Garuda Indonesia Tutup Sejumlah Rute Internasioanl Demi Efisiensi Keuangan

Garuda Indonesia masih mempertahankan satu rute yakni tujuan Sydney dengan alasan konektivitas dan adanya peluang penumpang yang keluar dari Australia

Ist
Ilustrasi. Armada B737-800NG milik pesawat Garuda Indonesia dengan desain livery khusus dalam rangka mendukung program vaksinasi Covid-19 nasional 

Ia mengakui, ada beberapa rute penerbangan internasional yang memang dipertahankan perusahaan karena punya potensi memberi keuntungan di masa depan, meskipun saat ini masih merugi.

Sebab saat ini memang sebagian besar negara masih membatasi penerbangan internasional. Irfan menjelaskan, penerbangan internasional Garuda Indonesia pada masa kini adalah berbasis kargo, mengingat pengiriman barang memang sedang melonjak.

Sehingga bersamaan dengan penerbangan kargo, dilakukan pula penerbangan penumpang ke dan dari luar negeri.

 "Jadi kami isi kargo kemudian penumpang seadanya saja kami bawa, karena memang bahwa yang numpang dengan peswat kami itu, baik yang ke luar negeri maupaun balik dari luar negeri, mayoritas itu bagian dari patriasi, itu WNI yang harus pulang atau WNA yang harus pergi," terang dia. 

Kembalikan pesawat

Wakil Direktur Utama PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk Dony Oskaria mengungkapkan, sebanyak 20 pesawat sudah di kembalikan perseroan kepada lessor atau pihak penyewa pesawat. Ini merupakan langkah untuk menyehatkan keuangan maskapai pelat merah itu.

"Termasuk CRJ hari ini, secara total kurang lebih 20 pesawat yang sudah kami kembalikan (ke lessor)," kata Dony dalam rapat dengan Komisi VI DPR RI, Senin (21/6/2021).

Ia mengatakan, negosiasi dengan pihak lessor terus dilakukan untuk mengurangi beban sewa pesawat yang harus dibayarkan perseroan setiap bulannya, mengingat tak banyak pesawat yang perlu digunakan pada masa pandemi saat ini.

Dony bilang, saat ini Garuda Indonesia tengah bernegosiasi dengan salah satu lessor, dengan harapan sebanyak 7 pesawat bisa dikembalikan.

Garuda Indonesia diketahui memiliki 142 pesawat, yakni sebanyak 136 pesawat dengan status sewa dan 6 pesawat milik perseroan.

Terdiri dari jenis pesawat Boeing 777-300, Boeing 737-800, Boeing 737-8 Max, Airbus A330-200, Airbus A330-300, Airbus A330-900, CRJ1000 NextGen, dan ATR 72-600.

Dony mengatakan, pada kondisi pandemi saat ini Garuda Indonesia hanya membutuhkan 41 pesawat untuk beroperasi.

Artinya maskapai milik negara itu berharap bisa mengembalikan 101 pesawat kepada lessor untuk tak membebani keuangan perseroan. Ia menjelaskan, permasalahan awal yang harus segera diselesaikan untuk menyehatkan Garuda Indonesia adalah lessor.

Sebanyak 142 pesawat Garuda Indonesia menjadi biaya tetap atau fixed cost yang harus dibayarkan perseroan setiap bulannya sebesar 80 juta dollar AS.

Menurut Dony, beban biaya leasing menjadi yang terbesar yakni 56 juta dollar AS. Nilai ini bahkan sudah berhasil ditekan dari sebelumnya yang mencapai 75 juta dollar AS per bulan, hasil negosiasi ke lessor di tahun 2020.

Halaman
123
Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved