Menteri Marah Program TV Tayangkan Reality Show Tes Keperawanan, Pengantin Wanita Rela Diperiksa
Tes keperawanan yang menjadi bagian program reality show di salah satu televisi swasta membuat marah menteri dan meminta program itu segera berhenti
"Bukan begitu caranya. Ini berdasarkan prinsip bahwa jika seorang laki-laki muda tidak pergi berpesta dan pacaran dengan gadis-gadis lain sebelum dia menikah, maka dia akan melewatkan kesempatan itu.
Sementara itu adalah pengalaman yang harus dia miliki."
Menteri Schiappa dalam suratnya mengaku marah dengan alur cerita program tersebut, yang tetap ditayangkan tanpa ada yang mempertanyakannya.
"Institusi pernikahan di Republik kita ini diinjak-injak, tanpa ada yang mengomentari dengan cara yang tepat," katanya.
Dia mengatakan cuplikan adegan itu menjadi "semakin memuakkan" karena Majelis Nasional baru saja meloloskan undang-undang "yang melarang tes keperawanan dan menjamin persetujuan dari kedua mempelai untuk menikah".
Sementara itu, sebuah pasal dalam Rancangan Undang-Undang Anti-Separatisme - yang saat ini tengah dibahas di Senat - melarang dokter untuk memberikan sertifikat keperawanan.
Baca juga: Puteri Jambi Tolak Tes Keperawanan
Pasal tersebut ditujukan terutama untuk komunitas Muslim Perancis, di mana beberapa keluarga bersikeras untuk membuktikan keperawanan mempelai sebelum pernikahan.
Praktik itu sendiri masih diperdebatkan.
Pada RUU yang telah disetujui oleh DPR itu, dokter yang memberikan sertifikat keperawanan akan menghadapi ancaman hukuman satu tahun penjara dan denda 15.000 euro (Rp 256 juta).
Sementara, seorang ahli non-medis yang melakukan tes keperawanan, bahkan dengan persetujuan perempuan yang bersangkutan, akan berisiko didakwa kasus pemerkosaan.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan, praktik pemeriksaan selaput darah secara visual atau dengan jari tidak dapat membuktikan, apakah seorang perempuan pernah melakukan hubungan intim atau tidak.
Hal itu juga merupakan pelanggaran hak asasi manusia perempuan bersangkutan, kata organisasi itu.
Schiappa sebelumnya sudah pernah mengeluhkan tentang seksisme di televisi Perancis.
Tahun lalu, sebagai menteri kesetaraan gender, dia membuat sebuah laporan yang mengkritik program televisi pertunjukan realita karena memperlihatkan stereotip.
"Program-program reality TV menekankan hiper-feminitas kandidat perempuan dan ultra-maskulinitas laki-laki.
