3 Ketua Partai Jadi King Maker Pilpres 2024, LSI Denny JA Sulit Bayangkan Prabowo Cawapres

Tiga ketua umum partai politik (parpol) besar di Indonesia disebut-sebut bakal menjadi penentu atau sosok penting di Pemilihan Presiden (Pilres) 2024

Facebook
Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto dan Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri makan siang bersama di Jalan Teuku Umar, Jakarta Pusat, Rabu (24/7/2019) 

TRIBUNBATAM.id - Tiga ketua umum partai politik (parpol) disebut menjadi penentu di Pilres 2024 mendatang.

Dari tiga sosok yang disebut-sebut sebagai king maker atau queen maker Pilpres 2024, hanya ada satu sosok punya elektabilitas tinggi jika diusung menjadi calon presiden (capres).

Sedangkan satu sosok dianggap kurang punya elektabilitas dan satu lagi dinilai tak punya ambisi kembali menjadi capres.

Menurut survei terbaru yang dirilis LSI Denny JA, tiga tokoh itu yakni Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri, Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto dan Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto.

Dua pria dan satu wanita itu dinilai akan jadi sosok penting di Pemilihan Presiden (Pilpres) yang digelar 2024.

Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto (kanan) berpamitan kepada Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri (tengah) usai menggelar pertemuan tertutup di Jakarta, Rabu (24/7/2019)
Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto (kanan) berpamitan kepada Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri (tengah) usai menggelar pertemuan tertutup di Jakarta, Rabu (24/7/2019) ((ANTARA FOTO/PUSPA PERWITASARI))

Peneliti LSI Denny JA Adjie Alfaraby beralasan, PDIP, Gerindra dan Golkar memiliki perolehan suara yang cukup besar sebagai modal untuk mengusung calon presiden dan wakil presiden pada Pilpres 2024.

"Mengapa ada tiga tokoh ini yang kita sebut sebagai king atau queen maker 2024, karena pertama mereka sudah kantongi minimal 3/4 tiket atau tiket penuh," kata Adjie dalam konferensi pers, Kamis (17/6/2021).

Baca juga: PDIP Bisa Kalah Jika Ngotot Usung Putri Ketum di Pilpres 2024, LSI Denny JA Punya Alasannya

Adjie menyampaikan, berdasarkan aturan perundang-undangan, syarat pencalonan presiden memiliki 20 persen kursi di DPR atau setara dengan 115 kursi.

Dengan syarat tersebut, PDIP yang memiliki 128 kursi di parlemen dapat mengusung capres dan cawapresnya sendiri.

Sedangkan Golkar dan Gerindra yang masing-masing memiliki 85 dan 78 kursi, hanya perlu berkoalisi dengan satu partai untuk dapat mengusung calon presiden.

Dari kiri ke kanan: Prabowo Subianto, Ganjar Pranowo, Sandiaga Uno, dan Anies Baswedan. Inilah elektabilitas sejumlah tokoh seperti Prabowo, Ganjar, Anies, hingga Sandiaga dalam survei Capres 2024 terbaru dari lima lembaga.
Dari kiri ke kanan: Prabowo Subianto, Ganjar Pranowo, Sandiaga Uno, dan Anies Baswedan. Inilah elektabilitas sejumlah tokoh seperti Prabowo, Ganjar, Anies, hingga Sandiaga dalam survei Capres 2024 terbaru dari lima lembaga. (TRIBUNNEWS.COM/KOMPAS.COM)

Adjie juga mengatakan, Megawati sebagai queen maker diprediksi tidak akan mencalonkan diri sebagai calon presiden atau wakil presiden pada Pilpres 2024.

"Kita lihat queen maker Megawati Soekarnoputri saat ini kecenderungannya menjadi tokoh bangsa atau ibu bangsa.

Artinya kecil kemungkinan atau tidak terlihat intensi dari Ibu Mega untuk maju sebagai capres ataupun cawapres lagi," kata Adjie.

Berbeda dengan Megawati, Airlangga dinilai memiliki potensi menjadi capres maupun cawapres, meski tingkat elektabilitasnya masih terbilang rendah hingga saat ini.

Baca juga: Pemilih Jokowi Cendrung Pilih Ganjar? Pilpres 2024 Bagaimana Nasib Putri Ketum PDIP Puan Maharani!

Namun, Adjie mengatakan, elektabilitas rendah tak jadi persoalan besar bila nanti Airlangga memilih maju sebagai calon wakil presiden.

"Untuk posisi cawapres terkadang pertimbangan dalam koalisi atau pertimbangan seorang capres tidak hanya berkaitan dengan elektabilitas, ada pertimbangan-pertimbangan lain," ujar dia.

Ketum Golkar Airlangga Hartarto
Ketum Golkar Airlangga Hartarto (kompas.com)

Menurut Adjie, hal itu terbukti ketika Maruf Amin dipilih sebagai calon wakil presiden mendampingi Joko Widodo pada Pilpres 2019 meski elektabilitas Maruf saat itu masih rendah.

Berbeda dari kedua tokoh di atas, peluang Prabowo maju sebagai cawapres justru kecil, karena Menteri Pertahanan itu telah dua kali maju sebagai calon presiden.

"Kalau call-nya adalah cawapres, itu adalah Prabowo 12 tahun yang lalu ketika Pemilu 2009, itu beliau sebagai cawapres.

Namun, di 2014 dan 2019 Prabowo sudah menjadi calon presiden sehingga sulit kita bayangkan kalau kemudian Prabowo bersedia untuk jadi cawapres," kata Adjie seperti dilansir dari Kompas.com.

Baca juga: Survei Pilpres Terbaru: Potensi Ganjar Menang Terbuka Lebar Jika Ketemu Dua Sosok Ini

Baca juga: SAH Jadwal Pemilu 2024: Pilpres & Pileg Digelar 28 Februari, Pilkada Serentak 27 November

Baca juga: Ada Kemungkinan Prabowo Enggan Maju di Pilpres 2024 Malah Dukung Anies Baswedan Naik

.

.

.

Baca berita menarik TRIBUNBATAM.id lainnya di Google

(* / TRIBUNBATAM.id)

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved