HUMAN INTEREST
NEKAT Tinggalkan Kampung Bermodal RP 29.000, Kini Salmayudi Miliki 100 Karyawan, Simak Tipsnya
Bermodal uang Rp 29 ribu, Salmayudi merantau dari kampung halamannya di Sijunjung, Sumatera Barat kini Salmayudi miliki 100 karyawan di Batam
TANJUNGPINANG, TRIBUNBATAM.id - Hidup di perantauan memang butuh perjuangan terutama di masa awal-awal orang merantau.
Jika ulet, maka keberhasilan sebagaimana yang diimpikan pasti akan mampu diraih.
Setidaknya itulah yang kini dirasakan Salmayudi, satu dari sekian banyak orang yang sukses saat berstatus sebagai perantau.
Tak mudah bagi pria berusia 46 tahun tersebut untuk meraih kesuksesan yang kini berada di genggamannya.
Bermodal uang Rp 29 ribu, ia merantau dari kampung halamannya di Kabupaten Sijunjung, Provinsi Sumatera Barat.
Pria kelahiran 3 September 1974 itu pun harus menjual ayam yang dipelihara oleh orang tuanya. Demi mendapatkan pegangan uang.
"Jadi saya jual ayam kampung dulu, dapatlah uang itu pegangan untuk merantau," ujarnya sambil tertawa, Jumat (29/1/2021).
Baca juga: Kisah Ari Korban Tewas Kebakaran di Lingga saat Selamatkan Nenek, Tiba-Tiba Datang ke Daik
Baca juga: Cerita Sukses Ridwan, Dulu Karyawan, Kini Jadi Pengusaha Daging Rajungan di Bintan
Pilihan merantau awalnya bukan dari keinginan hatinya. Alasan ekonomi keluarga saat itu memaksanya untuk harus mengambil langkah tersebut.
"Saya tamat SD saja, mau lanjut sekolah tak ada biaya lagi. Setelah itu saya berpikir harus mengubah kehidupan keluarga saya, makanya harus merantau," ucap Yudi.
Kisah Yudi merantau dimulai di Tanjungbalai Karimun pada tahun 1991.
"Hanya sekitar 2 bulan saja di Balai, kerja di rumah makan Padang dengan gaji per hari waktu itu Rp 1.500 ratus," ucapnya.
Saat itu ia bertemu seorang teman, dan mengajaknya bekerja sebagai pengecer koran di Batam.
"Alhamdulillah koran saat itu memang jadi idola sekali. Saya bisa dapat penghasilan Rp 1 juta per bulan," sebutnya.
Melihat peluang baru, pada 1996 Yudi mencoba kehidupan di Tanjungpinang menjadi agen koran dan majalah sampai tahun 2005.
"Saat di Tanjungpinang, saya jadi agen koran. Paling laku itu koran Kompas dan koran bola. Harganya masih Rp 300 saja. Luar biasa pendapatan saya bisa Rp 5 juta per bulan," ungkapnya.