Cerita Pramugari Garuda Indonesia Banting Setir Jual Tahu setelah Putus Kontrak: Jangan Menyerah

Penerbangan sektor yang paling terpukul akibat pandemi Covid-19, mengalami penurunan jumlah penumpang rata-rata 50% dari tahun sebelumnya.

TANGKAPAN LAYAR IG JOSEPHINE
Cerita Pramugari Garuda Indonesia Banting Setir Jual Tahu setelah Putus Kontrak: Jangan Menyerah. Josephine Wulandari mengabadikan momen berseragam pramugari terakhir kalinya melalui akun Instagramnya. 

TRIBUNBATAM.id, JAKARTA- Cerita pramugari Garuda Indonesia banting setir jual tahu setelah putus kontrak.

Tepat setahun sudah sejak Indonesia mengumumkan adanya pasien pertama Covid-19, Selasa 2 Maret 2021.

Per 1 Maret 2021, virus Corona telah menginfeksi 1.341.314 orang.

Dan menyebabkan kematian bagi 36.325 orang.

Hingga Senin, terdapat 153.074 kasus aktif di Indonesia.

Kasus aktif adalah pasien positif Covid-19 yang sedang menjalani perawatan di rumah sakit.

Dampaknya, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat warga miskin di Indonesia meningkat lebih dari 2,7 juta jiwa akibat pandemi Covid-19.

Ini merupakan kenaikan angka kemiskinan pertama dalam tiga tahun terakhir.

Mereka yang masuk kategori miskin - berdasarkan data BPS - adalah yang pengeluarannya di bawah Rp460 ribu per orang atau Rp2,2 juta per keluarga per bulan.

Penerbangan sektor yang paling terpukul akibat pandemi Covid-19, mengalami penurunan jumlah penumpang rata-rata 50% dari tahun sebelumnya.

Pemutusan hubungan kerja sejumlah karyawan adalah langkah yang kemudian ditempuh sebagian besar maskapai.

Seperti yang dialami Josephine Wulandari dan Martha Putri, pramugari Garuda Indonesia.

Pada Jumat 27 Maret 2020, lebih dari 20 pramugari dan pramugara dikumpulkan di sebuah ruang rapat di salah satu ruang Garuda Operation Center (GOC), Banten. Semua berpakaian formal bebas, sebagian menggunakan stelan berwarna hitam.

Sebelum rapat dimulai, ruangan sempat diisi tawa dan canda saat sejumlah orang di antara mereka merekam video dari ponsel untuk diunggah di media sosial.

Suasana ruangan mendadak hening ketika manajer tiba.

Sang manajer mengumumkan, para pelayan penumpang pesawat di ruangan tersebut diputus kontrak. Alasannya jumlah penerbangan menurun karena pandemi global.

"Ketika bapak itu keluar, kita nggak ada yang bisa ngomong apa-apa. Setelah bapak itu keluar, kita baru nangis, shock," kata Martha Putri mengingat kejadian setahun lalu.

Sesuai kontrak kerja, ia semestinya bisa diangkat menjadi karyawan tetap pada bulan berikutnya.

Beberapa hari sebelum pengumuman pemutusan kontrak kerja, Martha Putri masih rutin mengirim surat elektronik kepada atasannya terkait dengan penilaian kinerjanya sebagai "nilai tambah untuk diangkat pegawai di bulan April".

"Saya kirim semua penilaian saya, nggak ada artinya. Karena chief saya sudah tahu kita semua nggak mungkin ada di Garuda lagi. Jadi buat apa kirim itu lagi?" kata Martha Putri.

Momen terakhir berstatus sebagai pramugari Garuda Indonesia ini sempat diabadikan Josephine Wulandari, teman satu angkatan Martha Putri.

Ia mengunggah kembali salah satu Insta Story temannya yang menunjukkan foto kru satu angkatan yang tersenyum. Dia melabeli foto itu, "smile fake as usual".

"Cuma dikasih surat yang menyatakan kalau kontrak kita tidak diperpanjang. Dari situ kita heart broken banget," kata Jojo—sapaan Josephine.

Josephine Wulandari (kedua dari kanan) bersama rekan-rekannya saat masih menjadi pramugari
Josephine Wulandari (kedua dari kanan) bersama rekan-rekannya saat masih menjadi pramugari (DOK. PRIBADI JOSEPHINE)

Jojo juga bercerita begitu sulit untuk mencapai karier sebagai pramugari—profesi impian sejak kecil. Ia sudah dua kali melamar tapi gagal. Sampai akhirnya ia diterima saat lamaran ketiga pada akhir 2017 lalu. Tapi jenjang kariernya kandas karena pandemi.

Selama dua tahun bekerja, Jojo mengutarakan keseruan menjadi pramugari, "Banyak, tapi lebih ketemu orang, belajar banyak hal, ketemu teman-teman baru, bisa ke destinasi baru yang aku belum pernah jalanin."

Jojo sempat jatuh sakit setelah menerima pengumuman dari perusahaannya itu karena terlalu banyak pikiran. Selama berbulan-bulan yang ia lakukan adalah "Bengong, nangis, makan, tidur."

Sesekali ia juga memasukkan lamaran kerja ke sejumlah perusahaan, meski belum ada jawaban yang diharapkan. Sampai akhirnya, "Sudah deh terserah dari mana saja, asal selama itu halal, apa pun saya kerjain. Walaupun cuma antar jemput, jadi sopir nggak apa-apa," katanya.

Martha Putri kerap mengunggah aksi usahanya ke akun Tik Tok.
Martha Putri kerap mengunggah aksi usahanya ke akun Tik Tok. (TANGKAPAN LAYAR TIK TOK MARTHA PUTRI)

Selama tafakur di masa pandemi, ia pun belajar tentang arti persahabatan. "Kelihatan mana orang yang mau temanan di saat kamu masih ada uang, mana teman-teman yang benar-benar sama kamu di saat kamu nggak punya apa-apa."

Tiga bulan pertama setelah putus kontrak juga menjadi masa-masa sulit Martha Putri. "Sempat nggak bisa move on. Sempat seperti masih sedih-sedih, masih nggak menyangka, masih berharap dipanggil lagi sama Garuda, itu kurang lebih tiga bulan," katanya.

Bulan-bulan yang dihadapi dengan "lemas dan tak bersemangat" ini akhirnya terpecahkan setelah salah seorang teman Martha mengajak untuk membuka usaha tahu crispy di kawasan Cibinong, Jawa Barat.

"Finalnya itu teman bulan Juli dibantu untuk buka usaha tapi kecil-kecilan. Ya udah deh, ikut. Itu juga awalnya nggak semangat. Cuma dijalani. Bisa terealisasi."

Beberapa bulan kemudian, Martha Putri juga diajak adiknya untuk kembali membuka usaha Sate Taichan. Usaha ini sebenarnya pernah dilakoni Martha dan adiknya sebelum ia bekerja sebagai pramugari.

"Ya sudah, aku support semua. Karena sate aku sudah lumayan dikenal orang di daerah Cibinong. Sosmednya dihidupin lagi. Satenya juga akhirnya aku bikin lagi. Sambelnya semua segala macam. Ya kita ibaratnya bangun lagi dari awal," katanya.

Usaha ini masih dijalankannya, sembari itu, Martha Putri juga membuka usaha penjualan pakaian, yang rencananya toko online ini akan diluncurkan April mendatang.

Josephine Wulandari bersama rekannya saat masih bekerja sebagai pramugari.
Josephine Wulandari bersama rekannya saat masih bekerja sebagai pramugari. (DOK. PRIBADI JOSEPHINE)

Sementara itu, Jojo menemukan titik balik untuk membuka usaha yang pernah ia tekuni semasa SMA: membuat kue brownies.

"Itu juga awalnya setengah hati, kayak cuma iseng-iseng jualin. Ada nggak ya yang beli? Ternyata, lumayan nih. Banyak nih peminatnya," katanya.

Kue buatan Jojo juga dipesan pada acara kantor, termasuk memasok ke sejumlah toko kopi. Akan tetapi, belakangan ini, usahanya sebagian dilimpahkan kepada keluarganya karena Jojo sudah mulai bekerja di sebuah klinik kesehatan mulai Januari ini.

"Untuk akhir-akhir ini kurang tertangani. Karena aku sudah mulai dapat kerjaan baru, jadi terbagi dua gitu. Jadi aku mesti minta bantuan kakakku dan mamaku, untuk bikin brownies itu," katanya.

Baik Jojo dan Martha, keduanya mengakui penghasilan yang ia dapatkan kini jauh berbeda saat masih bekerja sebagai pramugari. Mereka mengatakan, gaji pramugari rata-rata di atas Rp15 juta/bulan. Sementara pekerjaan yang ditekuni saat ini tak sampai setengahnya.

Awan hitam maskapai penerbangan

Garuda Indonesia mengakui terjadi pemutusan hubungan kerja sekitar 700 karyawannya, dari pramugari sampai pilot.

Dalam keterangan kepada pers, Direktur Utama Garuda Indonesia, Irfan Setiaputra, memastikan memenuhi seluruh hak karyawan yang terdampak sesuai peraturan yang berlaku.

"Garuda Indonesia memastikan akan memenuhi seluruh hak karyawan yang terdampak sesuai dengan peraturan yang berlaku, termasuk pembayaran di awal atas kewajiban Perusahaan terhadap sisa masa kontrak karyawan," kata Irfan tahun lalu.

Menurutnya, ini keputusan sulit yang terpaksa untuk diambil setelah melakukan upaya penyelamatan keberlangsungan perusahaan di tengah pandemi Covid-19.

"Ketika maskapai lain mulai mengimplementasikan kebijakan pengurangan karyawan, kami terus berupaya mengoptimalkan langkah strategis guna memastikan perbaikan kinerja Perusahaan demi kepentingan karyawan dan masa depan bisnis Garuda Indonesia," katanya.

"Namun demikian pada titik ini, keputusan berat tersebut terpaksa harus kami tempuh ditengah situasi yang masih penuh dengan ketidakpastian ini"

Menurut data yang dilaporkan flightradar24, jumlah penerbangan pesawat komersial 2019 turun rata-rata 50% pada 2020 akibat dampak Covid-19.

Menurut Organisasi Maskapai Sipil Internasional (ICAO) nilai kerugian maskapai penerbangan di Asia Pasific mencapai US$120 miliar selama masa pandemi.

Organisasi ini juga mencatat terjadi terjadi pengurangan penumpang penerbangan internasional mencapai 66%, dan penerbangan domestik hingga 38%.

Sekretaris Asosiasi Perusahaan Penerbangan Nasional (INACA), Bayu Sutanto tak bisa memprediksi pemulihan industri penerbangan. "Kalau industri, ya kita nggak bisa ngapa-ngapain. Menunggu vaksinasi dan level kesehatannya saja," katanya.

Masa pemulihan industri penerbangan, kata Bayu sangat bergantung dari penanganan Covid-19. "Kalau kesehatannya nggak jelas, ya nggak bisa diprediksi dong," katanya.

Sementara itu, pengamat penerbangan, Ruth Hana Simatupang, menilai percepatan pemulihan industri penerbangan perlu dikuatkan mulai dari penerbangan domestik. Salah satunya adalah melalui promosi wisata dengan ketentuan protokol kesehatan yang ketat.

"Kita harus meyakinkan pengguna itu, bahwa prokes dari maskapai, prokes dari bandara prokes dari tempat tujuan, itu sudah bisa dipastikan dilaksanakan," katanya.

Bagaimana pun, Jojo dan Martha Putri berada di antara jutaan pekerja lainnya yang menjadi korban PHK karena pukulan pandemi Covid-19. Dari situasi ini, Jojo mendapat pelajaran penting.

"Jangan pernah menyerah. Itu harga mati. Walau pun aku nggak lanjut kerja di tempat yang aku cita-citakan, tapi aku selalu ambil hikmahnya. Kalau aku nggak kena kayak gitu, mungkin brownies aku sudah nggak jalan," katanya.

Martha Putri pun ikut menimpali. "Bersyukurnya karena pandemi, aku jadi dekat dengan keluarga. Aku ada di rumah. Adik-adikku juga ada di rumah, dan usaha juga bareng sama adikku. Jadi kita bareng-bareng," kata Martha Putri sambil mengutarakan harapan ketika ada kesempatan menjadi pramugari lagi, ia akan memilih pekerjaan itu. (bbc news indonesia)

Artikel ini sudah tayang di bbc news indonesia berjudul: Covid 19: Setahun pandemi, pramugari beralih profesi jualan tahu - 'Jangan pernah menyerah, itu harga mati'

Sumber: Tribun Medan
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved