Kisah Yasuke, Samurai Afrika Bertubuh Tinggi yang Misterius
Yasuke adalah seorang Afrika yang dijadikan samurai oleh Daimyo Oda Nobunaga (1534-1582) setelah mengambil peran sebagai penjaganya
Alasan untuk ini adalah bahwa daripada melakukan bunuh diri kehormatan, norma setelah kekalahan dalam budaya Jepang.
Yasuke rupanya menawarkan pedangnya kepada Mitsuhide mengikuti kebiasaan Barat.
Tidak diragukan lagi karena penolakan ini bahwa Yasuke kembali untuk melayani Valignano.
Para Yesuit senang melihat bahwa dia selamat dan berterima kasih kepada Tuhan atas kepulangannya.
Ada sedikit bukti yang tak terbantahkan untuk kehadiran Afrika di Jepang sebelum Yasuke, meskipun ada beberapa contoh sejarah menarik yang menunjukkan kemungkinan kontak Afrika-Jepang.
Ada pepatah Jepang yang mengatakan "Agar seorang Samurai berani, dia harus memiliki sedikit darah hitam."

Ilustrasi Yasuke I Public Domain
Ada kemungkinan bahwa ungkapan "darah hitam" dapat benar-benar tidak berhubungan dengan seseorang yang keturunan Afrika Hitam dan memiliki makna yang sangat berbeda dalam budaya Jepang kuno.
Satu masalah dengan hipotesis ini, bagaimanapun, adalah bahwa warna hitam, dalam budaya Jepang, dikaitkan dengan kematian, ketakutan, dan kesedihan.
Ada kemungkinan bahwa orang Jepang kuno percaya bahwa keberanian membutuhkan kualitas-kualitas ini.
Tapi mungkin juga ada kualitas lain yang terkait dengan warna hitam.
Tokoh lain dalam sejarah Jepang yang oleh sebagian orang dianggap keturunan Afrika adalah Sakanouye No Tamuramaro, seorang pejuang yang kemudian dianggap sebagai teladan kebajikan para prajurit.
Dia hidup selama Periode Heian (794-1185 M) dari sekitar 758 hingga 811 dan merupakan penjaga istana Kaisar Kammu (memerintah 781-806).
Dia ditempatkan di komando pasukan yang dikirim kaisar untuk melawan Ainu.
Prajurit ini dikatakan memiliki "kulit hitam."
Ini bukan bukti nyata untuk kehadiran Afrika di Jepang kuno yang mengungkapkan bahwa sejarah kontak antara Jepang dan seluruh dunia mungkin lebih kompleks daripada yang diyakini sebelumnya. (*)
.
.
.