BATAM TERKINI

Harga Cabai di Batam Melambung Nyaris Dua Kali Lipat, Derita Awal Tahun Warga

Derita awal tahun warga Batam. Harga cabai yang melambung paling menonjol pada cabai rawit hingga Rp 40 ribu per kilogramnya.

TribunBatam.id/Ronnye Lodo Laleng
Harga Cabai di Batam Melambung, Derita Awal Tahun Warga Batam. Foto warga sedang membeli cabai di Pasar Tos 3000 Jodoh, Kota Batam, Provinsi Kepri, Kamis (14/1/2021). 

BATAM, TRIBUNBATAM.id - Harga cabai di Batam melambung. Naiknya harga cabai ini setidaknya terlihat di Pasar Tos 3000 Jodoh, Kota Batam, Provinsi Kepri.

Kenaikan paling menonjol pada harga cabai rawit hingga Rp 40 ribu per kilogramnya.

Tidak hanya cabai rawit. Harga cabai di Batam melambung juga terjadi pada cabai setan serta cabai hijau ikut mengalami kenaikan.

"Kalau Cabai merah harga normal Rp 50 ribu per kilogram. Sempat naik di harga Rp 90 ribu, saat ini di harga Rp 55 ribu per kilogram.

Untuk cabai rawit, semula Rp 80 ribu, sekarang Rp 120 ribu per kilogramnya," ungkap seorang pedagang Pasar Tos 3000, Susi kepada TribunBatam.id, Kamis (14/1/2021).

Wanita 33 tahun itu juga merinci harga cabai setan yang naik Rp 2 ribu per kilogramnya menjadi Rp 92 ribu.

Sementara harga cabai hijau naik Rp 5 ribu menjadi Rp 90 ribu per kilogram.

Susi menyebut, Harga cabai di Batam melambung karena aktivitas teansportasi yang kurang lancar ke Batam karena kondisi cuaca.

"Sedangkan harga cabai merah masih normal, cuma naik Rp 5 ribu mkarena pengirimannya melalui kapal laut," sebutnya.

Naiknya harga cabai jelas dikeluhkan Warga Batam, Husni misalnya.

Ibu rumah tangga berumur 27 tahun itu menyayangkan Harga cabai di Batam melambung.

Ia mengaku harus mengeluarkan biaya lebih jika mau membeli cabai dan beberapa sembako lainnya.

"Kadangkala kami sekeluarga memutuskan untuk tidak mengonsumsi cabai, saking mahalnya.

Semoga saja Pemko Batam bersama dinas terkait sepat mengatasi persoalan ini.

Baca juga: HARGA Cabai Rawit di Batam Terus Meroket, Hari Ini Tembus 120.000 Sekilo

Baca juga: Harga Cabai di Anambas Naik Jadi Rp 15 Ribu per Ons, Sikap Warga: Kurangi Makan Pedas

HARGA BAHAN POKOK NAIK - Sejumlah bahan pokok di Pasar Tradisional, Jalan Pelantar, Tanjungpinang, Sabtu (28/11/2020). Harga bawang dan cabai terpantau naik. Cabai merah tembus Rp 60 ribu per kilogram
HARGA BAHAN POKOK NAIK - Sejumlah bahan pokok di Pasar Tradisional, Jalan Pelantar, Tanjungpinang, Sabtu (28/11/2020). Harga bawang dan cabai terpantau naik. Cabai merah tembus Rp 60 ribu per kilogram (Tribunbatam.id/Febriyuanda)

Kasian Warga Batam yang saat ini susah mencari uang, di saat pandemi Covid-19 ini," sebutnya.

Harga Sayur di Batam Naik

Tidak hanya Harga cabai di Batam melambung, harga sayur di Batam sebelumnya juga dikeluhkan emak-emak.

Penyebabnya apalagi kalau bukan karena harganya yang mengalami kenaikan.

Keluhan ibu rumah tangga ini setidaknya dialami yang tinggal di Kecamatan Batuaji dan Sagulung.

Menurut mereka, harga sayur di pasar melonjak hingga 100 persen dari harga normal.

Selain harganya yang naik tak wajar, ketersediaan sayur juga susah dicari.

Naiknya harga sayur di Batam di antaranya bayam, kangkung kacang panjang.

Saat ini harga bayam sebesar Rp 20 ribu per kilogramnya.

Sementara untuk kangkung dijual Rp 18 ribu serta kacang panjang Rp 25 ribu perkilogramnya.

"Ini harganya sangat luar biasa. Sudah harganya naik langka lagi.

Emak-emak di Batam Menjerit, Harga Sayur Naik Dua Kali Lipat. Foto kondisi di Pasar Fanindo, Batuaji, Kota Batam, Provinsi Kepri, Rabu (13/1/2021).
Emak-emak di Batam Menjerit, Harga Sayur Naik Dua Kali Lipat. Foto kondisi di Pasar Fanindo, Batuaji, Kota Batam, Provinsi Kepri, Rabu (13/1/2021). (TribunBatam.id/Ian Sitanggang)

Sekalinya ada kondisi sayurnya tak bagus, ucap seorang warga perumahan di Tanjunguncang, Tuti, Rabu (13/1/2021).

Dia mengatakan bayam selama ini harganya selalu di bawah Rp 10 ribu.

Warga lainnya, Lusi mengaku miris dengan kondisi harga tersebut.

Harga cabai pun menurutnya masih tetap tinggi. Dia berharap pemerintah bisa menekan harga bahan dapur yang terjadi dipasaran.

"Ini semua harga naik, tidak tahu lagi mau masak apa di rumah untuk keluarga.

Daging ayam pun ikut naik, semua harga bahan dapur naik.

Saat ini kondisi perekonomian juga sulit, kalau semua naik, mau makan apa lagi nanti," kata Lusi.

Ketua Kelompok Tani Sidomulyo, Tembesi, Batam, Yusuf menunjukkan sebagian hasil panen sayur mereka yang kurang bagus akibat hujan berkepanjangan, Rabu (13/1/2021).
Ketua Kelompok Tani Sidomulyo, Tembesi, Batam, Yusuf menunjukkan sebagian hasil panen sayur mereka yang kurang bagus akibat hujan berkepanjangan, Rabu (13/1/2021). (TribunBatam.id/Ian Sitanggang)

Kelompok Tani Sidomulyo Gagal Panen Sayur

Awal Tahun 2021 jadi awal yang pahit bagi Kelompok Tani Sidomulyo, Tembesi, Kota Batam, Provinsi Kepri.

Aneka sayur yang mereka tanam sejak Desember 2020 busuk.

Berniat mendulang untung dari hasil panen, mereka harus pasrah karena kondisi gagal panen akibat hujan berkepanjangan di Kota Batam.

Kondisi gagal panen tidak hanya dialami satu petani saja.

Ketua Kelompok Tani Sidomulyo, Yusuf mengaku hampir seluruh petani sayur gagal panen.

Menurutnya, sayur dari perkebunan ini merupakan salah satu pemasok ke sejumlah pasar di Kota Batam.

"Kami tak bisa berbuat banyak, ini kondisi alam," sebut Yusuf kepada TribunBatam.id, Rabu (13/1/2021).

Awal Tahun Kelabu Kelompok Tani Sidomulyo, Sayur Gagal Panen Akibat Hujan Berkepanjangan. Foto Ketua Kelompok Tani Sidomulyo, Tembesi, Batam, Yusuf, Rabu (13/1/2021).
Awal Tahun Kelabu Kelompok Tani Sidomulyo, Sayur Gagal Panen Akibat Hujan Berkepanjangan. Foto Ketua Kelompok Tani Sidomulyo, Tembesi, Batam, Yusuf, Rabu (13/1/2021). (TribunBatam.id/Ian Sitanggang)

Yusuf mengetahui jika kondisi gagal panen mereka bakal berdampak pada langkanya sayur di sejumlah pasar di Kota Batam.

Ini mulai dirasakan pada sejumlah warga di Kecamatan Batuaji dan Sagulung.

Gagal panen yang dirasakan para petani membuat harga sayur mayur, khususnya bayam, kangkung dan kacang panjang jadi mahal di pasar.

"Karena kami tidak bisa memenuhi permintaan pasar. Apa yang dirasakan oleh masyarakat kami juga merasakannya.

Masyarakat sulit mendapatkan sayur, kami juga merugi karena tidak bisa balik modal," kata Yusuf.

Yusuf menceritakan gagal panen yang dialami petani sayur, karena kondisi tanaman mereka banyak yang rusak dan busuk akibat hujan berkepanjangan.

Menurutnya, sayur yang ditanam sejak pertengahan Desember 2020, sudah bisa dipanen dalam waktu 20 sampai 25 hari.

"Namun karena hujan, sayurnya tidak bagus. Hujan yang berkepanjangan membuat daun sayur rusak terkena cipratan pasir dari air hujan.

Pertumbuhan sayur pun tidak maksimal bahkan membusuk karena kelebihan air.

Walaupun ada yang bisa dipanen, hal itu tidak sesuai dengan yang diharapkan," ungkapnya.

Meski demikian, dia juga mengaku masih bersyukur karena para petani masih diberikan kesehatan untuk beraktivitas.

Selama ini kata Yusuf, mereka selalu bisa memenuhi permintaan pasar, dan sudah memetik hasil dari buah pekerjaan yang mereka lakukan.

Penjual sayuran di pasar Tos 300 Jodoh, Batam, Sabtu (5/12/2020)
Penjual sayuran di pasar Tos 300 Jodoh, Batam, Sabtu (5/12/2020) (TRIBUNBATAM.id/Ronnye Lodo Laleng)

"Kami bersyukur, semua pekerjaan ada resikonya, kita harus sabar. Mungkin hari ini tidak berhasil tetapi hari depan pasti berhasil.

Kalau satu tahun kita mengalami satu kegagalan, itu hal ya g sangat wajar, hal itu harua menjadi motivasi untuk bekerja lebih baik,"kata Yusuf.(TRIBUNBATAM.id/Ronnye Lodo Laleng/Ian Sitanggang)

Baca juga berita Tribun Batam lainnya di Google

Sumber: Tribun Batam
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved