PENANGANAN COVID
RSUD Embung Fatimah Rawat 25 Pasien Covid-19, Tegaskan Belum Temukan Varian Baru Corona
RSUD Embung Fatimah kini merawat 25 pasien covid-19 di Batam. Seluruhnya merupakan pasien terkonfirmasi virus corona di Batam.
BATAM, TRIBUNBATAM.id - Jumlah kasus covid-19 di Batam cenderung meningkat sejak dua minggu terakhir.
Rumah Sakit Umum Daerah atau RSUD Embung Fatimah kini merawat 25 pasien.
Seluruhnya merupakan pasien terkonfirmasi positif covid-19 di Batam.
Direktur RSUD Embung Fatimah dr Any Dewyana melalui bagian medis RSUD EF dr Yevina menegaskan, meski merawat kasus aktif virus corona di Batam, pihaknya menegaskan belum menemukan varian virus baru.
"Mengenai hal itu, kami belum bisa memberikan komentar mengenai hal tersebut.
Karena untuk memastikan hal tersebut perlu ada penitian lebih lanjut," kata Yevina, Minggu (18/4/2021).
Seperti diberitakan sebelumnya, penambahan kasus Covid-19 di Kota Batam mencapai 29 orang dalam sehari.

Di antara jumlah kasus baru tersebut, sebanyak 18 kasus tanpa gejala (Asimptomatik) dan 11 kasus lainnya bergejala (Suspek).
Gejala umum yang dialami pasien Suspek, berupa demam, batuk, pilek, sesak napas, serta hilang kemampuan indera penciuman.
Temuan kasus baru itu menyebabkan angka kasus Covid-19 mencapai 6583 kasus, yang mana 6033 di antaranya telah sembuh, 158 meninggal, dan 392 sedang dirawat.
"Saat ini tingkat kesembuhan mencapai 91,6 persen, tingkat kematian 2,4 persen, dan tingkat kasus aktif 5,9 persen," ungkap Ketua Bidang Kesehatan Satgas Penanganan Covid-19 Kota Batam, Didi Kusmarjadi.
Akibat adanya temuan kasus baru tersebut, Kota Batam didominasi zona merah, yaitu Sei Beduk dengan 45 kasus, Sagulung 23 kasus, Batam Kota 98 kasus, Bengkong 44 kasus, Lubuk Baja 36 kasus, Sekupang 54 kasus, dan Batuaji 53 kasus.
Dua kecamatan pun kini berzona oranye, yaitu Nongsa 15 kasus, dan bahkan Kecamatan Belakangpadang yang semula berzona kuning pun kini terdapat temuan kasus membludak menjadi 14 kasus baru.
Sedangkan Kecamatan Batu Ampar masih berzona kuning dengan 10 kasus dirawat, dan dua kecamatan di Hinterland, yaitu Galang dan Bulang masih zona hijau covid-19.
Baca juga: Mutasi Virus Corona N439K, Apakah Benar Lebih Berbahaya?
Baca juga: Gubernur Kepri Ansar Ahmad di Bintan, Ajak Warga Tekan Penyebaran Covid-19

Penjelasan IDI Kepri
Ketua Ikatan Dokter Indonesia atau IDI Kepri, dr Rusdani meminta warga lebih waspada untuk menerapkan protokol kesehatan.
Dia menjelaskan saat ini peningkatan kasus Covid-19, di Kepri terus meningkat.
Virus Corona itu masih ada, masyarakat harus lebih prepentif lagi dalam menerapkan Protokol kesehatan.
"Kami juga mendapat informasi dari Kementerian Kesehatan atau Kemenkes RI, jika varian baru kasus corona sudah ada di Batam.
Jadi ini yang sangat kami khawatirkan," sebut Rusdani.
Rusdani menjelaskan kasus virus corona varian baru covid-19 di Batam diketahui dibawa oleh Pekerja Migran Indonesia (PMI).
"Virus ini lebih berbahaya dan lebih gampang penyebarannya," kata Rusdani.
Dia juga mengharapkan agar masyarakat tidak terlena, meski sudah mendapatkan vaksinasi.
"Jumlah masyarakat yang di vaksinasi corona di Kepri, masih sangat sedikit dibanding jumlah masyarakat Kepri," kata Rusdani.
Dia juga menjelaskan vaksinasi bukan membuat masyarakat tersebut kebal terhadap virus.

Vaksin itu hanya menambah kekebalan imun tubuh yang bersangkutan.
Dia mengatakan jika masyarakat terlena, maka peningkatan kasus covid-19 ke depan akan lebih parah.
Ditambah dengan kasus covid varian baru yang sudah ada di Batam.
"Ini lebih cepat penyebarannya, jika tidak di antisipasi dari awal, maka ke depan akan terjadi peningkatan kasus yang sangat signifikan," sebutnya.
Varian baru virus corona B.1.1.7 sebelumnya diketahui lebih ganas dan mematikan masuk Indonesia.
Mutasi virus corona varian ini, disebut jauh lebih ganas dan mematikan.
Varian ini kini telah dideteksi masuk ke Indonesia dan menginfeksi sejumlah pasien di Jawa Barat.
Selain B.1.1.7, varian lain juga pernah muncul di berbagai negara.
Sejak awal pandemi Covid-19, virus Corona telah bermutasi.
Mutasi virus sebenarnya adalah hal yang biasanya.
Namun, serangkaian mutasi dari virus bisa menghasilkan varian yang lebih berbahaya dan menular.
Laporan Healhtline juga menyebut strain baru mengandung mutasi dapat memudahkan virus untuk mengikat sel manusia.
Setelah setahun menjadi pandemi Covid-19, virus Corona telah menghasilan berbagai mutasi bari di beberapa negara.
Mutasi pertama virus Corona adalah varian D614G, yang muncul di Australia dan India pada bulan Mei.
Pada bulan Desember, para ilmuwan mendeteksi varian B.1.1.7 di Inggris, diikuti oleh varian B.1.351 di Afrika Selatan, bersama dengan varian baru di Los Angeles dan Ohio.
Varian B.1.1.7 kini sedang menjadi fokus peneliti karena tidak hanya berpotensi lebih menular tetapi juga lebih mematikan.
Seperti apa varian baru B.1.1.7?
Varian B.1.1.7, yang pertama kali ditemukan di Inggris, diperkirakan 50 persen lebih menular daripada varian sebelumnya.
Menurut data Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) terdapat 195 kasus infeksi B.1.1.7 ditemukan di Amerika Serikat.
Data CDC juga menyebutkan bahwa varian ini mengalami mutasi pada reseptor binding domain (RBD) protein spike pada posisi 501, dimana asam amino asparagine (N) telah diganti dengan tirosin (Y).
Mutasi baru ini juga sering disebut dengan N501Y. Varian ini juga memiliki beberapa mutasi lain, di antaranya:
1. Penghapusan 69/70
Mutasi ini terjadi secara spontan berkali-kali dan kemungkinan besar mengarah pada perubahan konformasi pada protein lonjakan
2. P681H
Mutasi terjadi di dekat situs pembelahan furin S1 / S2, situs dengan variabilitas tinggi pada virus corona.
Mutasi ini juga muncul secara spontan beberapa kali.
Varian ini diperkirakan pertama kali muncul di Inggris pada September 2020.
Sejak 20 Desember 2020, beberapa negara telah melaporkan kasus inveksi dari garis keturunan B.1.1.7, termasuk Amerika Serikat.
Varian ini dikaitkan dengan peningkatan transmisi (yaitu, transmisi yang lebih efisien dan cepat.
Pada Januari 2021, ilmuwan dari Inggris melaporkan bukti yang menunjukkan varian B.1.1.7 berpotensi menyebabkan peningkatan risiko kematian dibandingkan dengan varian lain.
Sayangnya, laporan tersebut tidak menemukan bukti yang menunjukkan bahwa varian tersebut berdampak pada tingkat keparahan penyakit atau kemanjuran vaksin.(TribunBatam.id/Ian Sitanggang)
Baca juga Berita Tribun Batam lainnya di Google
Berita Tentang Batam