BATAM TERKINI
Kerasnya Hidup di Batam, Perantau Tinggal di Tepi Kali Pusat Kota Demi Bertahan Hidup
Kerasnya hidup di Batam. Sejumlah perantau terpaksa tinggal di tepi kali di pusat kota berjuluk kota industri ini demi bertahan hidup.
Penulis: ronnye lodo laleng | Editor: Septyan Mulia Rohman
Kisah Sukses Perantau di Batam
Kisah Sukses Perantau di Batam Aismansyah, Kuliahkan Dua Anak dari Usaha Warung Makan.
Aismansyah merupakan satu di antaranya sekian banyak perantau yang sukses selama berada di Batam.
Pria berusia 66 tahun asal Pandeglang Banten ini sudah asam garam mengecap kerasnya hidup.
Sejak umur 7 tahun, bapak tiga anak ini sudah tinggal sebatang kara.

Ibunya meninggal saat berumur 6 tahun sedang ayahnya meninggal saat ia 7 tahun.
Hidup sebatang kara membuat Aismansyah maka ia tidak pernah menempuh dunia pendidikan.
Sebelum merantau ke Batam, Aisman sempat bekerja di negeri jiran Malaysia.
Di sana apapun pekerjaan ia ambil, selagi itu halal.
Sebut saja pekerjaan kasar. Mulai dari tukang bangunan, petani sawit sampai pekerja di restoran pernah ia lakoni.
"Pokok campur sari lah," ujarnya sambil tersenyum saat ditemui TribunBatam.id, Jumat (8/1/2021).
Di Batam, ia pernah bekerja di peternakan katak di lahan seluas 43 Hektare di Batuaji.
Katak milik bosnya itu menurutnya akan diekspor ke Hongkong, Taiwan, Amerika dan China.

"Katak itu dijual dagingnya," sebutnya
Sayang, setelah 2 tahun bekerja ia terpaksa berhenti.