Berita Duka, Jalaluddin Rahmat Meninggal di RS Santosa Internasional Bandung Senin Pukul 15.45 WIB
Berita duka, Cendikiawan muslim Jalaluddin Rahmat meninggal dunia di ICU RS Santosa Internasional, Bandung, Senin (15/2/2021) pukul 15.45 WIB
Mengapa menjadi Syiah
Kembali dari Iran, Jalaluddin -yang di masa mudanya sudah membaca karya-karya filosof Baruch Spinoza (1632-1677) dan Friedrich Nietzsche (1844–1900) di perpustakaan negeri peninggalan Belanda - mendirikan yayasan tasawuf.
Jalaluddin Rakhmat di depan koleksi ribuan bukunya di kantor Ijabi yang dipimpinnya.
Keterangan gambar,
Jalaluddin Rakhmat di depan koleksi ribuan bukunya di kantor Ijabi yang dipimpinnya.
"Dalam tasawuf, seluruh agama bertemu, bukan hanya seluruh mazhab Islam," katanya.
Menurutnya, dalam ranah tawasuf atau mistisisme, semua penganut agama akan mengatakan 'kayaknya kita saling mengenal, kayaknya kita adalah bagian dari keluarga besar, yang menegakkan agama atas dasar cinta'.
Kepada saya, Jalaluddin menekankan bahwa "saya tidak bermaksud mengajarkan Syiah dalam tasawuf, karena menurut saya, tasawuf itulah yang mempersatukan Sunni dan Syiah," tegasnya.
"Jadi arah saya dari dulu, kepada persatuan kelompok Sunni dan Syiah," katanya lagi. Belakangan, persisnya pada Mei 2011 lalu, Jalaluddin dan beberapa orang mendirikan Majelis Ukhuwah Sunni Syiah Indonesia, Muhsin, pada Mei 2011 lalu, untuk mendekatkan dua mazhab Islam tersebut.
Namun demikian, ketika mempelajari dan mendalami dunia tasawuf itulah, Jalaluddin mengatakan: "Karena Syiah di sini minoritas, saya tentu berusaha mengenalkan Syiah ini, tidak seperti yang mereka tuduhkan".
Di ujung perjalanannya, Kang Jalal yang pernah mendirikan pusat kajian tasawuf Yayasan Tazkiya Sejati, akhirnya sampai pada satu titik: "Akhirnya secara fikih dan akidah, saya sekarang ini Syiah".
Sumber: Tribun Timur/Dokumentasi Wawancara BBC Indonesia
Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Profil Jalaluddin Rahmat, Meninggal Sore Tadi, Intelektual Muslim yang Dikenal Tokoh Syiah Indonesia