HUMAN INTEREST

11 Jam Jualan Keripik Bawa 3 Anak, Simak Perjuangan Novi Hadapi Sulitnya Ekonomi saat Pandemi

Perjalanan hidup tidaklah mudah sebagaimana membalikkan telapak tangan, hal ini yang dirasakan oleh seorang ibu bernama Novi Ariani. Simak kisahnya.

Penulis: ronnye lodo laleng |
TRIBUNBATAM.id/Ronnye Lodo Laleng
Novi dan ketiga anaknya harus berjualan keripik selama 11 jam demi memenuhi kebutuhan hidupnya. 

BATAM, TRIBUNBATAM.id -  Perjalanan hidup tidaklah mudah sebagaimana membalikkan telapak tangan, hal ini yang dirasakan oleh seorang ibu bernama Novi Ariani.

Di masa pandemi Covid-19, Ia harus rela membanting tulang untuk membesarkan ketiga buah hatinya.

Makin hari kehidupan Novi kian terasa memburuk dan nyaris tidak bisa membeli makanan untuk kebutuhan sehari-hari.

Hal ini sangat ia rasakan ketika belakangan ini harga berbagai bahan pokok kian mahal.

Namun demi masa depan dan makan sehari-hari ke tiga anaknya Novi rela berjuang dengan berjualan kerupuk, emping, kacang siap saji dan juga telur puyuh di pasar Botania 1, Batam, Kepri.

Sejak sang suami tidak lagi bekerja karena di PHK Novi harus rela turun ke pasar Botania 1 untuk berjualan berbagai macam keripik dan kerupuk.

Setiap hari Novi tidak sendirian berjualan dan ditemani ketiga buah hatinya yang masih berusia 2 , 4 hingga 7 tahun.

Saat dijumpai TRIBUNBATAM.id, Senin, (15/2/2021) Novi mengaku jika ia mulai berjualan kerupuk ini sejak 4 tahun yang lalu.

Setiap hari Novi berjualan dari pukul 08.00 pagi hingga pukul 19.00 WIB malam.

Baca juga: KISAH Nurita Sinaga, 26 Tahun Membelah Lautan Naik Pancung Demi Menyelamatkan Siswa Putus Sekolah

Satu bungkus kerupuk ia jual seharga Rp 2.000, kacang tanah Rp 3.000, emping Rp 3.000 per bungkus dan telur puyuh Rp 3.000 per bungkus dengan isi 3 butir.

Dari hasil berjualan kerupuk dan telur puyuh setiap hari ia mengaku membawa pulang uang sebesar Rp 20 ribu hingga 30 ribu.

Tentu saja, nilai rupiah tersebut sangat kurang untuk kebutuhan sehari-hari mereka.

Semenjak kenaikan harga sembako, beban perempuan berumur 35 tahun tersebut makin berat.

Kendati demikian tidak menyurutkan semangat wanita kelahiran tanggal 11 November 1986 itu untuk terus berjuang.

"Namanya juga jualan ya kadang habis terkadang tidak, meski demikian saya tetap berjualan tanpa absen demi bertahan hidup di kota Batam ini," ujar Novi terbata-bata.

Halaman
12
Sumber: Tribun Batam
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved