KISAH PERANTAU DI KARIMUN
Kisah Kudi Penjual Cincin Batu Akik di Karimun Bertahan saat Pandemi Covid-19
Sebelum pandemi covid-19, Kudi pernah jualan cincin batu akik sampai ke Malaysia. Sehari ia bisa dapat 1 juta. Kini untuk dapat 100 ribu saja susah
Penulis: Yeni Hartati | Editor: Dewi Haryati
"Di Malaysia saya pernah dapat sejuta dalam sehari, namun di Karimun untuk mendapatkan uang Rp 100 ribu dalam sehari begitu sangat sulit," tambahnya.
"Sementara untuk hari ini belum ada laku sama sekali. Bahkan untuk membeli teh ini saja adanya sisa uang di dalam tas sebesar Rp 2 ribu," ucapnya.
Kudi merupakan penjual keliling yang mencari teras-teras kosong untuk membuka lapaknya, karena ia khawatir jika mengharuskan sewa tempat untuk membayarnya sulit.
Ditambah lagi saat ini ia punya utang di salah satu bank saat meminjam uang untuk memutar modal dagangannya.
Dari pinjaman sebesar Rp 11 juta, ia hanya mampu membayar bunganya saja setiap bulan.
"Pinjaman di bank saja tidak mampu membayar, setiap bulan saya hanya membayar bunganya sebesar Rp 65 ribu," ucapnya.
Ia menambahkan, belum pernah mendapatkan bantuan dari pemerintah pusat terkait dana Bantuan Langsung Tunai (BLT).
"Saya berharap pemerintah memandang kami sebagai masyarakat yang membutuhkan. Bantulah mungkin berupa bantuan uang," harapnya.
Meski bantuan uang tak didapat, ia bilang pernah mendapat bantuan sembako seperti beras, minyak goreng, gula, kopi, teh, sarden kaleng.
Sementara itu, Kudi berharap ada orang yang mau membantunya dengan cara membeli barang dagangannya.
Harganya variatif. Untuk cincin tanpa batu akik dihargai Rp 20 ribu, sedangkan cincin lengkap dengan batu akik harga standarnya Rp 70 ribu.
(Tribunbatam.id/YeniHartati)
Baca juga Berita Tribun Batam lainnya di Google