Beda Pendapat Dirut Bulog Vs Menteri Jokowi Soal Impor Beras, Buwas 'Bela Petani': Harga Sudah Drop

Direktur Utama Perusahaan Umum (Perum) Bulog, Budi Waseso mengaku tak pernah mengusulkan impor beras pada tahun ini dan dapat perintah dari 2 menteri

Tribun/Kompas/KRISTIANTO PURNOMO
Beda Pendapat Dirut Bulog Vs Menteri Jokowi Soal Impor Beras, Buwas 'Bela Petani': Harga Sudah Drop 

TRIBUNBATAM.id - Beda Pendapat Dirut Bulog Vs Menteri Jokowi Soal Impor Beras, Buwas 'Bela Petani': Harga Sudah Drop.

Direktur Utama Perusahaan Umum (Perum) Bulog, Budi Waseso

mengaku tak pernah mengusulkan impor beras pada tahun ini.

Ia mengaku impor beras tahun ini muncul setelah pihaknya menerima perintah mendadak dair 2 menteri.

Kedua menteri Jokowi itu adalah Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi

dan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartanto.

"Kebijakan Pak Menko dan Pak Mendag,

kami akhirnya dikasi penugasan tiba-tiba untuk melaksanakan impor," beber Buwas,

sapaan akrabnya dikutip dari KompasTV, Rabu (17/3/2021).

Baca juga: Perintah Mendadak Impor Beras 2 Menteri Jokowi, Buwas Beberkan Namanya, Sebut Sisa 2018 Masih Ada

Adapun tahun ini pemerintah berencana impor beras sekitar 1 juta ton.

Adapun impor beras tahun ini pemerintah beralasan terpaksa demi menjaga stok beras nasional.

Beras impor itu rencananya akan digunakan untuk menambah cadangan

atau pemerintah menyebutnya dengan istilah iron stock.

Direktur Utama Perum Bulog Komjen (Purn) Budi Waseso
Direktur Utama Perum Bulog Komjen (Purn) Budi Waseso (kompas.com)

Menurut Buwas, saat rapat koordinasi bersama Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian

sebelumnya tak pernah membahas impor beras.

Rapat itu hanya membahas stok pangan dalam negeri

dan ancaman gangguan cuaca yang dapat mengganggu stok beras.

Buwas juga mengatakan,

isu mengenai keputusan pemerintah impor beras sebanyak 1 juta ton

mulai memberi tekanan terhadap harga gabah petani.

Lantaran hal itu diketahui saat memasuki masa panen raya pertama tahun ini

yang berlangsung sepanjang Maret-April 2021.

"Ini ada panen, berarti ada benturan produksi dalam negeri dengan impor.

Ini baru diumumkan saja sekarang dampaknya di lapangan harga di petani sudah drop," ujar dia.

Mantan Kabareskrim dan Kepala BNN itu menyebut,

impor beras bakal jadi beban buat Perum Bulog.

Baca juga: Kita Tak Punya Sawah, Kata Dwi Ria Latifa Anggota DPR RI Untuk Upayakan Impor Beras di Kepri

Ini karena Bulog juga masih menyimpan stok beras sisa impor lalu,

bahkan kini kualitasnya semakin mengkawatirkan karena lama menumpuk di gudang.

Ia mengatakan, pihaknya siap untuk menampung beras hingga 3,6 juta ton

sesuai kapasitas gudang Bulog di seluruh Indonesia,

namun ia meminta agar ada pangsa pasar untuk menyalurkan beras yang diserap.

Kanwil DJBC Khusus Kepri di Karimun bersiap-siap menggelar ekspos tangkapan beras impor sekitar 190 ton yang dibawa KM Surya Pratama GT 62 belum lama ini.
Kanwil DJBC Khusus Kepri di Karimun bersiap-siap menggelar ekspos tangkapan beras impor sekitar 190 ton yang dibawa KM Surya Pratama GT 62 belum lama ini. (tribunnews batam/yahya)

"Kalau kami membeli sebanyak apa pun kami siap,

asalkan hilirnya dipakai," kata Buwas dilansir dari Antara.

Dia menyebut Bulog telah kehilangan pangsa pasar sebesar 2,6 juta ton beras per tahun

dikarenakan Program Rastra (beras untuk keluarga sejahtera) diganti pemerintah menjadi Bantuan Pangan Nontunai (BPNT).

Yang tadinya masyarakat mendapatkan bansos berupa beras dari Bulog,

kini diberikan bantuan secara nontunai yang bisa dibelanjakan sendiri oleh masyarakat penerima manfaat

di warung-warung yang bekerja sama dengan Kementerian Sosial.

Buwas melaporkan persediaan beras per 14 Maret 2021 di gudang Bulog

mencapai 883.585 ton dengan rincian 859.877 ton merupakan stok cadangan beras pemerintah (CBP),

dan 23.708 ton stok beras komersial.

Dari jumlah stok CBP yang ada saat ini,

Buwas mengungkapkan terdapat beras turun mutu eks impor tahun 2018 sebanyak 106.642 ton

dari total beras impor tahun 2018 sebesar 1.785.450 ton.

Buwas menyebut beras impor yang sudah dalam masa simpan tahunan

keseluruhannya berjumlah 461 ribu ton.

Sementara beras sisa impor tahun 2018 yang masih tersedia di gudang Bulog yaitu 275.811 ton,

dengan sebanyak 106.642 ton di antaranya mengalami turun mutu.

Buwas yang juga merupakan mantan Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) tersebut mengungkapkan,

kesalahan pada impor beras tahun 2018 dikarenakan rata-rata jenisnya merupakan jenis beras pera

yang tidak sesuai dengan selera masyarakat Indonesia yang menyebabkan sulitnya penyaluran beras tersebut.

Bulog menyebut pihaknya perlu mencampur beras impor tersebut

dengan beras produksi dalam negeri agar bisa disalurkan ke masyarakat.

Pada Maret 2020, lanjut Buwas, beras impor tahun 2018 masih tersisa sekitar 900 ribu ton.

Beras tersebut kemudian digunakan untuk penyaluran bantuan sosial dari Kementerian Sosial dan bantuan langsung dari Presiden

kepada masyarakat dalam menanggulangi dampak ekonomi akibat pandemi.

Namun beras tersebut hanya tersalurkan sekitar 450 ribu ton dari alokai sebanyak 900 ribu ton.

Sisanya, hingga kini sebanyak 275.811 ton beras impor tahun 2018

masih tersimpan di gudang Bulog dengan 106.642 ton di antaranya sudah mengalami turun mutu.

Rencananya, kata Buwas, beras sisa impor tahun 2018 tersebut

akan diolah menjadi tepung yang akan ditangani Kementerian Perdagangan dan Kementerian Perindustrian.

Namun menurutnya, Bulog sudah mendapatkan penugasan impor beras 1 juta ton

kendati sisa impor beras tahun 2018 belum diselesaikan.

"Tapi sampai saat ini belum bisa dilaksanakan.

Baca juga: Hanya Beras Impor yang Harganya Naik di Tanjungpinang

Ini menjadi beban Bulog," ungkap Buwas.

Keyakinan Mendag

Menteri Perdagangan (Mendag) Muhammad Lutfi meyakini,

kebijakan impor beras 1 juta ton di 2021

tidak bakal menghancurkan harga gabah di tingkat petani.

Menurut dia, langkah ini dilakukan untuk menjaga stok beras nasional dan menstabilkan harga.

"(Impor) ini bagian dari strategi memastikan harga stabil.

Percayalah tidak ada niat pemerintah untuk hancurkan harga petani

terutama saat sedang panen raya," ujar Lutfi dalam konferensi pers pada Senin (15/3/2021).

Lutfi mengakui, berdasarkan data BPS,

produksi beras nasional alami kenaikan tipis 0,07 persen menjadi mencapai 31,63 juta di 2020.

Kenaikan produksi pun diperkirakan berlanjut di 2021.

Potensi produksi beras sepanjang Januari-April 2021 diperkirakan mencapai 14,54 juta ton,

naik 3,08 juta ton atau 26,84 persen dibandingkan produksi pada periode sama di 2020 yang sebesar 11,46 juta ton.

Kendati demikian, kata Lutfi, angka produksi tahun ini masih bersifat ramalan.

Artinya masih ada kemungkinan mengalami kenaikan atau bahkan penurunan,

terlebih mengingat kondisi curah hujan yang tinggi di sejumlah daerah Indonesia akhir-akhir ini.

* Berita tentang Buwas

* Berita tentang Bulog

* Berita tentang Impor Beras

.

.

.

Baca berita menarik TRIBUNBATAM.id lainnya di Google

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Buwas Beberkan 2 Menteri Jokowi yang Perintahkan Impor Beras

(*)

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved