HUMAN INTEREST
Kisah Perantau di Batam 'Babak Belur' Lawan Pandemi, Usaha Tutup Hingga Kerja Serabutan
Berikut ini potret kehidupan Perantau di Batam. Masihkah Batam Magnet Bagi Perantau ?
Usahanya dibuat kacau. Sejak September 2020, ia terpaksa menutup usahanya.
Kedai tempatnya berjualan ditarik oleh tuannya.
Sebagai orang yang hanya menumpang, Jefri harus berlapang dada dikarenakan tak mampu lagi membayar uang kontrak kedai.
“Bagaimana, dulu tak terpikir untuk membeli ruko. Karena kami sibuk untuk berjualan dan melayani pelanggan kami saja,” ujarnya dengan raut wajah yang mendadak berubah.
Dia seolah tak ingin mengenang pahitnya kenyataan saat itu.
Walau menyesal, dia tak ingin terlalu lama larut dalam kesedihan. Baginya, hidup masih panjang.
Misteri hidup dari Tuhan Yang Maha Kuasa pun tak dapat ditebak.
“Sekarang kerja serabutan saja. Bantu keluarga berjualan, pernah jadi kurir dan fotografer lepas.

Kalau tak seperti itu, tak makan,” ucapnya sembari melempar senyum.
Dia berharap, pandemi Covid-19 ini segera berlalu agar roda ekonomi masyarakat kembali pulih.
Sebab, dia merasakan betul dampak dari pandemi Covid-19 ini.
“Jatuh bangun selama pandemi ini memang suatu pelajaran. Bagaimana kita harus mampu bertarung dalam kondisi apapun,” kata dia.
Untuk para Perantau di Batam yang senasib dengannya, Jefri berdoa agar kesulitan ini cepat berlalu.
Agar Kota Batam kembali ‘ramah’ bagi para perantau dan warga tempatan.

“Semoga lapangan pekerjaan kembali banyak dibuka. Pelatihan kerja terhadap masyarakat ikut dibuka juga.