Kota Penuh Kekerasan, Nyali Polisi Ciut Diculik dan Dibunuh, Penjahat Berkeliaran

Kartel narkoba Meksiko menyiksa polisi untuk mendapatkan nama dan alamat sesama perwira lalu memburu dan membunuh mereka di kediaman saat hari libur

AFP
Militer Meksiko dikerahkan mengamankan wilayah di Meksiko setelah penemuan 19 mayat akibat perang antarkartel narkoba 

TRIBUNBATAM.id - Meksiko sejak lama dikenal surganya gembong narkoba kelas wahid level dunia.

Kartel besar berjamuran di sejumlah negara bagian dan nyaris sangat sulit diberantas polisi.

Mengakarnya pengaruh mafia narkoba di Meksiko membuat banyak pemuda jadi bagian kartel.

Lebih parahnya kartel-kertel ini tak takt polisi dan mengerikannya malah sebaliknya, polisi takut mereka.

Kartel Jalisco yang terkenal kejam misalnya, merespons kebijakan lunak Meksiko melawan kejahatan dengan "pelukan, bukan peluru" dengan kebijakan mereka sendiri.

Mereka menculik sejumlah personel pasukan elite polisi di negara bagian Guanajuato.

Baca juga: Bandar Sabu Licin Dibekuk di Kebun Kopi, Beli Sabu Rp 400 Juta Untung Rp 100 Juta

Kelompok ini menyiksa polisi untuk mendapatkan nama dan alamat sesama perwira polisi, lalu memburu dan membunuh mereka di kediaman mereka, pada hari libur di hadapan keluarga mereka.

Melansir Associated Press pada Ahad (30/5/2021), ini merupakan serangan langsung terhadap para personel penegak hukum yang jarang terlihat di luar negara yang memiliki geng paling banyak di Amerika Selatan.

Serangan ini merupakan ancaman langsung terhadap kebijakan Presiden Meksiko Andres Manuel Lopez Obrador yang menghindari kekerasan dan menolak memerangi kartel-kartel Meksiko.

Militer Meksiko dikerahkan untuk mengamankan wilayah di Meksiko setelah penemuan 19 mayat akibat perang antarkartel narkoba
Militer Meksiko dikerahkan untuk mengamankan wilayah di Meksiko setelah penemuan 19 mayat akibat perang antarkartel narkoba (AFP)

Namun, faktanya, kartel justru telah mendeklarasikan perang terhadap pemerintah.

Mereka bercita-cita memusnahkan pasukan elite pemerintah yang dikenal sebagai Kelompok Taktis.

Geng kartel menuding Kelompok Taktis memperlakukan anggota mereka dengan tidak adil.

Baca juga: Perangi Kartel Narkoba, Selangkah Lagi Ganja Legal di Meksiko

"Jika kau ingin perang, kau akan dapatkan perang!

Kami sudah tahu persembunyianmu!

Kami akan mendatangi kalian semua!" demikian bunyi sebuah spanduk yang ditandatangani oleh para anggota kartel dan terpasang di sebuah gedung di Guanajuato baru-baru ini.

"Bagi setiap anggota kami (CJNG) yang kau tangkap, kami akan membunuh 2 anggota Taktis.

Di mana pun mereka berada, di rumah atau dalam mobil patroli mereka," tulis spanduk kartel penuh ancaman.

Dua prajurit marinir Meksiko, menggiring gembong kartel obat bius Sinaloa, Joaquin
Dua prajurit marinir Meksiko, menggiring gembong kartel obat bius Sinaloa, Joaquin "El Chapo" Guzman yang dibekuk di kota Mazatlkan, Meksiko, Sabtu (22/2/2014). (RONALDO SCHEMIDT / AFP)

Guanajuato menjadi negara bagian Meksiko paling penuh kekerasan.

Di sana, kartel Jalisco memerangi sejumlah geng setempat lain dengan bantuan geng saingannya, kartel Sinaloa.

Para pejabat setempat menolak berkomentar tentang jumlah anggota pasukan elite pemerintah yang telah terbunuh sejauh ini.

Kasus pembunuhan polisi terbaru terjadi pada Kamis lalu (27/5/2021), saat seorang polisi diculik dari rumahnya, dibunuh dan mayatnya dibuang di sebuah ruas jalan tol.

Baca juga: KRONOLOGI Wali Kota Mati Ditembak Geng di Meksiko, Gegara Terapkan Lockdown Cegah COVID-19

Analis keamanan yang berbasis di Guanajuato, David Saucedo mengatakan, ada banyak kasus kekerasan terhadap polisi.

"Banyak di antara mereka, para personel polisi memutuskan untuk desersi.

Mereka meninggalkan rumah, melarikan diri membawa keluarga mereka dan bersembunyi," tutur Saucedo.

"Kartel CJNG kini tengah memburu pasukan polisi elite Guanajuato."

Jumlah korban tewas sulit didapat.

Namun, Poplab, sebuah situs berita di Guanajuato menyatakan, sepanjang tahun ini, sedikitnya 7 personel polisi telah tewas di hari libur mereka.

Mobil berlapis baja milik kartel narkoba Meksiko
Mobil berlapis baja milik kartel narkoba Meksiko (Kompas.com)

Pada Januari, para anggota kartel bersenjata menyambangi rumah seorang personel polisi perempuan, membunuh suaminya, menyeretnya pergi, menyiksanya lalu membuang jasadnya yang dipenuhi lubang peluru.

Sejak tahun 2018, menurut Poplab, Guanajuato menjadi negara bagian di Meksiko yang memiliki jumlah polisi terbanyak yang tewas di Meksiko.

Antara tahun 2018 hingga pertengahan Mei 2021, sebanyak 262 personil polisi tewas terbunuh, atau rata-rata sekitar 75 personel polisi tewas setiap tahunnya.

Jumlah ini lebih besar dari jumlah korban tewas rata-rata tiap tahun akibat penembakan atau serangan lain di seluruh Amerika Serikat (AS) yang memiliki jumlah populasi 50 kali lebih banyak ketimbang Guanajuato.

Baca juga: Terinspirasi Film Mad Max, Kartel Narkoba Rakit Kendaraan Gagah Lapis Baja

Saking buruknya masalah di Guanajuato, pada 17 Mei lalu, pemerintah setempat menerbitkan dekrit khusus tentang penyediaan sejumlah dana untuk mekanisme perlindungan bagi polisi dan para petugas penjara.

"Sayangnya kelompok-kelompok kejahatan terorganisir mendatangi kediaman para personel polisi.

Ini merupakan ancaman dan mereka, anggota keluarga mereka berisiko kehilangan nyawa," demikian bunyi dekrit tersebut.

"Mereka terpaksa segera meninggalkan rumah mereka dan pindah, agar kelompok-kelompok kejahatan tak bisa menemukan mereka."

Para pejabat negara menolak untuk menggambarkan langkah-langkah perlindungan tersebut.

Pun, memberi komentar tentang apakah para personel polisi mendapat pembiayaan untuk membayar sewa rumah baru atau jika pemerintah berencana membangun kompleks perumahan yang dibangun khusus dan aman bagi para personel polisi dan keluarga mereka.

Emma Coronel (26), istri dari raja kartel Meksiko, Joaquim
Emma Coronel (26), istri dari raja kartel Meksiko, Joaquim "El Capo" Guzman. (CEN/Daily Mirror)

"Ini perang terbuka melawan pasukan keamanan pemerintah negara bagian (Guanajuato)," kata Saucedo.

Lopez Obrador mengampanyekan upaya mengurangi ketegangan konflik perang narkoba di Meksiko, dan menggambarkan kebijakan "pelukan, bukan peluru" merupakan pendekatan untuk menangani akar masalah kejahatan.

Sejak menjabat pada akhir 2018, Lopez Obrador menghindari konfrontasi terang-terangan dengan kartel-kartel.

Lopez Obrador bahkan membebaskan seorang capo, pimpinan mafia tertinggi Meksiko, untuk menghindari pertumpahan darah.

Lopez Obrador berkilah, ia lebih menyukai kebijakan jangka panjang untuk menangani masalah-masalah sosial seperti pengangguran kaum muda yang menjadi penyebab kaum muda menjadi anggota geng.

Namun pada April, mantan Duta Besar AS untuk Meksiko Christopher Landau mengatakan, Lopez Obrador memandang pertikaian antarsesama kartel narkoba "sebagai pengalih perhatian".

"Jadi, dia pada dasarnya mengadopsi sikap pembiaran terhadap mereka, yang jelas cukup mengganggu pemerintahan kami," kata Landau.

Baca juga: Terjerat Kasus Narkoba, Anak Anggota DPRD Kepri Akan Jalani Rehabilitasi di BNN

Baca juga: Pangeran Harry Mabuk Berat & Nyaris Pakai Narkoba Gegara Ini, Cerita Soal Kematian Putri Diana

Baca juga: Gadis Paskibraka Pembawa Bendera Pusaka 2008 Bongkar Narkoba 310 Kg Senilai 400 Miliar

.

.

.

Baca berita menarik TRIBUNBATAM.id lainnya di Google

(*/ TRIBUNBATAM.id)

SUMBER: KOMPAS TV

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved