WAWANCARA EKSKLUSIF
Adu Kuat Berebut Kursi Ketua DPD Demokrat Kepri, Siapa Menang Siapa Tumbang?
Berikut wawancara eksklusif siapa Ketua DPD Demokrat Kepri. Adu kuat Isdianto, Apri Sujadi, Husnizar Hood dan Asnah?
Misalnya partai A yang sudah besar di DPRD Kepri, kalau dia ingin maju misalnya dia tidak sulit lagi untuk mendapatkan dukungan. Kalau pemilihan di DPD ini misalnya ya, mereka sudah bisa mendukung calon.
Dan calon yang dia dukung itu menang, jadi Ketika dia mendapatkan tiket untuk Pilgub ya bisa saja seperti itu cara yang digunakan agar kualisi Pilgub di 2024 lebih mudah, walaupun kita tidak membantah bisa saja peluang-peluang itu tidak ada asalkan DPP-nya punya pertimbangan yang sangat khusus dengan melihat trek record calon ini.
Apa yang akan mereka perbuat Ketika dipercaya sebagai ketua DPD Demokrat?
Apakah dia akan mendapatkan tujuh kursi di DPRD Provinsi atau dia menjanjikan seluruh tim DPC masuk ke dalam tiga besar mendapatkan jatah Pimpinan di DPRD, inilah adu strategi dan adu visi di level DPP.
Siapa yang bisa meyakinkan DPP Demokrat dia yang akan menang, karena pemilihannya ditentukan oleh DPP tadi.
Makanya diperlukan calon yang betul-betul memiliki jaringan yang kuar di Jakarta, kemudian dapat meyakinkan pengurus DPP lalu memiliki sumber daya untuk menggerakkan partai ini.
TB: Jika dikaji, siapakah kandidat yang berpotensi paling besar memegang tampuk kepemimpinan kursi DPD nanti berdasarkan aspek keunggulan dan kelemahan masing-masing calon?
RP: Dari internal partai Demokrat itu bang Husnizar, beliau sudah lama di Demokrat pernah menjadi Wakil Ketua DPRD Provinsi Kepri.
Saya kira di seluruh Kepri semua pengurus juga tahu siapa Bang Husnizar?
Selama ini sudah lama mendampingi Ketua DPD-nya Apri Sujadi.
Ketika misalnya, dia digoda untuk ke kubunya Muldoko waktu di Sumut itu kan Husnizar tetap di AHY.
Jadi secara loyalitas orang akan melihat, kader yang lain Husnizar memiliki jam terbang yang lama di Demokrat tahu persis masalah.
Kalau Analisa swordnya itu kan, kekuatannya, peluangnya dan kesempatan itu Husnizar lebih memahami jika dibandingkan dengan calon yang lain.
Kemudian Pak Isdianto, dia baru bergabung di Demokrat setelah pension di Gubernur dari ASN kemudian ingin mendapatkan dukungan di Demokrat.
Bisa saja beliau berani mencalonkan jadi ketua DPD ini karena sudah mengantongi dua dukungan, kita tidak tahu dia mengantongi dua dukungan dari pengurus DPC yang mana?
Tetapi Ketika beliau berani membuat statement maju menjadi ketua DPD Kepri tentu sudah memiliki dua dukungan tadi.
Dengan pengalamannya yang lama di Birokrasi ini menjadi modal untuk memimpin partai Demokrat, dan kelemahannya adalah beliau karena baru terjun di politik tentu trik-trik bagaimana mengendalikan partai ini harus didampingi pengurus-pengurus yang sudah berpengalaman.
Sebab beda sistem komando di pemerintahan.
Dia harus mengakomodir semua kepentingan DPC-DPC kader dan in kendala bagi seorang birokrat yang terjun ke politik praktis.
Karena tidak terbiasa dengan iklim yang baru kan, iklim di ASN terntu berbeda dengan iklim di politik praktis.
Kemudian Bu Asnah. Kita tahu dia dulu politisi PAN, pernah menjadi anggota DPRD kemudian Caleg di Gerindra di 2019.
Kemudian menjadi mencalonkan mau ikut ke Demorat menjadi Ketua DPD, ini menarik sebenarnya.
Bagaimana seorang politisi perempuan ingin menjadi ketua DPD, sementara di Kepri menjadi ketua DPD dipegang laki-laki rata-rata.
Dulu ada yang Namanya Ririn istrinya Pak Safarudin ya tapi tidak lama menjadi ketua DPD di Gerindra.
Kemudian muncul Ibu Anah yang muncul untuk menjadi ketua DPD Demokrat.
Tentu kita melihat ada kekuatan dan ada kelemahan. Kekuatannya mungkin saya melihat Ibu Asnah juga sudah mulai bergerak ke mana-mana di Batam ya, tampil dengan kekuatan pendukung yang militan di Batam mereka bergerak.
Kemudian finansialnya juga agak kencang. Lalu kalau kita melihat kelemahannya mungkin beliau bisa saja sulit untuk mengendalikan DPC di Kepri karena sebagai pendatang baru di DPD Demokrat.
Ini persoalan yang mereka harus tanggulangi.
Ketika dia dipercaya misalnya oleh AHY untuk memimpin Demokrat Kepri, bagaimana dia sebagai kader yang terjun di Demokrat bisa meyakinkan AHY di DPP sana, itu juga tidak gampang saya kira, seperti itu.
TB: Bagaimana kandidat yang terpilih nanti bisa berpengaruh pada pesta demokrasi yang akan berlangsung 2024 nanti?
Apakah ketua DPD akan mempengaruhi elektabilitas Partai Demokrat Kepri pada pesta demokrat 2024 nanti?
RP: Ketua Partai itu menjadi simbol oleh partai.
Ketika ketua partainya memang sosok yang berkompeten mampu untuk menggerakkan mesin-mesin partai maka akan mucul kesolidan di tengah pendukung.
Maka kalau kadernya sudah solid untuk mencari kemenangan tentu Demokrat akan Kembali bangkit seperti itu, karena mereka pernah menjadi wakil ketua 1 partai Demokrat itu, hanya kalah dari Golkar waktu itu.
Maka posisi itu bisa saja mereka rebut Kembali dengan ketatnya Pemilu di 2024 dan side efek Demokrat ini tergantung siapa calon presiden nya yang akan mereka usung?
Apakah AHY itu bisa mereka usung berkoalisi dengan siapa?, ini akan memunculkan ekor jas atau dampak susulan ke bawah, efeknya ini akan memberi dampak susulan ke bawah.
Pernah mereka buat Ketika pak SBY ikut calon presiden dan akhirnya kader-kader Demokrat di daerah tiba-tiba menang.
Siapa yang didukung Demokrat itu bisa menjadi anggota legislative seperti itu, karena tadi pengaruh Pak SBY.
Kalau Pak AHY selaku ketua Umum tampil di permukaan di 2024 nanti menjadi calon presiden atau calon wakil presiden, maka efek ekor jas itu akan dirasakan oleh kader-kadernya di daerah.
Maka sejumlah survei di Jakarta itu memang memasukkan AHY sebagai salah satu calon yang potensial untuk ikut menjadi Capres.
Nah ini lagi-lagi ditentukan oleh sejauh mana kader ini akan solid, dan itu akan titentukan nanti siapa kira-kira yang dipilih AHY untuk menjadi ketua DPD di Kepri.
Kalau dia salah pilih dikhawatirkan mesin partainya tidak bergerak, kalau mesin partainya tidak bergerak maka untuk mengangkat Kembali Demokrat di Kepri misalnya di Natuna, Bintan, Tanjungpinang itu mereka pimpinan DPRD dan DPRD Kepri di Batam, itu pernah mereka pegang.
Jadi mengembalikan sejarah partai tiga besar itu sangat dirindukan oleh kader-kader Demokrat sebenarnya, dan itu lagi-lagi tergantung sejauh mana mereka memiliki pemimpin yang besar, kuat di bulan Agustus atau September saya kira.(TribunBatam.id/Muhammad Ilham)
Baca juga Berita Tribun Batam lainnya di Google
Berita Tentang Wawancara Eksklusif