KISAH PERANTAU DI BATAM
Berawal Dari Penjual Kue Keliling, Mariani Sukses Jadi Pengusaha Kerupuk Ikan dan Cake
Mariani telah melalui suka duka merintis usahanya. Kini ia bisa dibilang sukses jadi pengusaha kerupuk ikan dan cake di masa pandemi covid-19
Selama melakukan usaha, ibu 3 anak laki-laki ini pastinya memiliki suka duka. Selain menjalankan usahanya, Mariani juga harus menyelesaikan kewajibannya sebagai seorang istri dan ibu untuk anak-anaknya.
"Di situ kita jadi ibu, istri, pengusaha. Jadi memang berat awalnya. Tapi harus bisa bagi waktu. Lelah pastinya. Alhamdulillah suami dan anak-anak mengerti," katanya.
Keuletan Mariani dalam berusaha telah membuahkan hasil. Anak pertamanya sudah menjadi polisi dan bertugas di Natuna. Anak keduanya juga polisi yang saat ini sedang dalam bimlat. Sedangkan anak ketiganya sedang duduk di bangku Sekolah Dasar kelas 6.
"Anak cowok yang pertama itu pemain bola karena hobi main bola. Lalu dia masuk polisi 2017 lalu. Nah 2021 ini dia ke Batam dan bakal ikut PON berangkat ke Papua mewakili Provinsi Kepri. Anak kedua juga pemain futsal dan jalur penghargaan," katanya.
Mariani bercerita, awal mulanya mulai berusaha sejak 2010 lalu karena hanya ingin membantu suami. Hobi masak-memasak akhirnya memutuskan ia untuk menerima kue pesanan teman-temannya.
"Dulu hidup susah dan waktu itu baru punya anak 2. Namanya suami kerja swasta, lalu di PHK, bingung cari kerja. Lantas aku berpikir kok tak bisa bantu suamiku. Makanya buat kue. Awal-awal dari rumah ke rumah. Satu loyang bolu Rp 25 ribu," papar wanita kelahiran Parit Karimun, 3 Januari 1980 itu.
Selanjutnya, ada seorang teman Mariani menyarankan agar bolu miliknya dititipkan ke warung-warung di sekitar rumahnya. Agar semua orang bisa menikmati. Dijual dengan harga Rp 1000 per potong.
"Mau ngantar anak nomor 2 ke sekolah, keliling dulu ke 4 warung. Baru antar pergi ke sekolah. Dari sekolah ke pasar, belanja, masak, keliling lagi ke warung yang agak jauh. Balik lagi, belanja buat kue lagi," katanya.
Sejak saat itu, usahanya semakin berkembang. Ia pernah menerima orderan sebanyak 500 pcs kue, untuk acara kampanye. Karena alat perlatan dan tenaga terbatas, akhirnya dia berjuang sendiri tanpa kenal lelah.
"Pernah dapat orderan 500 pcs. Benar-benar tak bisa tidur sampai pagi. Dari siang udah kerjakan. Belum ada yang bantu. Akhirnya minta bantu sama kakak, dari situ dapat orderan-orderan. Selanjutnya, saya lihat teman-teman kok mereka bisa ikut-ikut pameran hasil usahanya.
Nah karena kue-kue basah ini banyak saingan dengan pengusaha-pengusaha besar oleh-oleh seperi Villa Kek Pisang. Akhirnya banting setir buat kue semprong. Ikut lomba PKK kategori oleh-oleh menang juara 3 dengan menu semprong buah naga," paparnya.
Sejak saat itu, timbullah semangat mengembangkan kue-kue tradisional. Ia pun mengurus berbagai perizinan ke pemerintah sehingga dagangannya bisa dijual ke berbagai minimarket, Hypermart, Indomaret dan lainnya dalam 2 tahun terakhir. Jadi masih bisa bertahan walaupun pandemi Covid-19.
Seiring waktu berjalan, ia tetap berinovasi. Dirinya akhirnya memutuskan memanggil 3 karyawan untuk membantunya dan membuat kerupuk ikan tidak menggunakan msg.
"Awalnya ditolak pasar. Tapi dengan kita pameran, kita kasih tester, akhirnya pasar menerima. Alhamdulillah kita masuk nominasi Bank Indonesia dan jadilah binaan Bank Indonesia dengan kerupuk ikan tidak menggunakan msg," tuturnya.
Ia memasarkan kerupuk ikan tenggiri tanpa msg dari harga Rp 15 ribu sampai Rp 120 ribu. Kerupuk ikan biasa dijual dari Rp 15 ribu sampai Rp 100 ribu sekilo. Keripik gonggong Rp 18 ribu sampai Rp 100 ribu. Cake yang ready stock mulai Rp 50 ribu sampai Rp 500 ribuan kalau spesial order.