HUMAN INTEREST
Kisah Haryanto Hasilkan Puluhan Lukisan Bertema Covid-19, Usir Bosan saat Pandemi
Dibantu pemerintah, Haryanto mampu menggelar pameran lukisan bertema Covid-19 tunggal. Ya, selama pandemi covid, ia mengusir bosan dengan melukis
Misalnya, ada lukisan orang menggunakan masker wajah. Zaman dulu pakai masker untuk wajah. Ada juga lukisan kaos bergambar virus corona dan ada setrika zaman dulu.
Selain itu, ada lukisan bertema truk orang di luar pakai masker, aku di rumah pakai daster. Ada juga lukisan bergambar mata, di dalam bulatan mata itu ada gambar masker dan hand sanitizer.
"The best fotografi nasional, pemulasaran pemakaman covid-19," katanya.
Ada juga lukisan gambar berpegangan seperti di Romawi. Menariknya gambar tersebut digambar di atas karton, satu memegang hand sanitizer dan satu menerimanya.
"Ada juga Indonesia zona merah. Aku gambarkan melalui kutek perempuan berwarna merah, mengalir dari kuku terus tergambar peta Indonesia," katanya.
Ia mengaku, ide-ide lukisan itu spontan didapatnya, misal lagi di mobil. Tak mengenal waktu dan ruang. Kemudian langsung di sketsa di kertas sehingga tak lupa.
"Kendala biasanya di budget. Misalnya ada puluhan lukisan kan mahal bingkainya. Selain itu, kendalanya juga material alat lukis saja. Kalau tak ada di Batam, saya order dari Jakarta," ujarnya.
Hasil karya Haryanto cukup banyak. Misalnya di hotel, cafe, tempat-tempat pejabat atau instansi lainnya. Selain lukisan ada juga mural.
Ia berharap setiap instansi pemerintah bisa melibatkan orang-orang seni seperti di wilayah Jakarta. Sehingga bisa lebih menarik.
"Misalnya Taman Dang Anom atau Engku Hamidah. Banyak dimewahkan dengan lampu kelap-kelip. Kenapa tak ada satu pun seni lukisnya sehingga lebih menarik," katanya.
Menariknya lagi, ia menilai, seperti Dang Anom merupakan tempat SPBU pertama di Batam. Harusnya jangan dibongkar habis, tapi dipertahankan misalnya dicat lagi atau pun dirawat lagi, sehingga ada properti unik dan menarik.
Sebelum melukis, Haryanto berprofesi sebagai akademisi seni rupa dan interior design. Mulai dari kecil, ia memang sering dapat beasiswa menggambar. Bahkan sewaktu SMA pun sudah pernah pameran.
"Aku mengalami titik jenuh untuk design, dan beralih menjadi pelukis di Jakarta. Ke Batam awalnya dapat lukisan abstrak di Planet Hotel. Ada ratusan lukisan dan memutuskan untuk tinggal di Batam. Lupa aku tahun berapa tinggal di Batam," ujarnya.
"Setelah design ditinggalkan, sempat kembali ke mural sebenarnya. Seperti di kafe dan beberapa tempat lainnya. Lalu datanglah si pandemi ini," paparnya.
(tribunbatam.id / Roma Uly Sianturi)
Baca juga Berita Tribun Batam lainnya di Google
Berita tentang Human Interest Story