Susul Singapura dan Australia, Inggris akan Berdamai dengan Covid-19, Tak Wajibkan Pemakaian Masker
Perdana Menteri Inggris Boris Johson mengumumkan rencana pengurangan tindakan kasus covid-19 dan memberikan kebebasan pemakaian masker.
Beberapa dokter telah menyatakan keprihatinan tentang pelonggaran pembatasan lebih lanjut karena tingkat infeksi meningkat.
Sebagian besar karena virus Corona varian Delta yang lebih menular telah masuk Inggris.
Terlepas dari lonjakan infeksi baru, belum ada peningkatan yang setara dalam rawat inap dan kematian.
Sehingga, memberanikan para menteri pemerintah yang percaya Inggris harus belajar hidup dengan virus.
Jumlah infeksi baru yang dikonfirmasi yang tercatat di seluruh Inggris selama tujuh hari terakhir naik 67 persen dari minggu sebelumnya, menurut statistik pemerintah.
Ada 118 kematian terkait virus Corona yang dilaporkan minggu lalu, satu lebih sedikit dari periode sebelumnya.
Pejabat kesehatan masyarakat mengaitkan perbedaan angka tersebut dengan keberhasilan program vaksinasi Inggris.
Hampir 86 persen orang dewasa Inggris telah menerima setidaknya satu dosis vaksin.
Sementara, 63,4 persen orang dewas telah divaksinasi Covid-19 secara penuh.

Pemerintah Australia mengumumkan rencana pengalihan fokus mereka dan mulai memperlakukan COVID sama seperti perlakuan terhadap virus flu biasa.
Australia akan lebih fokus ke tingkat rawat inap dan kematian, saat lebih sedikit warganya yang menunjukkan gejala ringan.
Dalam rapat kabinet nasional Jumat (2/7/2021), pemerintah Australia menyetujui empat fase untuk mewujudkan covid-19 sama dengan flu biasa.
Perdana Menteri Scott Morrison menyatakan empat langkah ini bertujuan agar Australia mulai memperlakukan COVID-19 sama "seperti flu".
Morrison menekankan, untuk bisa mencapai kondisi tersebut, warga Australia perlu segera merampungkan program vaksinasi.
Meski Pemerintah Australia belum menyetujui berapa kali suntikan vaksin yang diperlukan.