HUMAN INTEREST
Sepulang Sekolah, Ujang Rela Keliling Jajakan Kue Buatan Ibu
Bukan dengan berjalan kaki, Ujang dari Desa Antang, tempatnya tinggal menggunakan sepeda membawa roti buatan ibunya mendaki jalan menanjak dan menurun
ANAMBAS, TRIBUNBATAM.id - Masa kecil Junardi (12) mungkin tak seindah anak lainnya. Bebas bermain dan melakukan apapun yang mereka inginkan.
Ujang panggilan sehari-harinya mengaku waktu bermain bukanlah suatu hal yang sering ia nikmati.
Ia harus melewati masa itu dengan berjualan kue keliling.
Tidak setiap hari Ujang menjajakan kue dari rumah ke rumah.
Terkadang selesai sekolah ia langsung bersiap-siap membawa kue untuk dijajakan.
Bukan dengan berjalan kaki, Ujang dari Desa Antang, tempatnya tinggal menggunakan sepeda membawa roti buatan ibunya mendaki jalan menanjak dan menurun.
Bukanlah dekat jarak tempuh yang harus ia lewati.
Sepeda yang kurang memadai kadang mengharuskan Ujang harus mendorong sepedanya saat menaiki tanjakan.
Baca juga: Kisah Penjual Oleh-Oleh Cik Puan Banting Setir Jadi Pembuat Masker saat Pandemi Covid
Jalanan terjal dan ekstrim sudah jadi makanan Ujang saat menjajakan kue.
Sangat jauh dari rumahnya ke tempat ia menjajakan kue.
Anak laki-laki bertopi ini dengan polos mengatakan bahwa sepulang sekolah ia langsung membawa kue yang sudah diisi dalam suatu wadah, lalu ia letakkan digantungan sepedanya.
“Kadang jualan kadanga engga, dari rumah tergantung pulang sekolah jam berapa dulu, kalau jalan jam 11.00 WIB, biasanya sampai di Tarempa bisa jam 13.00 WIB, tapi belum tau juga, kadang cepat kadang bisa lama juga di jalan,” tutur Ujang, Minggu (28/2/2021).
Kue jualan Ujang bermacam, ia menjual roti bakar dan kue sebilik.
Sejak kelas III dirinya sudah mulai berkeliling menjajakan kue buatan ibunya.
Dengan wajah tampak letih, Ujang terkadang harus pulang ke rumah saat adzan maghrib berkumandang.
Namun apabila ada orang baik yang lewat mereka dengan senang hati mengantarkan Ujang ke rumahnya.
Bagi kita mungkin tidak bisa menjadi seperti Ujang, menempuh jalanan naik dan turun di bawah terik matahari mungkin sudah mengeluh.
Tapi tidak dengan Ujang, meski raut letih selalu terlihat sehabis ia berjualan.
Ia tetap semangat mengayuh sepeda membawa kue yang ia harapkan akan habis terjual.
“Saya bantu emak jualan, dari kelas III SD. Sehabis jualan bisanya emak kasih kami upah juga, duit dari emak itu kami tabung,” kata Ujang.
Memang tidak banyak upah yang ia dapati, tetapi ia merasa bersyukur masih bisa diberi rezeki oleh Allah SWT.
Memiliki 9 orang bersaudara mengajarkan Ujang kerasnya hidup ini. 9 saudaranya kini tersisa 5 orang.
“Empat orang kakak saya sudah meninggal, saya anak kedelapan,” sebutnya.
Orang tuanya bekerja serabutan, inilah mengapa Ujang berinisiatif membantu perekonomian keluarganya.
Terkadang kue yang ia jajakan tidak habis semuanya, tetapi jika banyak pembeli biasanya cepat habis.
Untuk jumlah pendapatan kue yang ia jajakan sehari-hari tidaklah menenentu.
“Kalau kue habis senang saya, jadi besok makin semangat jualan kue,” ucapnya.
Hari pun makin malam, Ujang yang saat itu ditemui di sebuah jalan menuju Desa Antang, ingin buru-buru segera pulang, karena perjalanan menuju rumahnya masih jauh. Jika kemalaman Ujang tidak punya lampu sepeda, sehingga sebelum maghrib ia harus tiba di rumah.(Tribunbatam.id/Rahma Tika)
baca berita terbaru di google news