Remaja di Batam Rudapaksa Janda, Begini Tanggapan Psikolog

Belum selesai kasus pornografi yang dilakukan remaja Batam, kini muncul lagi kasus baru yakni seorang remaja merudapaksa seorang wanita yang sudah ber

Kolase Internet
Ilustrasi pemerkosaan 

Kalau kita bicara terkait dengan nafsu birahi, keinginan untuk melakukan sesuatu yang sifatnya hubungan seksual lawan jenis, itu pada saat akhil balig mimpi basah itu sudah ada, dan jika mimpi basah itu di umur 13 tahun, jadi di umur 13 tahun itu sudah ada nafsu itu.

Jadi itu memang hal yang lumrah banget sesuatu yang sebetulnya di satu sisi menunjukkan normalitasnya seseorang laki-laki terhadap lawan jenisnya.

Sebenarnya secara biologis itu normal, seperti nafsu birahi yang dimiliki pelaku secara biologis itu normal,

Tetapi yang menjadi tidak normal adalah bagaimana dia tidak memikirkan efeknya dan juga dia juga tidak memikirkan kondisi di sekitarnya, dan dia tidak berpikir panjang dengan segala perbuatannya, nah itu yang kemudian menjadi tidak normal.

Tidak normal dalam hal apa?. Jadi lebih kepada kontrol diri yang dia tidak punya.

Jika dia punya keinginan maka dia harus dapatkan, dia enggak peduli bagaimanapun cara dan ceritanya.

Nah inikan berkaitan erat sekali dengan bagaimana pola asuh terdahulu juga dan bagaimana penanaman nilai-nilai waktu dia sekolah, saya yakin waktu dia sekolah itu ditanamkan nilai-nilai itu, tapi sangat disayangkan tidak masuk di kepalanya. Dan ini yang perlu kita dalami lebih lanjut.

Misalnya dia agamanya apa? Misalnya Islam atau Kristen, nah ga mungkin kan dia tidak pernah ke Gereja atau ke Masjid, tidak mungkin dia tidak pernah ditanamkan nilai-nilai agama, kebaikan, cinta kasih, sopan santun dan juga etika, itukan pasti ada.

Nah itu yang menjadi pertanyaan kita semua.

TB: Apakah pelaku itu memiliki pengalaman traumatik, sehingga dia melakukan hal tersebut, atau apasih yang menjadi faktor si pelaku melakukan aksinya?

DL: Kalau pengalaman traumatik untuk kasus ini saya pikir, kemungkinan tidak terlalu besar pengaruhnya, tetapi lebih kepada faktor lingkungan.

Jadi faktor lingkungan ini yang mengajarkan ke dia bagaimana hingga dia tidak memiliki istilahnya kontrol diri terhadap kondisi di sekitarnya.

Contohnya begini, misalnya waktu SMP dia terbiasa dilepas oleh orang tuanya, jadi dia mau nongkrong di warung kopi, orang tuanya tidak pernah cari, tidak pernah nanyain juga.

Nah kitakan tidak tau di warung kopi ngapain aja, misalnya nonton film dewasa.

Begitu juga bagaimana komunikasi dia dengan keluarga dan teman-temannya, apa pengaruh teman-temannya bagaimana? apakah di depan orang tua dia menunjukkan sebagai pribadi yang baik, sopan, patuh dan alim, tapi di belakang ketika sama teman-temannya misalnya diajarkan nonton film blue, kemudian diajarkan berbohong, minum-minum kitakan tidak tahu.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Batam
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved