HUMAN INTEREST
Muda & Punya Segudang Prestasi, Ini Kisah Rezki Achyana, Juru Bahasa Isyarat di Kepri
Rezki Achyana (24) telah menggeluti profesinya sebagai juru bahasa isyarat sejak tahun 2019. Kini dia aktif di Kepri
Pria asal Padang, Sumatera Barat, ini punya sejarah panjang hingga akhirnya berkecimpung di dalam kegiatan yang berhubungan dengan disabilitas. Mulanya, ia menaruh perhatian besar terhadap para penyandang autisme.
Pada masa-masa sekolah dahulu, Rezki mengaku pernah menjadi korban bullying hingga tidak memiliki satu pun teman. Pengalamannya tersebut membuatnya dapat memahami perasaan para penyandang disabilitas yang kerap disalahpahami oleh masyarakat.
Menginjak pendidikan perguruan tinggi, Rezki sempat berkuliah double degree di Universitas Internasional Batam (UIB) jurusan Manajemen, dan jurusan Pendidikan Luar Biasa Universitas Karimun.
Selain itu, Rezki juga telah menjalani S2 di luar negeri, tepatnya di American University of Sovereign Nations jurusan Bioethics and Global Public Health, serta Northern Illinois University di bidang pengembangan masyarakat.
"Saya pindah ke Batam untuk mengembangkan dunia disabilitas. Tahun 2014 itu buka pusat terapi untuk anak autis. Awalnya saya jadi supervisor, kemudian manajer dan akhirnya jadi direkturnya di situ," jelas Rezki.
Lebih lanjut, Rezki juga merupakan CEO dari perusahaan aplikasi rintisan bernama Parakerja yang dapat diunduh melalui Playstore. Parakerja adalah aplikasi yang menjadi wadah akses pendidikan dan pelatihan kerja bagi penyandang disabilitas.
Selama menjalani profesi sebagai juru bahasa isyarat, Rezki telah mengalami berbagai pengalaman baik suka dan duka. Salah satu pengalaman yang tak pernah ia lupakan, adalah ketika tengah menerjemahkan bahasa isyarat di salah satu kabupaten di Kepulauan Riau.
Kala Rezki tengah menggunakan bahasa isyarat dalam menerjemahkan kata, seorang pejabat pemerintah pernah menjulukinya sebagai "orang gila". Pengalaman tersebut tentu membuatnya cukup terkejut, namun sekaligus maklum.
Ia menganggap, hingga kini, masyarakat awam masih belum terbiasa dengan fenomena bahasa isyarat, sehingga masih memandang itu sebagai hal baru. Akan tetapi, Rezki berharap masyarakat luas dapat menerima dan tidak lagi men-stigma negatif kaum disabilitas serta pengguna bahasa isyarat di kehidupan sehari-hari.
"Pengalaman dukanya adalah, banyak orang yang masih menganggap juru bahasa isyarat itu sebagai sebuah lelucon. Tetapi, berkat profesi ini, saya jadi bisa bertemu dengan banyak orang," curhat Rezki.
Ia juga berharap, pemerintah dapat mendukung berkembangnya pendidikan luar biasa, serta pelatihan bahasa isyarat. Sebagai satu-satunya juru bahasa isyarat di Kepri, Rezki mendorong lebih banyak orang mempelajari bahasa tersebut.
Polda Kepri Hadirkan Juru Bahasa Isyarat
Diberitakan, ada yang berbeda di konferensi pers pengungkapan kasus yang digelar di Lobi Ditreskrimum Polda Kepri pada Selasa (9/2/2021).
Saat ekspose pengungkapan kasus begal terhadap seorang sopir taksi online, polisi menghadirkan juru bahasa isyarat.
Kabid Humas Polda Kepri Kombes pol Harry Goldenhart memperkenalkan juru bahasa syarat itu sebelum ekspose dimulai.