NEWS WEBILOG

NEWS WEBILOG - Pandemi Covid-19 dalam Perspektif Islam

Covid-19 telah mengganggu tatanan kehidupan, baik itu sektor sosial, ekonomi, dan juga kesehatan. Bagaimana sebenarnya covid-19 menurut Islam?

ISTIMEWA
Program News Webilog, edisi Sabtu (24/4/2021) lalu, TRIBUNBATAM.id hadir dengan tema "Covid 19 Dalam Perspektif Islam,". 

Dalam Islam yang namanya kebersihan adalah sebagian dari Iman, karena seorang muslim itu dilihat dari kebersihannya, tidak hanya penampilan tapi juga di tempatnya.

Prilaku islami dalam islam terimplementasikan dalam perbuatan amaliahnya, salah satunya menjaga kebersihan.

Terkait dengan kebersihan, riset membuktikan dari cara berwudhu itu membersihkan patogen yang ada di hidung.

Covid-19 cara menularnya adalah melalui budara, yang namanya penularan udara tentu melalui hidung, sedangkan untuk virus berakumulasi di hidung kemudian lanjut ke tahap selanjutnya membutuhkan waktu kurang lebih 4 sampai 6 jam.

Kalau muslim itu melakukan kewajiban shalat 5 waktu, tentu 5 kali pula ia berwudhu, dan saat Saat berwudhu, kita akan memasukkan air ke dalam hidung dan membuangnya kembali, ini akan membersihkan patogen-patogen yang ada di dalam rongga hidung.

Selain itu, antara waktu yang panjang antara waktu-waktu shalat, ada waktu duha antara waktu subuh dan zhuhur, dan ada waktu tahajud antara isya dan subuh.

Artinya jika seorang muslim melakukan itu, tentu ia akan terhindar dari penyebaran virus seperti covid setidaknya kemungkinan terpapar menjadi lebih kecil.

Tentu jika ini dilakukan dengan konsisten, ini akan berkontribusi dalam pencegahan penyakit menular.

Maka untuk itu sebagai umat Islam perlu melakukan introspeksi diri.

Selain itu, apabila mereka bersin kebiasaan muslim itu menutup mulutnya menggunakan bajunya agar orang-orang di sekitar tidak terkena, dan itu juga berkaitan dengan nilai akhlak.

TB: Apakah cara pandang itu mempengaruhi sikap untuk mengatasi pandemi Covid-19 itu?

DB: Ya tentu sangat berpengaruh, karena pemahaman atau perilaku ini akan mempengaruhi perilaku, dan itu yang menentukan respon kita, menentukan reaksi kita, menentukan perilaku kita.

Karena kita merasa ini tidak penting sehingga kita tidak patuh untuk melakukan protokol kesehatan, sehingga menimbulkan mudharat bagi diri sendiri dan orang lain.

Dengan begitu dia bisa mencelakai diri sendiri dan Rasul menjelaskan bahwa kita tidak boleh mencelakai diri sendiri terlebih lagi orang lain, dan itu dosa.

Terkait hal ini, masyarakat Indonesia masih memiliki banyak PR terkait cara pandangnya akan tindakan menyikapi pandemi ini, maka perlu dilakukan introspeksi diri.

Jadi jangan sampai kita menjadi orang yang lalai melindungi diri sendiri dan keluarga.

TB: Nah kita masuk ke negara Indonesia yang saat ini memiliki kasus Covid-19 cukup tinggi. Pak Doktor sendiri melihat apa persoalan yang dialami negara ini? Apakah pemerintahnya yang salah urus atau cara pandang masyarakat terhadap pandemi ini masih keliru?

DB: Dalam situasi pandemi kegagalan atau keberhasilan atau strategi dalam pengendalian pandemi tidak ada faktor tunggal, selalu multifaktor selalu banyak faktor tetapi diantara banyak faktor ini tentu ada yang dominan misalnya adalah pemerintahan lebih dominan dari pada individu masyarakat.

Jadi semua stakeholder yang ada harus berkolaborasi untuk pengendalian covid-19 ini jadi tidak bisa pemerintah berjalan sendiri tapi perlu dukungan masyarakat sama juga dengan masyarakat, masyarakat tidak bisa menjalankan 5M dengan memadai jika tidak didukung fasilitasnya oleh pemerintah jadi saling terkait.

Jadi sikap yang paling baik kita harus tahu bahwa setiap kita ini adalah insan yang diciptakan Allah itu memiliki hubungan habluminannas dan habluminallah dalam dua hubungan ini sebetulnya intinya adalah kembali kepada kita bagaimana kita menata, memperbaiki kualitas kita sebagai Muslim.

Sebagai hamba Allah dan juga bagian dari komponen masyarakat, ini yang harus dikedepankan Jadi lakukan kewajiban kita.

Intinya saling mengerti akan kewajiban masing-masing serta saling melengkapi dan juga mendukung, sehingga kekompakan terbangun dan tentu itu yang akan memberikan kontribusi positif terhadap pencegahan pandemi Covid-19, jadi perlu kerjasama yang baik dari seluruh stakeholder yang terlibat.

TB: Karena sudah masuk penghujung acara ini pak, saya minta closing statement dari bapak, silahkan pak.

DB: Di bulan Ramadan adalah bulan yang sangat baik untuk kita meningkatkan amal ibadah kita.

Dan bicara ibadah, sekali lagi ada kaitannya dengan berbuat sesama manusia, itulah di dalam Islam itu tetangga dinomor satukan, bahkan kebaikan kita kepada tetangga ganjarannya adalah surga.

Itu menunjukkan bahwa umat muslim memiliki tanggung jawab sosial, punya tanggung jawab sesama, selain punya tanggung jawab kepada sang pencipta juga punya tanggung jawab kepada tetangga dan orang lain.

Untuk memudahkan itu semua, kita awali dengan niat untuk ibadah, sehingga untuk melaksanakan kewajiban protokol kesehatan serta kebijakan-kebijakan lain seperti tidak mudik untuk saat ini tentu bisa dilakukan dengan mudah dan hati yang lapang.

Untuk ke depan bukan saja di bulan Ramadan ini tentu itu membutuhkan peran kita untuk menanggulangi pandemi covid 19 ini, tentu jika tidak ada peran kita maka itu tidak akan berhasil.

Jadi semuanya saling berkesinambungan dan bekerjasama dalam mencegah penularan Pandemi Covid-19. (TRIBUNBATAM.id/Muhammad Ilham)

Baca juga Berita Tribun Batam lainnya di Google

Berita Tentang Natuna

Sumber: Tribun Batam
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved