Ruhut Bela Mati-matian Moeldoko di Mata Najwa, Sebut Soal 'Anjing Penjaga': Semut Diinjak Mengigit
Politikus PDIP yang juga eks kader Demokrat membertanyakan sikap Demokrat kubu AHY yang kerap memojokkan nama Kepala Staf Presiden (KSP) Moeldoko
TRIBUNBATAM.id - Ruhut Bela Mati-matian Moeldoko di Mata Najwa, Sebut Soal 'Anjing Penjaga': Semut Diinjak Mengigit.
Mantan Kader Partai Demokrat Ruhut Sitompul mempertanyakan tuduhan-tuduhan
yang memojokkan Kepala Staf Kepresidenan (KSP) Moeldoko imbas jadi Ketum Demokrat versi KLB.
Eks Panglima TNI itu didapuk jadi pimpinan Demokrat melalui KLB
yang digagas sejumlah kader Demokrat yang pernah dipecat AHY.

Ruhut juga menyinggung soal Moeldoko yang merupakan "bintang 4".
Ia yang kini menjadi politikus PDI Perjuangan mengatakan,
sikap kader Demokrat kubu Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) tak patut,
yang sering memojokkan Ketua Umum Demokrat versi KLB, Moeldoko.
Baca juga: DPC Demokrat Tanjungpinang Tolak KLB di Deli Serdang dan tak Akui Moeldoko sebagai Ketua Umum
Baca juga: Ketegasan AHY, Pecat 11 Anak Buah di Demokrat yang Membelot ke Moeldoko, Termasuk Apri Sujadi
Baca juga: Andi Mallarangeng Diancam Dipolisikan Partai Demokrat Kubu Moeldoko, Ini Alasan Razman Arif Nasution
"Saya objektif menilai.
Kenapa sih Pak Moeldoko terlalu dipojokkan?
Bagi kita kader Demokrat,
saya (mantan kader) berterima
kasih pada SBY yang ikut membesarkan saya," kata Ruhut, Rabu (10/3/2021) malam di acara Mata Najwa.
Baca juga: Ruhut Sitompul Muncul di Kisruh Partai Demokrat, Ejek AHY Akui Moeldoko Ketum Asli, Dibujuk Balikan!
Baca juga: Ketua DPC Demokrat Mengaku Keok Dipecat AHY, Tak Menyesal Ikut KLB Sibolangit: Sudah Kalah
Baca juga: AHY Berangus Pengkhianat Demokrat, Tak Cuma Apri Sujadi Terdepak, Ini Daftar Pecatan Pengikut KLB
Saat ini polemik Partai Demokrat kembali memasuki babak baru.
Kedua kubu telah datang menemui Kemenkumham.
Teranyar, kubu Moeldoko telah mendaftarkan hasil KLB Demokrat di Deliserdang ke Kemenkumham.

Lantas apa sikap pemerintah, dan kubu siapa yang akan dapat pengakuan dari polemik di tubuh Demokrat?
Acara Mata Najwa kembali membahas soal kisruh di partai Demokrat.
Tema yang diangkat kali ini yakni Ribut Berebut Demokrat.
Narasumber yang dihadirkan yakni Ruhut Sitompul, mantan kader Demokrat.
Darmizal pengagas KLB Demokrat dan Hinca Panjaitan sebagai Ketua Dewan Kehormatan DPP Partai Demokrat.
Ada pula Menkopolhukam Mahfud MD yang turut hadir.
Pengamat Politik President University, Muhammad A.S Hikam
Menurut Ruhut dirinya menangis melihat dua tokoh di Demokrat bertikai.
"Saya sedih melihat Pak Moeldoko dituduh macam-macam, " kata dia.
"Semut diinjak akan mengigit, Moeldoko bintang 4, ia juga manusia," kata dia.
Baca juga: DPC Demokrat Tanjungpinang Tolak KLB di Deli Serdang dan tak Akui Moeldoko sebagai Ketua Umum
Baca juga: Ketegasan AHY, Pecat 11 Anak Buah di Demokrat yang Membelot ke Moeldoko, Termasuk Apri Sujadi
Baca juga: TEGAS Orang No 1 Sumut Sentil KLB Demokrat Sibolangit, Purnawirawan Jenderal Bintang 3 TNI Marah
Ruhut menjelaskan, awalnya tak ada niatan Moeldoko untuk mengambil Demokrat.
Namun Ruhut menegaskan kenapa akhirnya Moeldoko meneriwa tawaran itu.
Menurut dia, Moeldoko diminta dan ditekan kader sehingga mau menerima tawaran itu.
Sementara itu, Pengamat Politik President University, Muhammad A.S Hikam mengatakan,
apa yang berkembang saat ini publik tak bisa melihat apa yang telah dilakukan Moeldoko sebagai tekanan.
"Secara faktual, dari segi tampilan, pidato beliau, itu tampak bahwa masuk ke KLB Demokrat adalah sukarela," kata dia.

Menurut dia, secara hak politik tidak ada masalah langkah politik yang telah dilakukan oleh Moeldoko.
Namun secara etika, mungkin dipermasalahkan, dan sekarang yang sedang terjadi.
"Kalau ada tanggapan dari Pak Ruhut, Pak Darmizal itu menyakitkan Pak Moeldoko, itu analisa lain.
Dan kemudian dipakai alasan sekarang seolah olah dipaksa dan disakiti sehingga harus beraksi," kata dia.
"Anjing Penjaga Demokrat"
Di saat Demokrat sedang berkonflik, Ruhut Sitompul ikut berkomentar.
Ia bahkan mengaku banyak dihubungi terkait dukungan kepada salah satu kubu di Partai Demokrat.
Diketahui, Kongres Luar Biasa (KLB) Partai Demokrat memutuskan Moeldoko sebagai Ketua Umum Demokrat.
Sedangkan Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) tak mengakui hasil KLB Deliserdang.
Ruhut Sitompul menyebutkan Partai Demokrat kini dipimpin oleh Moeldoko.
Sebab, ia menilai kepemimpinan AHY sudah demisioner.
Hal itu dikatakan Ruhut Sitompul melalui akun Twitter @ruhutsitompul yang dilihat pada Rabu (10/3/2021).
"Banyak yg menghubungi Aku “Anjing Penjaga” Partai Demokrat yg mana ?,
tegas Aku jawab PD yg waktu sebagai partai Terbuka Moderen Nasionalis Relegius jadi bukan PD yg Dinasty
Aku katakan PD sekarang hanya satu yg Ketua Umumnya Pak Moeldoko yg satu lagi sudah Demisioner MERDEKA," tulis Ruhut.
Baca juga: Kekayaan Apri Sujadi yang Dipecat AHY Dari Demokrat, Kini Usung Moeldoko
Baca juga: AHY Berangus Pengkhianat Demokrat, Tak Cuma Apri Sujadi Terdepak, Ini Daftar Pecatan Pengikut KLB
Baca juga: Blak-blakan Petinggi Demokrat Dinego Duit Rp 1 Miliar, Saya Ditelpon Untuk Ikut KLB Haram itu
Selain itu, Ruhut juga mengingatkan kepada pihak-pihak yang meminta Presiden Joko Widodo untuk memecat Kepala Staf Kepresidenan (KSP) Moeldoko.
"Tolong yg tdk mengerti permasalahan di Partai Demokrat tutup mulut jgn sok pintar apalagi coba2 menyuruh Presiden RI ke 7 Bpk JOKOWI memecat KSPnya Bpk Moeldoko,
ingat yg terjadi di PD ini KARMA yg bicara Aku mantan Kader PD yg waktu Berjayanya sebagai Anjing Penjaga MERDEKA," tulisnya.
Ruhut Sitompul meminta Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) tidak menambah beban Presiden Joko Widodo (Jokowi) dengan persoalan internal Partai Demokrat.
"Pak Jokowi itu presiden kita loh.
Jangan kita tambah beban lagi permasalahan di dalam rumah tangga Demokrat.
Pak Jokowi lagi membenahi kaitan dengan pandemi,
masalah ekonomi dan sebagainya, beliau sedang kerja keras," kata Ruhut saat dihubungi, Jakarta, Rabu (3/1/2021).
Ruhut yang saat ini kader PDI Perjuangan menyebut
AHY telah bersikap kekanak-kanakan, padahal dirinya merupakan Ketua Umum Demokrat.

"Sudahlah, saya katakan kekanak-kanakan karena dia melempar polemik tapi tidak menyebut nama-nama, itu kan tidak baik," ucap Ruhut.
"Sekarang disebut (nama-nama),
meski bukan dia yang sebut,
orang-orang sekitar dia.
Mestinya dia yang ngomong sebagai ketua umum,
ambil alih dan jangan bikin surat ke Pak Jokowi," sambung Ruhut.
Selain membawa Presiden ke dalam persoalan internal Demokrat,
Ruhut juga menyayangkan beberapa politikus partai berlambang Mercy menyebut nama Moeldoko sebagai pihak penggerak kudeta.
"Pak Moeldoko itu tidak bisa disalahkan,
beliau sebagai pejabat negara,
ada yang tidak senang dengan AHY datang ke rumahnya, curhat," ucap Ruhut.
Ruhut pun menyebut tuduhan kepada Moeldoko dikaitkan dengan Pemilu 2024 sangat tidak mendasar.
"Banyak pernyataan, seolah beliau mau pakai Demokrat sebagai perahu Capres 2024, aduh masih jauh.
Jangan ngarang cerita, apalagi disebut tiap cabang dikasih Rp 100 juta, bener gak itu?
Itu kan yang belum tentu benar, jangan diomongin, nanti malah fitnah," kata Ruhut.
Karena itu, Ruhut meminta AHY bersikap bijaksana sebagai pemimpin partai,
dan melakukan pemanggilan pihak-pihak internal Demokrat yang diduga melakukan rencana kudeta.
"Panggil mereka, tidak usah ribut-ribut di media, apalagi gosip,
akhirnya menyerang Pak Jokowi, serang Pak Moeldoko. Itu tidak baik," ucap Ruhut.
Diminta Bujuk Moeldoko
Ruhut Sitompul mengaku sempat diminta beberapa kader partai berlambang bintang Mercy
untuk membujuk Moeldoko menjadi ketua umum Demokrat.
"Mereka cerita ke saya, kan saya dekat dengan Pak Moeldoko.
Mereka bilang, abang dong bantu biar Pak Moeldoko mau jadi ketua umum,
kalau mau, kami mau melakukan KLB (Kongres Luar Biasa)," ujar Ruhut Sitompul saat dihubungi, Jakarta, Rabu (3/2/2021).
Menurutnya, permintaan tersebut disampaikan secara langsung
saat dirinya berkunjung ke daerah dan ada juga kader daerah yang menghubungi lewat telepon.
"Bahkan mereka bilang, abang baliklah (ke Demokrat),
saya bilang tidak bisa, saya sudah jadi kader PDI Perjuangan," ucap Ruhut.
Ruhut melihat, sebagian kader yang ada di Dewan Pimpinan Daerah (DPD) dan Dewan Pimpinan Cabang (DPC) Demokrat,
menginginkan adanya KLB karena mengeluh dengan kepemimpinan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY).
Keluhan kader daerah, kata Ruhut, tidak berani disampaikan secara langsung ke DPP Demokrat,
tetapi hanya bisa curhat kepada dirinya dan senior lainnya yang saat ini ada empat faksi ingin adanya KLB.
"Memang betul ada empat faksi itu.
Tapi sekarang saya kaget, faksi ini bergabung dan menjadikan AHY musuh bersama,
mereka datang ke saya juga, menyampaikan keluhan daerah soal macam-macam," kata Ruhut.
"Tapi saya bilang ke mereka, saya harus batasi,
karena saya sekarang berterima kasih kepada Ibu Megawati Soekarnoputri,
saya sudah kader PDI Perjuangan," sambung Ruhut.
Ruhut Dipecat Demokrat
Dewan Kehormatan Partai Demokrat memutuskan Ruhut Sitompul dipecat dari keanggotaan partai.
Wakil Ketua Dewan Kehormatan Demokrat, Denny Kailimang mengatakan,
kasus Ruhut telah disidangkan empat kali.
Keputusan pemecatan diambil dalam sidang Dewan Kehormatan Demokrat pada 24 Oktober 2016.
Anggota Komisi III DPR itu dianggap memiliki sikap yang bertentangan dengan kebijakan-kebijakan partai,
salah satunya terkait Pilgub DKI Jakarta 2017.
"Sudah keluar keputusan dari Dewan Kehormatan.
Itu pemecatan dari keanggotaan Partai Demokrat," tutur Denny saat dihubungi, Kamis (27/10).
Ruhut dianggap melanggar kode etik yang diatur dalam anggaran dasar dan anggaran rumah tangga (AD/ART) partai serta Pakta Integritas.
Keputusan Wanhor itu akan ditindaklanjuti oleh Dewan Pimpinan Pusat Partai.
Ia memastikan keputusan Dewan Kehormatan tak akan berubah di tingkat DPP.
"Itu tinggal pelaksanaannya saja. Sesuai dengan AD/ART," ucap Denny.
Adapun Ruhut mengatakan,
pihak-pihak yang menyebutkan dirinya dipecat hanya mau mencari ketenaran.
"Yang bisa mecat siapa? Ketua umum.
Ini kan orang-orang yang ngomong kan yang nyari beken.
Wartawan juga jeli dong.
Siapa yang bisa mecat?
Ada enggak suratnya?
Kan enggak ada," ucap Ruhut.
Ruhut sebelumnya mengaku akan mundur sebagai anggota DPR.
Langkah itu akan dilakukannya pada masa reses DPR 28 Oktober 2016.
Surat pengunduran diri akan disampaikan Ruhut kepada Demokrat pada masa reses.
Ruhut mengaku memilih mundur agar total memenangi pasangan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dan Djarot Saiful Hidayat pada Pilkada DKI 2017.
Sementara, Demokrat mendukung pasangan Agus Harimurti Yudhoyono - Sylviana Murni.
"Saya reses ini nanti akan mengundurkan diri.
Karena saya mau fokus.
Ibarat pepatah aku mandi basah,
tidak pernah setengah-setengah," kata Ruhut.
Ruhut juga mengaku sudah dibujuk sejumlah partai politik dan menawarinya bergabung.
Namun, ia mengaku tidak lagi memiliki niat menjadi anggota DPR periode selanjutnya.
"Ini terakhir.
Jangan lihat di 2019 ada nama aku jadi caleg.
Aku tidak mau lagi di Senayan jadi anggota DPR," kata politisi dari daerah pemilihan Sumatera Utara itu.
.
.
.
Baca berita menarik TRIBUNBATAM.id lainnya di Google
Artikel ini telah tayang di sripoku.com dengan judul Bela Mati-matian Moeldoko di Mata Najwa, Ruhut Sitompul : Semut Diinjak akan Mengigit dan Tribunnews.com dengan judul Ruhut ke AHY: Pak Jokowi Itu Presiden, Jangan Tambahi Bebannya Urusan Rumah Tangga Partai Demokrat serta Cerita Ruhut Sitompul Diminta Bujuk Moeldoko Jadi Ketua Umum Demokrat
(*)