Jepang Berterimakasih ke Indonesia, Dulu Dianggap Sampah, Obat Ini Kini jadi Primadona

Pemerintah Jepang mengucapkan banyak terima kasih kepada Indonesia karena bisa banyak belajar mengenai

pixabay.com
Jepang Berterimakasih ke Indonesia, Dulu Dianggap Sampah, Obat Ini Kini jadi Primadona. Foto Ilustrasi 

"Dia sempat 6 bulan berada di Indonesia, dan karena begitu baik orang Indonesia dan tanah yang subur indah dia males kembali ke Jepang sebenarnya," lanjutnya sambil tertawa.

Saat ke Jakarta 1998 Profesor Muto juga menemukan kebenaran yang diceritakan ayahnya.

"Ternyata benar. Orang Indonesia sangat baik, sangat kerjasama dengan baik, saling membantu sehingga semua pekerjaan saya di Jakarta saat itu berjalan dengan lancar."

Profesor Muto selama dua tahun (1986-1988) juga pernah bekerja di Brooklyn New York Amerika Serikat, mempelajari mengenai dokter keluarga yang belum terkenal di Jepang saat itu.

"Dalam masa ini Jepang yang sudah menjadi negara tua, banyak sekali lansia, menurut saya sangat butuh dokter keluarga yang bisa menaungi, merawat para lansia dengan baik. Kementerian kesehatan pun mendukung hal tersebut."

Meskipun demikian sistim dokter keluarga tidak populer saat ini di kalangan anak muda Jepang.

Dalam setahun mungkin tidak lebih dari 100 dokter muda Jepang yang melakukan spesialisasi mengenai dokter keluarga, tambahnya.

Mengapa demikian?

"Karena memang berat menjadi dokter keluarga, sekaligus merawat pasien lansia yang mungkin akan minta bantuan sana sini di luar soal kesehatannya. Perawatan yang berat sehingga banyak dokter muda males mendalami spesialisasi dokter keluarga. Di samping itu juga mungkin dianggap tak menguntungkan. Kerja lebih berat tapi uang jasa yang diterimanya sama, makanya tak terkenal di kalangan dokter muda."

Sang profesor juga mengakui pernah ke Bali saat Sabtu Minggu berada di Jakarta dan menemukan pulau Bali yang sangat indah sekali, tekannya lagi.

"Saya pasti akan ke Indonesia lagi suatu waktu nanti. Kini masih dalam pandemi corona, baiknya di Jepang saja dulu."

Maret 2020, Profesor Muto mengakui hampir meninggal dunia terkena Corona.

"Rasanya saya seperti sudah meninggal melihat ladang kuning saat itu, benar-benar sekarat dirawat sebulan di rumah sakit karena corona. Syukurlah masih bisa hidup. Kalau saya sudah meninggal ya saat ini anda wawancara dengan saya di surga ya," paparnya lagi sambil tertawa.

Dokter yang sangat baik dan top di Jepang ini kelahiran Kawasaki 8 Maret 1949 dan lulusan universitas kedokteran Niigata pada tahun 1974 dan menyelesaikan Graduate School of Medicine di Niigata University pada tahun 1978, bekerja sebagai ahli bedah di National Yokohama Hospital. Saat mendaftar di rumah sakit, belajar di luar negeri di Departemen Kedokteran Keluarga, Universitas Negeri New York dari 1986 hingga 1988.

Penerbitan publikasi medisnya mungkin sudag ratusan banyaknya. Hobinya tenis, renang, ski serta memiliki 3 anak saat ini.

Sumber: Tribunnews
Halaman 2/3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved