BERITA POPULER
Berita Populer Kepri, Ansar Ahmad Saksikan Sidang MK Pilkada Kepri hingga Kisah Panten Si Anak Pulau
Ada beberapa kejadian menarik pembaca Tribun Batam, Selasa (16/2). Di antaranya Ansar Ahmad saksikan sidang MK Pilkada Kepri di Jakarta
KEPRI, TRIBUNBATAM.id - Berita populer Kepri hari ini, Selasa (16/2/2021), Ansar Ahmad Saksikan Sidang MK Pilkada Kepri di Jakarta, 'Mohon Doa Warga Kepri'.
Kemudian, 20 Sekolah di Batam Bakal Jadi Percontohan Program Sekolah Penggerak.
Berikutnya, KISAH Panten si Anak Pulau, Tinggalkan Sekolah Demi Mencari Nafkah, Kini Mimpi Jadi Kiper Timnas.
Beberapa kejadian di Kepri, termasuk Batam menarik perhatian pembaca.
TRIBUNBATAM.id merangkum beberapa berita populer sebagai berikut:
1. Ansar Ahmad Saksikan Sidang MK Pilkada Kepri di Jakarta, 'Mohon Doa Warga Kepri'
Sidang gugatan Pilkada Kepri kembali bergulir di Mahkamah Konstitusi atau MK.
Sidang MK dengan agenda pengucapan putusan atau penetapan itu, dijadwalkan akan digelar hari ini, Selasa (16/2/2021) sekira pukul 13.00 WIB.
Gugatan Pilkada Kepri sebelumnya dilayangkan dari pasangan Isdianto dan Suryani yang diterima Mahkamah Konstitusi atau MK.
Gugatan Pilkada Kepri Isdianto dan Suryani terdaftar di Mahkamah Konstitusi (MK) Republik Indonesia dengan akta registrasi perkara Nomor: 131/PAN.MK/ARPK/01/2021.
Gugatan Pilkada Kepri yang mereka layangkan, telah dicatat dalam Buku Registrasi Perkara Konstitusi Elektronik (e-BRPK) Permohonan Perselisihan Hasil Pilkada Kepri Tahun 2020.
KPU Kepri melalui plenonya menetapkan pasangan Ansar Ahmad dan Marlin Agustina sebagai pemenang Pilkada Kepri.

Dalam hal ini berdasarkan Surat Kuasa Khusus bertanggal 21 Desember 2020 memberi kuasa kepada KARLI, S.H., dkk.
Ketua Tim Ansar Ahmad dan Marlin Agustina, Ade Angga pun optimis sedari awal terkait Sidang MK tersebut.
Ia pun mengungkap posisi Ansar Ahmad.
"Insya Allah dari awal sangat optimis, mohon doanya selalu warga Kepri.
Posisi Pak Ansar sedang di Jakarta. Beliau akan menyaksikan sidang melalui live streaming.
Soalnya dalam sidang hanya 2 kuasa hukum saja," ungkap polisitisi Partai Golkar ini kepada TribunBatam.id, Selasa (16/2/2021).
Pihaknya tetap menunggu hasil putusan Sidang MK, termasuk ketika disinggung jika putusan nantinya memberaktkan mereka.
Sebelumnya diberitakan, Komisioner KPU Kepri, Widiyono Agung Sulistiyo menyebutkan, sampai saat ini yang mendapat undangan untuk sidang lanjutan dengan agenda penetapan atau pembacaan putusan gugatan hanya 3 saja.
Baca juga: Sidang Perdana Sengketa Pilkada Kepri di MK, Kuasa Hukum INSANI Ungkap Pertanyaan Hakim
Baca juga: Pilkada Kepri, Ini Kata Ketua Tim AMAN Soal Laporan Dugaan Pelanggaran Dana Kampanye

Selain Pilkada Kepri, pihaknya juga menerima agenda pembacaan putusan hasil gugatan Pilkada Lingga, dan Pilkada Batam.
"Prediksi kami, yang biasanya sidang tersebut tidak dilanjutkan.
Artinya Permohonan gugatan tidak diterima Makamah Kostitusi (MK)," ujarnya, Senin (15/2/2021).
Namun, hanya satu daerah di Kepri yakni Kabupaten Karimun yang diprediksi kuat akan lanjut persidangan gugatan tersebut.
