BATAM TERKINI
Kerasnya Hidup di Batam, Perantau Tinggal di Tepi Kali Pusat Kota Demi Bertahan Hidup
Kerasnya hidup di Batam. Sejumlah perantau terpaksa tinggal di tepi kali di pusat kota berjuluk kota industri ini demi bertahan hidup.
Penulis: ronnye lodo laleng | Editor: Septyan Mulia Rohman
Itu karena perusahaan tempat ia bekerja sudah tidak lagi meraup untung dan tidak mampu menggaji karyawan termasuk dirinya.
Aimansyah kini membuka warung makan di Tanjung Pantun Sungai Jodoh, Batam.
Ia mengaku mulai merintis dengan membuka warung sejak tahun 2016 silam.
Omzet yang ia hasilkan dari pekerjaannya saat ini mencapai Rp 1 sampai 1,2 juta per hari.
Dengan penghasilan itu ia mengaku cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup seorang istri dan tiga orang anaknya.

Anak pertama Aismansyah kini kuliah di Universitas Internasional Batam (UIB).
Anak keduanya baru mau berangkat kuliah ke Malang.
Sementara anaknya yang bungsu kini berada di pesantren yang ada di Batuaji.
Ia hanya berharap kepada anak-anaknya agar bisa melebihi dirinya.
"Sang kakak kini sudah semester akhir di UIB, mudah-mudahan dia cepat lulus dan sukses dalam pendidikannya.
Mudah-mudahanlah mereka semua sukses, dan bisa melebihi saya yang tidak sekolah ini.
Dengan umur yang sudah tidak muda itu, tampak permukaan kulit wajahnya sudah mengendor dan tidak lagi kencang seperti di masa mudanya.
Meskipun demikian, ia termasuk pekerja keras dan gigih, dengan melihat latar belakang kehidupannya.(TribunBatam.id/Muhammad Ilham)
(TRIBUNBATAM.id/Ronnye Lodo Laleng/Muhammad Ilham)
Baca juga Berita Tribun Batam lainnya di Google