Masalah di Terusan Suez Tak Kunjung Rampung, Adakah Kira-kira Jalur Alternatifnya?
Ever Given tersumbat pada Selasa sekitar pukul 7.40 pagi waktu setempat. Situasi tersebut mengharuskan sekitar 150 kapal di kedua sisi kanal menunggu.
TRIBUNBATAM.id, MESIR -- Perusahaan perkapalan dipaksa menimbang opsi jalur lain setelah lalu lintas utama perdagangan internasional terblokir kontainer raksasa, Ever Given.
Insiden yang menutup Terusan Suez itu membuat banyak kapal harus mengambil rute alternatif menyiksa dengan memutar di ujung selatan Afrika.
Insider melaporkan, menurut analis yang mengamati situasi tersebut, setidaknya tiga kapal kontainer telah mengubah arah dan terlihat menuju ke selatan.
Semakin lama penundaan berlangsung, diyakini semakin banyak kapal yang akan mengikuti langkah tersebut.
Menurut editor Lloyd's List, Michelle Wiese Bockman, Ever Greet, dari perusahaan yang sama dengan Ever Given yang terdampar, telah mengubah arah pada Jumat, (26/3/2021).
Kapal itu tercatat sebagai yang pertama dari ratusan kapal yang mengambil keputusan sejak Ever Given terdampar.
Ever Given tersumbat pada Selasa sekitar pukul 7.40 pagi waktu setempat. Situasi tersebut mengharuskan sekitar 150 kapal di kedua sisi kanal menunggu untuk melintas menurut laporan AP.
Alhasil kapal lain yang masih berada lebih jauh dari jalur kanal mulai menimbang rute alternatif.
Hingga Jumat, (26/3/2021) sore waktu setempat, upaya masih dilakukan untuk melepaskan kapal dari tepi kanal.
Para pejabat tidak memberikan kerangka waktu yang pasti kapan itu mungkin kembali mengapung.
Sementara CEO dari sebuah perusahaan pengerukan spesialis, yang didatangkan untuk membantu pembebasan, mengatakan "mungkin perlu waktu berminggu-minggu."
Baca juga: Kapalnya Bikin Macet Terusan Suez, Pemilik MV Ever Given: Saya Minta Maaf
Harus memutar
Analis komoditas Kpler sudah menyinggung rencana pengalihan rute dalam sebuah pernyataan pada Kamis (25/3/2021).
"Karena penundaan terus berlanjut, pengirim harus membicarakan keputusan yang tidak menyenangkan, apakah akan memutar balik dan menuju Cape of Good Hope (Tanjung Harapan, selatan Benua Afrika) atau menunggu di Laut Merah dan Mediterania."
Pada saat itu, Kpler menyatakan kemungkinan itu "tidak dapat dihindarkan," mengingat penundaan ekstensif yang akan terjadi.