"Makanya saya ini sedang di Karimun membantu teman-teman, sebab divisi saya bagian hukum.
Perkara gugatan di Karimun diprediksi kuat lanjut," ujarnya.
Optimis berlanjutnya sidang perkara di Karimun dikarenakan tidak mendapat undangan jadwal sidang pembacaan putusan atau penetapan oleh Majelis.
"Jadi jangan salah tafsir ya, kalau yang tidak lanjut sidangnya.

Dikatakan tidak lanjut biasanya bisa saja dikarenakan tidak memenuhi ambang batas, atau perkara laporan itu kedaluwasa.
Jadi bukan hanya semata-mata ditolak tanpa sebab," jelasnya.
2. 20 Sekolah di Batam Bakal Jadi Percontohan Program Sekolah Penggerak
Kepala Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Batam, Hendri Arulan, mengatakan untuk 2021 ini sekolah di Batam dijadikan percontohan program Sekolah Penggerak. Adapun sekolah yang menjadi percontohan sebanyak 20 sekolah.
Diantaranya dua TK, tujuh SD, lima SMP, empat SMA, dua SLB. Dan ada 51 sekolah yang ikut sosialisasi Sekolah Penggerak.
"Mudah-mudahan ini dapat berjalan dengan lancar," ujar Hendri, Selasa (16/2/2021).
Ia mengatakan dalam sosialisasi yang dibuka langsung Sekretaris Daerah (Sekda) Batam, Jefridin Hamid, Senin (15/2/2021) tersebut, dipaparkan terkait program, tujuan, hingga menggerakkan sekolah lain agar mampu meningkatkan kualitas pendidikan di masing-masing sekolah.
"Tujuan akhir yang diharapkan Mendikbud RI, semua sekolah menjadi Sekolah Penggerak. Dari jumlah sekolah yang akan menjadi percontohan, akan dilakukan seleksi untuk menerapkan program nasional tersebut di Kota Batam," katanya.
Sementara itu, Wali Kota Batam, Muhammad Rudi, mendukung program Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) RI yakni terkait Sekolah Penggerak.
Bahkan, tahun ini, ada 20 sekolah di Batam yang dijadikan percontohan.
Pihaknya berkomitmen untuk membuat kebijakan di tingkat daerah dan menyediakan anggaran untuk sekolah dan Sumber Daya Manusia (SDM) yang dibutuhkan untuk mendukung program Pemerintah Pusat itu.
"Kita berharap, dengan adanya program tersebut, dapat meningkatkan kompetensi SDM dan layanan pendidikan di Batam," ujarnya, Senin (16/2/2021).
Sekolah Penggerak saat ini sedang menjadi program Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud).
Di Batam sendiri, Pemko Batam sudah menyatakan akan mendukung program sekolah penggerak.
Lantas, apa itu program sekolah penggerak?
"Program Sekolah Penggerak merupakan program pemerintah agar pelajar memiliki karakter. Menunjang program ini, tentu perlu Sumber Daya Manusia (SDM) yang mumpuni," ujar Sekretaris Daerah (Sekda) Batam, Jefridin, Selasa (16/2/2021).
Seperti diketahui, program Sekolah Penggerak adalah upaya untuk mewujudkan visi Pendidikan Indonesia dalam mewujudkan Indonesia maju yang berdaulat, mandiri, dan berkepribadian melalui terciptanya Pelajar Pancasila.
Program Sekolah Penggerak berfokus pada pengembangan hasil belajar siswa secara holistik yang mencakup kompetensi (literasi dan numerasi) dan karakter, diawali dengan SDM yang unggul (kepala sekolah dan guru).
Program Sekolah Penggerak merupakan penyempurnaan program transformasi sekolah sebelumnya.
Sekolah Penggerak akan mengakselerasi sekolah negeri/swasta di seluruh kondisi sekolah untuk bergerak 1-2 tahap lebih maju.
Program dilakukan bertahap dan terintegrasi dengan ekosistem hingga seluruh sekolah di Indonesia menjadi Program Sekolah Penggerak.
Adapun program Sekolah Penggerak pada tahun ajaran 2021/2022, program itu akan melibatkan 2.500 satuan pendidikan di 34 provinsi dan 110 kabupaten/kota, tahun ajaran 2022/2023
Juga akan melibatkan 10.000 satuan pendidikan di 34 provinsi dan 250 kabupaten/kota, tahun ajaran 2023/2024 melibatkan 20.000 satuan pendidikan di 34 provinsi dan 514 kabupaten/kota selanjutnya sampai 100 persen satuan pendidikan menjadi sekolah penggerak.
"Untuk di Kepri, baru Batam yang menerapkan program Sekolah Penggerak. Persetujuan keikutsertaan Batam dalam program ini telah ditandatangani Wali Kota Batam, Muhammad Rudi, pada Januari lalu," ujarnya.
Jefridin, juga berpesan, agar kepala sekolah yang ikut sosialisasi dapat menggali informasi terkait program baru tersebut.
Ia juga menginstruksikan kepala sekolah menyampaikan dan ikut menyosialisasikan program Sekolah Penggerak tersebut.
"Yang hadir hari ini, pahami baik-baik terkait program Sekolah Penggerak. Dan nanti sampaikan kepada kepala sekolah yang belum sempat hadir," katanya.
Di lokasi sama, Kepala Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Batam, Hendri Arulan, mengatakan bersyukur untuk 2021 ini sekolah di Batam dijadikan percontohan program Sekolah Penggerak. Adapun sekolah yang menjadi percontohan di antaranya dua TK, tujuh SD, lima SMP, empat SMA, dua SLB.
"Mudah-mudahan ini dapat berjalan dengan lancar," kata dia.
Ia berharap, dari 51 sekolah yang ikut sosialisasi Sekolah Penggerak, dapat memahami dengan baik.
Dalam sosialisasi itu, dipaparkan terkait program, tujuan, hingga menggerakkan sekolah lain agar mampu meningkatkan kualitas pendidikan di masing-masing sekolah.
"Tujuan akhir yang diharapkan Mendikbud RI, semua sekolah menjadi Sekolah Penggerak. Dari jumlah sekolah yang akan menjadi percontohan, akan dilakukan seleksi untuk menerapkan program nasional tersebut di Kota Batam," katanya.
3. KISAH Panten si Anak Pulau, Tinggalkan Sekolah Demi Mencari Nafkah, Kini Mimpi Jadi Kiper Timnas
Pria muda ini bernama Panten. Orang-orang pulau biasa memanggilnya dengan sebutan Panter.
Akan tetapi, dia tak terlalu mempersalahkan hal itu. Bagi Panten, setiap orang memiliki cara tersendiri untuk lebih dekat.
“Tak tahu juga bang. Orang lebih sering panggil saya dengan sebutan Panter. Mungkin biar akrab,” ujar Panten polos dengan logat Melayu khasnya kepada TRIBUNBATAM.id saat ditemui di salah satu keramba daerah Pulau Setokok, Kota Batam, Minggu (14/2/2021) lalu.
Seperti kebanyakan masyarakat hinterland di Batam, Panten dibesarkan oleh seorang ayah yang berprofesi sebagai nelayan.
Sedangkan ibunya hanyalah seorang ibu rumah tangga biasa.
Lahir di Pulau Kertang, Kecamatan Galang, 20 tahun lalu, Panten terlihat seperti anak pulau kebanyakan.
Memiliki wajah tegas, badan kokoh, dan badan sedikit gelap akibat sering melaut.
“Hitam manis bang,” katanya.
Sekilas, Panten tampak tak terlalu istimewa. Dia pendiam dan tak terlalu suka untuk membuka obrolan. Tatapannya sangar.
Kesangarannya pun didukung dengan rambut yang sedikit kekuningan usai diwarnai.
Jika tak menyelami cerita dan cita-citanya, banyak orang akan berpikiran negatif tentang Panten.
“Saya hanya lulus SD bang. Sekarang sibuk melaut untuk cari kepiting, ikan, dan gonggong. Kalau dapat nanti dijual hasil tangkapannya,” ungkap Panten memulai cerita tentangnya.
Jauh di relung hatinya, Panten tak ingin jenjang pendidikannya terputus begitu saja. Tapi apa mau dikata, nasib berkata lain.
“Kalau kemarin itu, sekolah masih bayar bang. Orangtua tak sanggup bayar dan saya pun tak mau merepotkan,” kenangnya.
Sejak ditinggal ayahnya saat dia masih kelas 2 SD, Panten sebetulnya sudah mulai melaut.
Dari hasil tangkapannya itu pula Panten dapat meringankan beban ekonomi ibunya.
Mengingat usia ibunya yang sudah memasuki 55 tahun dan tak memungkinkan untuk kerja berat.
“Sekali turun biasa dapat 2 kilo bang. Kadang tak menentu juga sih, tergantung rezeki dan cuaca saja. Kalau hasil tangkapan dijual, satu kilo dapat Rp 15 ribu. Lumayan bang buat bantu ibu di rumah,” katanya lagi.
Tak ada sedikit pun rasa malu terpancar dari wajah Panten saat menceritakan latar belakangnya.
Ia mafhum, rasa malu terhadap ekonomi keluarga hanya akan menyengsarakan.
Lagi pula, Panten tak ingin dikutuk menjadi batu seperti Malin Kundang yang malu mengakui kondisi ibunya.
Hanya satu yang ingin dicontohnya dari legenda Malin Kundang itu, menjadi seorang saudagar kaya dengan jerih payah diri sendiri.
Jika dia menjadi kaya, lanjut Panten, derajat keluarganya pun terangkat.
“Berdoa dan berusaha saja bang,” kata dia agak malu-malu.
Hal itu wajar adanya. Setiap orang bermimpi untuk menjadi sukses dan kaya raya. Begitu juga dengan Panten.
Walau pendidikan formalnya tak selesai, bukan berarti dia tak boleh untuk bermimpi.
Anak kelima dari enam bersaudara ini bercita-cita menjadi seorang pemain sepak bola ternama.
Di mana, Panten ingin mendapatkan kesempatan untuk mengawal gawang Timnas Indonesia seperti Hendro Kartiko, Markus Horison, Kurnia Meiga, dan nama-nama besar lainnya.
“Saya fans beratnya Markus Horison bang. Kalau untuk tim Eropa, saya mengidolai David De Gea,” ungkapnya.
Bahkan, lanjut Panten, dirinya berkeinginan untuk membawa Timnas Indonesia berprestasi di kancah internasional. Seperti Piala Dunia dan Piala Asia.
Untuk mewujudkan mimpinya ini, Panten mengaku telah mengasah bakatnya menjadi seorang kiper sejak usia dini.
Dia pernah dipercaya mewakili Kecamatan Galang untuk berlaga di Pekan Olahraga dan Seni (Porseni) antar sekolah.
Saat terlibat dalam Porseni, Panten sendiri berstatus sebagai murid kelas 5 SD.
“Kalau sekarang saya banyak ikut tarkam (turnamen antar kampung) bang. Pernah juara II juga di Pulau Setokok. Saya bermain dari pulau ke pulau untuk mengasah kemampuan dan mental bertanding,” ungkapnya lagi.
Saking seriusnya untuk menjadi pemain sepak bola profesional, Panten sampai rela tak dibayar hanya untuk mengharumkan nama kampungnya di setiap tarkam.
“Saya punya mimpi untuk main di PS Batam. Membanggakan nama kota tercinta ini sambil terus mengasah kemampuan saya,” ucap dia lirih.
Walau mimpinya bermain di PS Batam belum tercapai, Panten tak ingin menyerah.
Bak kata pepatah, banyak jalan menuju roma. Dengan terus berlatih dan mengasah mental bertandingnya melalui tarkam, Panten yakin kesempatan untuk bermain di tim profesional akan datang di saat yang tepat.
Saat di mana kemampuannya bertemu dengan kesempatan dan keberuntungan.
“Bersikap adil dalam pembangunan itu penting bang. Saya merasa kampung kami ini belum tersentuh pemerataan pembangunan. Harapan kami sederhana bang, perhatikan saja kami dan kampung kami,” katanya.
Di balik harapannya ini, Panten seolah ingin menyuarakan kekhawatiran anak pulau yang bernasib sama dengannya.
Tak ingin mengubur mimpi walau kerap dikesampingkan atau terpinggirkan oleh pesatnya perkembangan kota. (TRIBUNBATAM.id/Endra Kaputra/Roma Uly Sianturi/Ichwan Nurfadillah)
Baca juga Berita Tribun Batam lainnya di Google