumnya menyelidiki kasus dugaan pelecehan oleh oknum pemuka agama berinisial NPS di Tanjunguncang, Kota Batam, Provinsi Kepri.
Mereka sudah memanggil dan memeriksa sejumlah saksi, setelah menerima laporan dari seorang warga.
Selain memeriksa sejumlah saksi, mereka juga mengantongi hasil visum dari rumah sakit terhadap remaja putri 14 tahun yang diduga menjadi korban pelecehan itu.
Baca juga: Kasus Anak di Kepri Jadi Atensi Selama Pandemi Covid-19, KPPAD: Banyak Tak Masuk Data
Baca juga: Mayat Bayi Dibungkus Plastik dan Dibuang di Nongsa Batam, KPPAD Kepri Soroti Pergaulan Bebas Remaja

"Kasusnya sedang kami tangani. Kami juga sudah meminta keterangan dari pihak keluarga," ucap Kapolsek Batuaji melalui Kanit Reskrim Polsek Batuaji, Iptu Thetio, Minggu (8/11/2020).
Laporan polisi itu berawal ketika orang tua remaja putri sebut saja Bunga tidak terima dengan perlakuan keluarga oknum pemuka agama tersebut.
Orangtua Bunga, HS mengaku malah mendapat perlakuan tidak menyenangkan dari perwakilan keluarga oknum pemuka agama ketika hendak terjadi perdamaian.
Ia mengaku tidak pernah ada niat untuk melaporkan orang yang seharusnya menjadi teladan bagi umatnya itu.
"Saat mau proses perdamaian, ada ungkapan mereka bahwa anak saya yang selaku memeluk dia (oknum pemuka agama) setiap bertemu.
Karena adanya kata kata itu . Istri saya akhirnya tidak mau berdamai dan meminta untuk membuat laporan ke polisi," kata Hs.
Ia menceritakan, perdamaian sesuai saran dari Kumpulan Serikat Tolong Menolong (STM) tempat mereka tinggal.
Itu setelah mereka memutuskan untuk pindah lokasi untuk beribadah dari tempat ibadah sebelumnya.
Hs, menceritakan kronologis kejadian, dimana sekitar enam bulan lalu ketika anaknya aktif dalam berbagai kegiatan di rumah ibadah.
Namun seiring berjalannya waktu, anaknya merasa tidak nyaman saat pergi ke rumah ibadah.

"Saat itulah kami mencoba mencari tahu apa masalahnya. Setelah kami tanya, setiap ketemu Beliau, anak kami mengaku selalu dicium dan dipeluk," ungkap Hs.
Meski demikian Hs, tidak mempermasalahkan hal tersebut, karena seorang pemuka agama pasti dicintai oleh jemaatnya.
Namun semakin hari hal tersebut semakin membuat anaknya semakin bertambah trauma.
Keluarga pun akhirnya mencoba menyelidikinya.
Mereka kemudian mendapati oknum pemuka agama di rumah ibadah tersebut sudah di luar batas.
Upaya diskusi secara kekeluargaan pun coba dilakukan.

Hal itu sudah diklarifikasi oleh oknum pemuka agama tersebut.
"Kami juga dari keluarga sudah memaafkan apa yang dilakukan Beliau itu.
Karena kami juga beribadah di sana.
Cukuplah semua permasalahan kami selesaikan secara kekeluargaan," kata Hs.
Namun seiring berjalannya waktu, istri oknum pemuka agama itu malah menjelek-jelekkan keluarganya.
"Kebetulan sempat kami tidak datang beribadah. Istri Beliau datang ke rumah, untuk mengajak agar beribadah lagi," kata Hs.
Masalah kembali datang setelah ada pembagian sembako di tempat mereka beribadah.
Saat itu istri HS memberikan sembako kepada orang yang tidak masuk dalam daftar.
Hal tersebut membuat istri oknum pemuka agama tersebut marah besar, dan kembali menjelek-jelekkan keluarga Hs.
"Karena keluarga kami di jelek-jelekkan, kami memutuskan pindah lokasi untuk beribadah.

"Setelah kami pindah tempat beribadah, istri Beliau itu semakin menjadi-jadi.
Sempat akan dilaksanakan perdamaian. Namun keluarga pendeta tersebut terkesan menyalahkan keluarga Hs," ujarnya.
Dari laporan ke Polsek Batuaji, mereka diarahkan untuk membuat visum ke RSUD Embung Fatimah.
Mereka syok ketika keluarga Bunga mendapat keterangan dari dokter jika terdapat luka pada alat vital anaknya.
"Kami sudah tidak bisa lagi berbuat apa-apa, orang yang selama ini kami anggap sebagai orang baik, tega merusak masa depan anak kami.
Harapan kami semoga kasus ini segera terungkap tuntas," kata Hs.
Tokoh Agama Bereaksi
Rohaniawan Katolik sekaligus Pastor Chrisanctus Paschalis Saturnus meminta kasus dugaan pelecehan terhadap oknum pemuka agama yang dilaporkan ke Polsek Batuaji diusut tuntas.
Koordinator Komisi Keadilan Perdamaian dan Pastoral Migran Perantau (KKP-PMP) Kepri ini meminta penyidik Polsek Batuaji serius menangani kasus tersebut.
Tindakan asusila sebelumnya dilaporkan seorang anak perempuan berumur 14 tahun oleh oknum pemuka agama.
Keluarga korban telah membuat laporan polisi. Terbaru pada Senin (9/11) pagi, keluarga korban mempertanyakan lamanya proses penanganan kasus itu.

"Yang pertama kami sangat prihatin. Kami minta orang tua untuk melindungi anak itu dan media tidak mempublikasikan identitas dengan jelas.
Kedua, saya minta hal itu untuk Serius ditangani oleh Polsek Batuaji," kata Romo Paschal sapaan akrab Pastor Chrisanctus Paschalis Saturnus saat diminta tanggapannya kepada TribunBatam.id.
Ia percaya jika polisi sangat profesional dalam mengusut tuntas kasus ini.
Romo Paschal yang selalu mendampingi perempuan korban kekerasan, korban imigran ilegal, dan persoalan sosial lain meminta pihak kepolisian tidak memandang status pelaku.
Ia meminta tidak ada tebang pilih jika sejumlah alat bukti mengarah pada penetapan tersangka.
"Apakah harus turun semua teman-teman bersuara? Kami yakin dan percaya bahwa polisi sangat profesional soal ini.
Kami sangat yakin. Dan kami kawal, karena kami mengedepankan kemanusiaan. Kami melihat perkembangan," ujarnya.
Datang ke Polsek Batuaji
Keluarga korban tindakan asusila yang dilakukan pemuka agama di Tanjunguncang mendatangi kantor Polsek Batuaji, Senin (9/11/2020).
Kedatangan mereka untuk menanyakan sejauh mana penyidikan laporan pencabulan yang mereka laporkan, Jumat (30/10/2020) lalu.
Keluarga korban yang datang ke Polsek Batuaji, yakni perwakilan perkumpulan marga, perkumpulan keluarga kompleks dan juga didampingi RT/RW, serta didampingi pihak pengacara.

Kedatangan keluarga korban ke Polsek Batuaji, karena sampai saat ini, pelaku belum juga diamankan Polisi."Kita hanya menanyakan kasusnya saja,"kata perwakilan keluarga Jhonhard Simanjuntak, Senin (9/11/2020).
Jhonhard, mengatakan kedatangan mereka untuk memberikan ketenangan kepada keluarga.
"Keluarga selalu bertanya, jadi biar tidak ada kesalah pahaman, kita datang menanyakan langsung kepada pihak yang berwajib," kata Jhonhard.
Dia juga berharap pelaku segera ditangkap agar keluarga juga merasa senang.
"Kebetulan tempat tinggal korban dan pelaku sama-sama satu komplek, jadi kedatangan kita juga untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan," Jhonhard.
Dia mengatakan warga juga sudah emosi karena masih sering melihat pelaku datang ke komplek."Jadi kita tidak ingin ada warga yang bermain hakim sendiri," kata Jhonhard.(TribunBatam.id/Ichwan Nur Fadillah/Ian Sitanggang/Filemon Halawa)
Baca juga berita Tribun Batam lainnya di Google