SAHAM 2021

Saham Wismilak Melesat saat Emiten Tertekan, Simak Penjelasan Analis

Harga saham Wismilak melejit saat emiten rokok masih tertekan. Simak rekomendasi analis mengenai emiten rokok serta saham-saham yang bisa jadi pilihan

ist
ILUSTRASI. Wismilak Inti Makmur Tbk 

“Seperti kita ketahui, masyarakat menengah ke bawah juga banyak mengkonsumsi rokok, sedangkan daya beli juga terpengaruh terhadap masyarakat menengah ke bawah,” kataya, Minggu (21/2).

Ke depannya, prospek dari sektor ini akan dipengaruhi oleh pengendalian Covid-19 agar masyarakat mulai melakukan konsumsi kembali. Adanya program vaksinasi bisa jadi sentimen positif untuk emiten rokok. 

Dengan harapan, vaksin Covid-19 tersebut mampu mendorong masyarakat untuk melakukan konsumsi agar daya beli mengalami kenaikkan.

Dalam hitungan Nico, emiten sektor rokok ini baru bisa bangkit pada semester dua tahun ini dengan pertimbangan Indonesia sudah mulai melakukan vaksinasi bagi masyarakat setidaknya sekitar 30% hingga 50%.

Nico menilai saham GGRM dan HMSP masih menarik secara jangka panjang dan bisa dijadikan sebagai pilihan.

Namun, pelaku pasar harus tetap perhatikan sentimen yang ada di pasar. 

Analis Jasa Utama Capital Sekuritas Chris Apriliony menjelaskan, secara fundamental emiten-emiten rokok terutama pemain besar tertekan cukup dalam akibat kenaikan cukai rokok.

Dimana, PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk (HMSP) dan PT Gudang Garam Tbk (GGRM) menjadi emiten yang paling merasakan dampaknya lantaran kenaikan cukai tersebut lebih kepada sigaret kretek mesin (SKM).

 “Sedangkan PT Wismilak Inti Makmur Tbk (WIIM) dengan sigaret kretek tangan (SKT)-nya yang tidak mengalami peningkatan, membuat perokok beralih ke WIIM sehingga terlihat dari sisi laba bersih yang meningkat,” terangnya kepada Kontan.co.id, Minggu (21/2).

Jika meniliki laporan keuangan hingga kuartal III-2020, WIIM membukukan pendapatan Rp 1,39 triliun atau naik dari periode yang sama tahun sebelumnya Rp 1 triliun, adapun laba bersih Rp 108,69 miliar melesat dari periode yang sama tahun 2019 yang hanya Rp 15,40 miliar.

Chris melihat, prospek emiten rokok ke depannya masih kurang baik mengingat permintaan yang masih cenderung rendah. 

“Cost dari perusahaan rokok yang masih tinggi tentu berdampak kurang baik dari sisi sektor rokok itu sendiri,” tambah Chris.

Sedangkan, sentimen terkait system kerja di kantor yang dapat dimulai pada 2021 dan program vaksinasi menjadi katalis positif untuk sektor ini. Hal tersebut kemungkinan dapat kembali meningkatkan permintaan dan dapat meningkatkan penjualan.

Lantaran saham emiten rokok sudah terkoreksi cukup dalam, Chris bilang, seharusnya jika ada pelemahan sudah tidak terlalu dalam lagi.

Berdasarkan data RTI, saham GGRM merosot 8,9% dalam sebulan terakhir, kemudian saham PT HMSP juga terkoreksi sebesar 7,43%.

Halaman
123
Sumber: Kontan
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved