HUMAN INTEREST
Cerita Dyah Dokter Spesialis Paru Satu-satunya di Karimun Setelah Disuntik Vaksin Corona
Setelah disuntik vaksin corona, dokter Dyah menyempatkan diri untuk tidur sebentar. Bangun tidur, ia memang merasa pegal di tangan, tapi sebentar saja
Penulis: Yeni Hartati | Editor: Dewi Haryati
KARIMUN, TRIBUNBATAM.id - Inilah cerita dr Dyah Nurwidiasih soal pengalamannya setelah disuntik vaksin corona di Karimun.
Dyah merupakan dokter spesialis paru satu-satunya di Karimun. Selain berdinas di RSUD Muhammad Sani, perempuan berhijab ini juga praktek di Klinik Medic Center.
Lewat cerita pengalamannya ini, ia juga berusaha menepis keraguan masyarakat terkait vaksinasi corona.
"Alhamdulillah saat disuntik vaksin dan setelah 30 menit divaksinasi tidak ada gejala apapun," ucapnya kepada Tribunbatam.id, Jumat (5/3/2/2021).
Seusai disuntik vaksin corona, Dyah memang menyempatkan diri istirahat sebentar. Ia tidur.
Baca juga: Corona di Bintan Tambah Lagi, Lima Warga Positif Covid, Total 690 Kasus
Baca juga: Vaksinasi Corona di Bintan Tahap 2, Wabup Bintan Robby Kurniawan Ikut Disuntik Vaksin
"Setelah bangun memang agak nyeri sedikit, tetapi hanya pegal saja sekitar sejam," ujarnya.
Setelah itu, tidak ada efek samping serius yang dialaminya.
"Saya bahkan bisa lanjut dengan aktivitas saya," kata Dyah.
Ia menerangkan, vaksinasi merupakan kegiatan memasukkan benda asing ke dalam tubuh, sehingga dapat menimbulkan efek. Namun untuk setiap individu efek yang dirasakan berbeda-beda.
Tidak menutup kemungkinan, pada beberapa individu tidak memiliki efek samping apapun.
Menurutnya, vaksinasi Covid-19 dari pemerintah pusat ini, sebenarnya sangat membantu untuk memutuskan rantai penularan Covid-19. Sehingga perekonomian negara segera pulih.
Tak kalah penting, turut menjaga keselamatan anggota keluarga di rumah.
"Masyarakat yang kurang paham tentang vaksinasi pastinya bingung, dan berburuk sangka terhadap program vaksinasi Covid-19," ucapnya.
Itu seiring beredarnya kabar bohong soal banyaknya efek samping setelah disuntik vaksin covid-19 berjenis Sinovac, hingga menimbulkan kematian.
Tidak hanya itu, kabar lainnya menyebut pemerintah pusat membeli vaksin Sinovac karena harganya yang murah. Parahnya lagi, ada tanggapan yang menyatakan rakyat Indonesia sebagai bahan percobaan pertama vaksin Sinovac.